Paryanto (53) salah satu korban pembunuhan berantai atau serial killer dukun Tohari alias Mbah Slamet di Jawa Tengah sempat dilarang untuk ikut penggandaan uang. Hal itu disampaikan langsung oleh GE, anak bungsu korban.
GE mengatakan, ia pertama kali mengantar ayahnya ke Banjarnegara menemui Mbah Slamet (46) pada Juli 2022. Sebelum ditemukan tewas, setidaknya ia ikut ayahnya sebanyak 6 sampai 7 kali.
"Saya awalnya mikirnya waktu itu teman bisnis, ternyata setelah pertemuan dua kalinya ke sana ke Banjarnegara lagi, iya gitu penggandaan uang, uka-uka gitu, di situ saya baru tahu," kata GE kepada detikJabar di rumah neneknya wilayah Selajambe, Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Selasa (4/4/2023).
Setelah mengetahui soal penggandaan uang, GE juga sering mengingatkan ayahnya. Terlebih, kata dia, dari beberapa kali pertemuan tak pernah ada hasil yang diterima.
"(Sudah pernah dapat hasil dari penggandaan uang?) belum. Iya, sering ngingetin cuman emang susah diomonginnya gitu. Lagian itu uang sihir, uang tipu-tipu mata, nggak ada hasil, 'lagian pendapatan ayah juga sudah lebih dari ini," ujarnya sambil menirukan ucapan kepada korban.
Pihak keluarga menyerahkan kasus pembunuhan Paryanto ke pihak kepolisian. Dia berharap adanya keadilan dan tersangka diberikan hukuman setimpal. Saat ini, korban sudah dimakamkan di TPU Selamanjah, Batununggal, Cibadak, Kabupaten Sukabumi.
"Ya musibah, intinya ikhlas saja. Saya juga pengennya hukumannya setimpal sama seperti apa yang pelaku lakukan ke ayah saya. Saya pengennya gitu," tutupnya.
Habis Rp 90 Juta
Kuasa hukum keluarga korban, Heri Purnama Tanjung mengatakan, total kerugian korban mencapai Rp90 juta lebih dilihat dari mutasi rekening. Barang-barang korban yang menjadi barang bukti diduga dibuang ke beberapa daerah.
"Kalau dari orang tua GE sekitar Rp90 juta lebih. Itu dari mutasi rekening Rp90 juta mungkin lebih dari itu karena uang tunainya kita nggak tahu. Handphone dibuang di kali di Cirebon, kalau mobil (rental) di Wonosobo," kata Heri kepada detikJabar di kediaman GE wilayah Selajambe, Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Selasa (4/4/2023).
Anak Paryanto, inisial GE menambahkan, ia sudah lama tidak bertemu dengan ayahnya. Dia terakhir bertemu pada Januari 2023 lalu dan terakhir mengantarkan ayahnya ke Banjarnegara pada November-Desember 2022.
GE mengatakan, ayahnya bekerja sebagai pebisnis. Tak diketahui secara pasti bisnis apa yang dijalankan oleh Paryanto, namun ia menyebut di bidang barang antik dan bebatuan.
"Ayah saya bisnis, di bidang kaya semacam perbatuan, terus barang-barang antik," kata GE.
GE mengatakan, pertama kali ikut ke Banjarnegara pada Juli 2022 lalu. Saat itu, ia tak menaruh curiga terhadap tersangka. Awalnya ia mengira jika tersangka Mbah Slamet adalah teman bisnis ayahnya. Setiap ke Banjarnegara, ia kadang menunggu di luar atau di SPBU terdekat dan tak pernah dikenalkan secara langsung.
Diberitakan sebelumnya, Polisi temukan 10 mayat korban pembunuhan yang dilakukan dukun pengganda uang Slamet Tohari di Banjarnegara, Jawa Tengah. Satu dari 10 korban merupakan warga Sukabumi, Jawa Barat.
Satu korban asal Sukabumi itu berinisial PO. Usai penemuan mayat PO, korban lainnya pun berhasil ditemukan. Jasad korban ditemukan di kebun milik pelaku.
(iqk/iqk)