Gelar 'Pahlawan Tanpa Tanda Jasa' sangat tepat bila disematkan kepada para guru sekolah dasar di Kecamatan Subang, Kabupaten Kuningan. Mereka rela mengabdikan diri mengajar anak-anak di daerah cukup terpencil ini.
Misalnya saja sejumlah guru SD Negeri 2 Pamulihan di Kecamatan Subang. Di mana tenaga pengajarnya didominasi oleh honorer dan P3K yang sudah mengajar bertahun-tahun di sekolah tersebut.
SD Negeri 2 Pamulihan sendiri merupakan satu dari beberapa sekolah pelosok yang terdapat di Kabupaten Kuningan. Jumlah siswa di sini pun terbilang minim. Totalnya hanya ada 64 murid. Bahkan siswa kelas II di SD tersebut berjumlah 6 orang.
Meski begitu, guru di SD Negeri 2 Pamulihan merasa bangga karena dapat berkontribusi mencetak generasi muda terbaik di kawasan pelosok Kabupaten Kuningan. Emosi ini terpancar begitu kuat dalam diri Runtijah (53). Warga asli Desa Pamulihan sekaligus guru di sekolah terpencil tersebut.
Saat berbincang dengan detikJabar, Kamis (23/2/2023), Rutinjah banyak berkisah. Hampir semua pengalamannya adalah rasa bahagia, bukan duka.
Sudah 25 tahun waktu dihabiskan Rutinjah mendidik murid. Dari sorot matanya, Rutinjah amat mencintai pekerjaannya. Setiap melaksanakan kewajiban sebagai guru, ia selalu meniatkannya untuk ibadah.
Perasaan ini sangatlah wajar. Mengingat SD Negeri 2 Pamulihan merupakan almamaternya. Tempat pertama Rutinjah menimba ilmu sewaktu kecil dulu.
"Sekolah ini almamater saya juga. Awal mula mengajar di sini karena diminta guru saya dahulu. Buat bantu-bantu. Waktu itu saya belum memiliki Surat Izin Mengajar. Tetapi kata beliau, masalah administrasi ini bisa dicari," kata Rutinjah kepada detikJabar.
Zaman dahulu, kata dia, SD Negeri 2 Pamulihan sangat kekurangan guru. Ditambah lokasinya berada di kawasan yang cukup sulit dijangkau, waktu itu sekolah ini begitu memerlukan tenaga pengajar.
Walaupun sempat menolak karena hanya memiliki ijazah SMA, pada akhirnya Rutinjah menerima tawaran menjadi guru. Meski kala itu dia tidak punya sedikitpun keahlian atau pengalaman dalam mengajar.
Berbekal niat dan hati yang tulus, dia mengajar murid di SD Negeri 2 Pamulihan sampai sekarang.
"Waktu itu sempat menolak dulu, karena baru saja lulus SMA dan belum kuliah lagi. Dahulu bayarannya sangat kecil, per bulan honornya hanya Rp100 ribu. Gak kebayangkan? Bagi saya mengabdi di sini diniatkan ibadah," ujarnya.
Pengabdian selama 25 tahun ini akhirnya berbuah manis. Setelah menamatkan dan memperoleh gelar sarjana di STAI Al-Ihya Kuningan pada 2019 lalu, Rutinjah kini diangkat sebagai tenaga P3K.
Sebelum statusnya diangkat, Rutinjah sempat mengalah agar anak-anak bisa kuliah. Memang, penghasilannya dahulu tidak cukup bila ia juga memaksakan diri masuk perguruan tinggi.
"Kebetulan saya ikut tes P3K tahun kemarin, Alhamdulillah lolos formasi. Kebetulan untuk Kategori 2 di tempatkan di sekolah induk. Jadi yang dulunya sudah mengajar di sana, maka penempatannya juga di sana. Saya di SD Negeri 2Pamulihan,"tuturnya dengan rasa bangga.
(mso/mso)