Update Kasus Difteri di Jabar yang Tewaskan Warga Garut-Sukabumi

Update Kasus Difteri di Jabar yang Tewaskan Warga Garut-Sukabumi

Sudedi Rasmadi, Siti Fatimah, Rifat Alhamidi - detikJabar
Kamis, 02 Mar 2023 15:00 WIB
Petugas kesehatan dari Puskesmas Kampus Palembang menyiapkan vaksin difteri dan tetanus untuk disuntikkan kepada siswa saat kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di SD Negeri 21 Palembang, Sumatera Selatan, Senin (21/11/2022).  Program BIAS Difteri Tetanus (DT) dan Tetanus Difteri (TD) yang digelar rutin sebanyak dua kali dalam setahun ke sejumlah sekolah di kota tersebut guna menjamin pelajar mendapatkan perlindungan terhadap penyakit difteri dan tetanus. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
Ilustrasi difteri (Foto: ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)
Bandung -

Wabah difteri kembali muncul dan menyerang warga di berbagai wilayah di Jawa Barat. Akibat penyakit ini, sejumlah warga di Garut dan Sukabumi meninggal dunia.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat melaporkan kondisi terkini wabah difteri yang terjadi di Kabupaten Garut. Empat warga yang sebelumnya dinyatakan positif, kini sudah sembuh dari virus tersebut.

"Angka terakhir itu 4 orang sudah sembuh. Sisanya tinggal 10 orang lagi yang dirawat," kata Kabid Pencegahan dan pengendalian penyakit (P2P) Dinkes Jabar Rochayadi saat dihubungi detikJabar, Kamis (2/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rochayadi mengungkap, 4 warga yang sembuh itu karena mendapat perawatan di fasilitas layanan kesehatan (Fasyankes) setempat. Ia mengakui, masih ada warga Garut yang terpapar difteri, namun enggan berobat dan dirawat di puskesmas maupun rumah sakit.

"Jadi kalau dirawat, difteri itu bakal sembuh. Nah kebanyakan yang kita temui di lapangan ini masyarakat yang tidak mau berobat, atau karena lokasi yang sangat jauh dari lokasi layanan kesehatan. Makanya yang kemarin korban meninggal seperti itu kasusnya," ungkap Rochayadi.

ADVERTISEMENT

Gencar Vaksinasi Difteri

Rochayadi pun menyebut warga Garut yang masih dalam pengawasan akibat positif difteri kini menyisakan 10 orang. Saat ini, Dinkes Jabar sedang gencar memberikan vaksinasi kepada warga untuk wilayah Kecamatan Cigedug, Garut.

"Vaksinasi sedang berjalan, kita target 11.220 warga di satu kecamatan di Garut supaya bisa mendapat vaksinasi. Cuma memang, capaiannya belum maksimal. Datanya baru 10 persen yang mendapat vaksin difteri," tuturnya.

Meski terkendala, vaksinasi difteri menjadi prioritas Dinkes Jabar untuk warga yang tinggal di Kecamatan Cigedug, Garut. Rabu (1/3) kemarin, istri Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Atalia Praratya juga terjun langsung ke Garut untuk memberikan pemahaman secara persuasif kepada warga supaya mau ikut divaksin difteri.

"Kemarin Bu Atalia turun langsung ke lapangan didampingi sama ibu wakil bupati. Kendalanya memang di kultur masyarakatnya, tapi tetap kita usahakan supaya warga di Garut bisa mendapat vaksinasi difteri sesuai target yang kita inginkan," pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, 8 warga Garut dilaporkan meninggal dunia akibat wabah difteri. Berdasarkan penelusuran, ke-8 warga itu meninggal karena tidak dirawat secara intensif di layanan fasilitas kesehatan.

Warga Indramayu Juga Kena Difteri

Penyakit difteri salah satunya menyasar warga di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Dua warga berusia 21 tahun dan 5 tahun itu terindikasi suspek difteri.

Dede Setiawan, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Indramayu, menjelaskan dari hasil surveilans aktif antara puskesmas dan dinas kesehatan, menemukan 2 orang yang diduga mengidap penyakit difteri. Keduanya yaitu warga desa Gadingan, Kecamatan Sliyeg dan balita di Desa Sukra Wetan, Kecamatan Sukra.

Dari temuan pada awal Februari kemarin itu, pihaknya langsung melakukan penyelidikan epidemiologi. Dan berhasil menemukan kontak erat dengan dua suspek difteri tersebut.

"Untuk yang suspek ini kita tetap laksanakan sesuai SOP yang ada dan kita ambil sampel apus tenggorokan untuk dilakukan uji laboratorium kita kirim ke dinas kesehatan provinsi Jawa Barat (Labkes Provinsi) ini sedang menunggu hasil," jelas Dede saat ditemui detikJabar, Kamis (2/3/2023).

Selain itu, dinkes pun melakukan pemeriksaan terhadap dua warga suspek difteri tersebut secara rutin. Bahkan, selama dua kali masa inkubasi atau sekitar dua mingguan, pihaknya melakukan pemantauan khusus.

"Untuk kontak eratnya kita sama di ambil sampel apus tenggorokan. Sambil kita lakukan pemantauan dua kali masa inkubasi penyakit," ujar Dede.

Dijelaskan Dede, bahwa dua orang suspek difteri itu memang awalnya memiliki gejala yang mirip dengan penyakit yang ditimbulkan bakteri pada umumnya. Mulai dari batuk, demam, dan sakit tenggorokan. Serta yang khas seperti adanya pembengkakan di selaput tenggorokan atau di tonsil.

Sebab lanjut Dede bahwa, kejadian toksin difteri itu biasanya terdapat ada pembengkakan di kelenjar leher. Namun, ciri tersebut tidak dialami oleh kedua warga Indramayu tersebut.

"Sampai dengan hari ini memang hasilnya belum diketahui tapi untuk suspek yang dua tadi Alhamdulilah kondisinya sudah membaik dan kontak erat lainnya tidak menunjukkan gejala mengarah ke difteri," jelas dia.

Dilihat dari hasil pemantauan dan kondisi saat ini, dinkes pastikan kedua orang tersebut tidak terkena difteri. Namun demikian, pihaknya tetap melakukan diagnosa dan pemeriksaan guna mencegah wabah difteri meluas.

"Tetap menegakkan diagnosis itu harus menggunakan pemeriksaan laboratorium yang sedang kita tunggu," katanya.

Diakui Dede, selama tahun 2020 hingga 2021 lalu, banyak orang khususnya balita yang lolos dari imunisasi. Sehingga, mereka masuk dalam kategori kelompok rentan.

"Alhamdulillah capaian imunisasi pada program Bulan Imunisasi Anak Nasional tahun kemarin sudah di atas target nasional atau mencapai 99 persen," pungkasnya.

Suspek Difteri Meninggal Dunia di Sukabumi

Dinas Kesehatan mencatat selama tahun ini ada dua warga Kota Sukabumi yang dinyatakan suspek difteri. Salah satu di antaranya meninggal dunia.

Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi, drg Wita Darmawanti, kedua warga yang suspek difteri berusia 16 tahun dan 47 tahun berasal dari daerah Citamiang dan Warudoyong. Namun, pasien yang berusia 47 tahun dinyatakan meninggal dunia.

"Kasus difteri saat ini kita mempunyai 2 suspek. Satu dari Citamiang dan Warudoyong. Usia 47 dan 16 tahun, yang usia 47 meninggal," kata Wita, Kamis (2/3/2023).

Lebih lanjut, pihaknya juga mengirimkan sampel pasien suspek difteri ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi Jawa Barat untuk dilakukan pemeriksaan kultur. Hasilnya, kata dia, sejauh ini masih terkendali.

"Setelah diperiksa kultur di lab provinsi, karena kita nggak bisa tes di sini hasilnya itu negatif. Jadi sampai saat ini masih terkendali," ujarnya.

Sebagai tindak lanjut dari temuan kasus tersebut, pihaknya juga melakukan pemeriksaan kontak erat kepada warga yang diduga terpapar difteri. Orang yang berisiko tinggi tertular difteri diberikan obat eritromisin.

"Setelah dilakukan pemeriksaan kontak kasus, hasil tidak ditemukan kasus lain. Kita berikan eritromisin profilaksis untuk kontak erat kasus, penguatan imunisasi difteri rutin juga di wilayah yang terpapar kasus (difteri) ditambah konseling dan penyuluhan kepada masyarakat," jelasnya.

Wita mengungkapkan, Dinas Kesehatan juga sudah siap siaga jika suatu waktu difteri menjadi kejadian luar biasa (KLB) di Kota Sukabumi. Mengingat, KLB difteri sudah ditetapkan di Garut dengan kejadian tujuh orang meninggal dunia.

"Kesiapsiagaan KLB difteri di Kota Sukabumi, sumber daya manusia terlatih swab kultur difteri di seluruh puskesmas dan rumah sakit. Petugas surveilans juga ada di semua puskesmas dan rumah sakit," ucapnya.

Selain itu, pihaknya juga memastikan ketersediaan logistik berupa eritromisin profilaksis memadai, Anti Difteri Serum (ADS) dan Media Ammies (transfort media kultur difteri) yang memadai.

(yum/yum)


Hide Ads