Kisah Para Guru yang Rela Mengabdi di SD Pelosok Kuningan

Kisah Para Guru yang Rela Mengabdi di SD Pelosok Kuningan

Fathnur Rohman - detikJabar
Jumat, 24 Feb 2023 06:31 WIB
Para guru yang mengabdi bertahun-tahun di SD Negeri 2 Pamulihan, Kecamatan Subang, Kabupaten Kuningan.
Para guru yang mengabdi bertahun-tahun di SD Negeri 2 Pamulihan, Kecamatan Subang, Kabupaten Kuningan (Foto: Fathnur/detikJabar).
Kuningan -

Gelar 'Pahlawan Tanpa Tanda Jasa' sangat tepat bila disematkan kepada para guru sekolah dasar di Kecamatan Subang, Kabupaten Kuningan. Mereka rela mengabdikan diri mengajar anak-anak di daerah cukup terpencil ini.

Misalnya saja sejumlah guru SD Negeri 2 Pamulihan di Kecamatan Subang. Di mana tenaga pengajarnya didominasi oleh honorer dan P3K yang sudah mengajar bertahun-tahun di sekolah tersebut.

SD Negeri 2 Pamulihan sendiri merupakan satu dari beberapa sekolah pelosok yang terdapat di Kabupaten Kuningan. Jumlah siswa di sini pun terbilang minim. Totalnya hanya ada 64 murid. Bahkan siswa kelas II di SD tersebut berjumlah 6 orang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, guru di SD Negeri 2 Pamulihan merasa bangga karena dapat berkontribusi mencetak generasi muda terbaik di kawasan pelosok Kabupaten Kuningan. Emosi ini terpancar begitu kuat dalam diri Runtijah (53). Warga asli Desa Pamulihan sekaligus guru di sekolah terpencil tersebut.

Saat berbincang dengan detikJabar, Kamis (23/2/2023), Rutinjah banyak berkisah. Hampir semua pengalamannya adalah rasa bahagia, bukan duka.

ADVERTISEMENT

Sudah 25 tahun waktu dihabiskan Rutinjah mendidik murid. Dari sorot matanya, Rutinjah amat mencintai pekerjaannya. Setiap melaksanakan kewajiban sebagai guru, ia selalu meniatkannya untuk ibadah.

Perasaan ini sangatlah wajar. Mengingat SD Negeri 2 Pamulihan merupakan almamaternya. Tempat pertama Rutinjah menimba ilmu sewaktu kecil dulu.

"Sekolah ini almamater saya juga. Awal mula mengajar di sini karena diminta guru saya dahulu. Buat bantu-bantu. Waktu itu saya belum memiliki Surat Izin Mengajar. Tetapi kata beliau, masalah administrasi ini bisa dicari," kata Rutinjah kepada detikJabar.

Zaman dahulu, kata dia, SD Negeri 2 Pamulihan sangat kekurangan guru. Ditambah lokasinya berada di kawasan yang cukup sulit dijangkau, waktu itu sekolah ini begitu memerlukan tenaga pengajar.

Walaupun sempat menolak karena hanya memiliki ijazah SMA, pada akhirnya Rutinjah menerima tawaran menjadi guru. Meski kala itu dia tidak punya sedikitpun keahlian atau pengalaman dalam mengajar.

Berbekal niat dan hati yang tulus, dia mengajar murid di SD Negeri 2 Pamulihan sampai sekarang.

"Waktu itu sempat menolak dulu, karena baru saja lulus SMA dan belum kuliah lagi. Dahulu bayarannya sangat kecil, per bulan honornya hanya Rp100 ribu. Gak kebayangkan? Bagi saya mengabdi di sini diniatkan ibadah," ujarnya.

Pengabdian selama 25 tahun ini akhirnya berbuah manis. Setelah menamatkan dan memperoleh gelar sarjana di STAI Al-Ihya Kuningan pada 2019 lalu, Rutinjah kini diangkat sebagai tenaga P3K.

Sebelum statusnya diangkat, Rutinjah sempat mengalah agar anak-anak bisa kuliah. Memang, penghasilannya dahulu tidak cukup bila ia juga memaksakan diri masuk perguruan tinggi.

"Kebetulan saya ikut tes P3K tahun kemarin, Alhamdulillah lolos formasi. Kebetulan untuk Kategori 2 di tempatkan di sekolah induk. Jadi yang dulunya sudah mengajar di sana, maka penempatannya juga di sana. Saya di SD Negeri 2Pamulihan,"tuturnya dengan rasa bangga.

Rasa Haru dan Bahagia Menyertai Guru yang Mengajar di SD Terpencil

Ada setidaknya 7 guru yang mengajar siswa di SD Negeri 2 Pamulihan. Di mana mayoritasnya merupakan warga asli Desa Pamulihan. Sebagian besarnya sudah diangkat menjadi tenaga P3K. Sisanya adalah honorer.

Apa yang dirasakan oleh Rutinjah juga dialami Kepala SD Negeri 2 Pamulihan Karnasih. Dia pun banyak bercerita tentang pengalamannya memimpin sekolah ini. Hampir 4 tahun, wanita tersebut mengabdikan diri untuk menemani para guru membimbing siswa-siswi belajar di sekolahnya.

Kendati jumlah muridnya sedikit, Karnasih menilai kondisi di sekolahnya agak lebih bagus ketimbang sekolah lainnya yang berada di Kecamatan Subang. Sebab, ada beberapa sekolah yang jumlah siswanya di bawah 60 orang.

Tidak ada sedikitpun penyesalan yang terbersit di benak Karnasih saat ditugaskan menjadi kepala sekolah di SD tersebut. Malah, dia sangat bahagia karena warga sekitar sekolah selalu bersikap ramah kepadanya. Momen seperti ini masih bisa ditemukan di kawasan pedesaan di Kabupaten Kuningan.

"Kalau saya jujur banyak sukanya, karena masyarakat di sini ramah-ramah," tuturnya.

Memberi pengajaran kepada siswa sebenarnya bukan pekerjaan sulit. Tetapi dari penuturan para guru, karena jumlah murid minim maka hal tersebut membuat jiwa kompetisi di antara siswa tidak terbentuk dengan baik. Oleh sebab itu, tolak ukur keberhasilan pengajaran siswa tidak bisa dipantau secara keseluruhan.

"Justru mengajar itu lebih enak yang banyak. Jadi persaingan ada, kalau sedikit jiwa kompetisi murid sangat kurang," ungkapnya.

Terlepas dari hal apapun, Karnasih sangat mengapresiasi semangat belajar siswanya. Dia menerangkan, ada salah satu faktor tersebar mengapa sekolahnya punya murid sedikit.

Menurutnya jumlah penduduk di kawasan ini tidak terlalu banyak. Ditambah dengan kondisi geografis yang berada di dataran tinggi, membuat sekolah-sekolah tersebut hanya dapat menerima murid yang berasal dari satu dusun. Ditambah lagi jarak dari satu sekolah ke sekolah lainnya bisa mencapai 1 hingga 2 km.

"Dibandingkan dengan sekolah lain di daerah terpencil Kuningan, ini agak mendingan yang lainnya di bawah 60 siswa," ujar Karnasih.

Karnasih dan para guru di SD Negeri 2 Pamulihan berharap agar anak didiknya bisa menjadi orang sukses di kemudian hari. Sebab, dedikasi mereka saat ini bakal jadi modal dasar siswa guna menyongsong kehidupannya kelak.

Halaman 2 dari 2
(mso/mso)


Hide Ads