Bandung Lautan Api, 200 Ribu Warga Mengungsi ke Gunung

Lorong Waktu

Bandung Lautan Api, 200 Ribu Warga Mengungsi ke Gunung

Alya Larasati - detikJabar
Rabu, 22 Mar 2023 08:00 WIB
Kota Bandung bagian Selatan yang dibakar oleh para pejuang sesaat sebelum ditinggalkan, menghasilkan asap tebal yang membumbung tinggi yang bisa terlihat dari kejauhan.
Kota Bandung bagian Selatan yang dibakar oleh para pejuang sesaat sebelum ditinggalkan, menghasilkan asap tebal yang membumbung tinggi yang bisa terlihat dari kejauhan. (Foto: Indonesian Press Photo Service/ANRI)
Bandung -

Peristiwa Bandung Lautan Api merupakan salah satu peristiwa bersejarah dan dikenang setiap tanggal 23 Maret 1946. Kebakaran besar yang terjadi di Kota Bandung ini melibatkan lebih dari 200.000 penduduk yang turut serta membakar kediaman mereka sendiri dan meninggalkan kota untuk menuju pegunungan di daerah selatan Bandung.

Penduduk melakukan hal ini untuk mencegah tentara Sekutu menggunakan Kota Bandung sebagai markas strategi militer.

Latar Belakang Bandung Lautan Api

Berlatar dari surat kabar De Waarheid yang memberitahukan bahwa di Downingstreer 10. Inggris menjanjikan penarikan pasukannya dari Jawa Barat dan menyerahkan Jawa Barat kepada Belanda. Selanjutnya akan digunakan sebagai basis militer untuk menghadapi Republik Indonesia.

Pada awal 1946, British Indian Army sudah menguasai setiap sudut Kota Bandung dan menimbulkan berbagai kekacauan dan pemberontakan antara kaum nasionalis Indonesia, warga sipil dan tentara Inggris.

Kekacauan tersebut akhirnya membuat para pejuang lokal mengirimkan tembakan-tembakan mortir ke wilayah Bandung Utara yang merupakan markas dan tempat tinggal penjajah di Kawasan Jaarbeurs dan kamp interniran.

Tak tinggal diam, perlawanan dari pejuang lokal ini langsung dilawan oleh pihak Inggris yang juga meluncurkan tembakan-tembakan ke arah komplek Perusahaan Telegraf dan Telepon (PTT) dan mengakibatkan jatuhnya puluhan korban dari warga sipil di Kota Bandung.

Melihat kejadian ini, Markas Besar Tentara Inggris di Jakarta kemudian menekan Pemerintah Republik Indonesia untuk mengosongkan area Bandung selatan kurang lebih sejauh 11-12 kilometer. Tentara Sekutu dan NICA Belanda memberikan jangka waktu paling lambat pada tengah malam tanggal 24 Maret 1946.

Hal ini disetujui oleh pemerintah Indonesia walaupun Markas Besar di Yogyakarta telah memerintahkan TRI untuk mempertahankan Kota Bandung dari penjajah.

Tentara Republik Indonesia yang dikomandoi oleh Jendral A.H Nasution memutuskan untuk mengungsikan rakyat ke arah selatan sejauh 11 kilometer sebelum membakar Kota Bandung.

Keputusan membumihanguskan Bandung sebelumnya dimusyawarahkan melalui Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan di pada tanggal 23 Maret 1946.

Komandan Divisi III Tentara Republik Indonesia, Kolonel Abdoel Haris Nasoetion mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan untuk evakuasi Kota Bandung.

Di siang hari tanggal 24 Maret 1946, TRI dan penduduk mulai bergerak untuk mengosongkan Bandung. Peristiwa pembakaran ini dimulai pukul 21.00 di area Indisch Restaurant Alun-alun utara (kini disebut BRI Tower). Tak hanya membakar rumah-rumah TRI juga membakar bangunan penting di jalan kereta api dari Ujung Berung sampai Cimahi. Aksi ini diakhiri dengan pembakaran wilayah utara dan diiringi kobaran api sepanjang 12 Km dari timur ke barat Bandung.

Suasana Kota Bandung kala itu begitu merah menyala dan membakar semangat pejuang dari penduduk. Langit pun ikut memerah seakan mengobarkan semangat juang. Asap hitam mengepul di mana-mana, Tentara Inggris yang melihat hal ini mulai menyerang dan terjadi pertempuran sengit.

Pertempuran hebat dan paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung yang kebetulan terdapat gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu. Muhammad Toha dan Muhammad Ramdan dua anggota milisi Barisan Rakyat Indonesia juga ikut terjun dalam milisi ini. Toha saat itu berhasil meledakkan gudang besar dengan dinamit.

Peristiwa ini dikenal sebagai salah satu taktik yang paling ideal dalam situasi tersebut karena mengingat ketidaksebandingan kekuatan untuk melawan sekutu dan NICA.

Akhirnya, NICA Belanda berhasil menguasai Jawa Barat melalui Perjanjian Renville (17 Januari 1948) yang salah satu isinya menyatakan Belanda tetap menguasai seluruh Indonesia sebelum Republik Indonesia Serikat (RIS) terbentuk.

Disinyalir tujuan dari pembakaran ini adalah karena petinggi-petinggi di kota Bandung tidak rela apabila Bandung digunakan sebagai markas tentara militer. Sejarah ini tercatat sebagai peristiwa Bandung Lautan Api (BLA). Untuk mengenang sejarah penting ini Ismail Marzuki menciptakan lagu perjuangan Halo-halo Bandung.

Baca Artikel Lorong Waktu Lainnya di Sini

(yum/yum)


Hide Ads