Sejak petugas pengangkut sampah mogok, sampah dari para penghuni indekos tempat Sudirman bermukim jadi tak terangkut. Tempat kos Sudirman ini terletak di wilayah Gedebage, tak jauh dari Masjid Al Jabbar yang sedang trending.
Tong-tong sampah di depan kamar kos tak mampu menampung lagi saking penuhnya, akibatnya aneka jenis sampah meluber dan mengundang lalat yang suara kepak sayapnya cukup mengganggu datang mengerubungi.
"Itu kejadiannya sudah sekitar dua bulanan lah, cuma dua atau tiga harian memang, tapi sebentar saja sampahnya sampai menumpuk gitu, apalagi istri suka makan udang dan sayuran. Jadi memang bekas sampah dapurnya bikin bau," ucap Sudirman saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.
![]() |
Akhirnya Sudirman menemukan solusi untuk mengurangi timbulan sampah di kosannya. Ia memanfaatkan wadah bekas magicom untuk menimbun sampah sisa dapur,seperti kulit kupasan buah, potongan sayur yang tak termakan, nasi sisa hingga cangkang udang.
"Saya hanya tinggal berdua sama istri, akhirnya inisiatif dibuat kompos. Semuanya dimasukkan ke bekas magicom terus ditutup, tunggu 6 sampai 7 hari. Setelah itu saya pakai air endapannya buat nyiram tanaman milik tetangga kos," tutur Sudirman.
"Dengan begitu sampah jadi berkurang sih. Enggak ada bau lagi di tong sampah," ucapnya menambahkan.
Pengalaman serupa juga sempat dialami Eka (37), seorang ibu rumah tangga di Sarijadi, Bandung. Pangkal masalahnya, karena ada kerusakan alat berat di TPA Sarimukti. Selain itu guyuran hujan membuat akses menuju TPA Sarimukti menjadi sulit dilalui truk pengangkut sampah.
Imbasnya pembuangan sampah dari kompleks rumah Eka ke TPS, juga ikutan macet. Kejadian itu terjadi sekitar pertengahan Januari 2023 lalu.
"Iya sampahnya menumpuk, misalnya sampah dapur kan suka ada air dan minyak ya. Terus si tong sampahnya itu bocor, jadinya air sampahnya menetes-netes ke luar, jadi bau. Belum lagi ada belatung di situ, itu yang bikin seram sih," ujar Eka.
Kendala pengangkutan sampah ke TPA Sarimukti juga sedianya pernah terjadi pada November 2021. Kala itu, penyebabnya karena alat berat yang beroperasi kehabisan BBM.
![]() |
Masalah sampah masih menjadi persoalan pelik di Kota Bandung. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK, timbulan sampah di Kota Bandung pada 2022 sebanyak 1.594 ton per hari atau 581.872,52 ton per tahun.
Sumber sampah terbanyak di Kota Bandung berasal dari rumah tangga dengan persentase 60%. Jauh lebih banyak dibandingkan sampah pasar yang berada di angka 10%. Mengacu pada data SIPSN KLHK tahun 2022, persentase pengurangan sampah, dalam artian pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah di Kota Bandung baru mencapai 16,07%.
Kota Bandung sendiri sebenarnya telah menamai ulang Zero Waste menjadi Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan dan Manfaatkan). Program ini berupaya mengubah wajah pengelolaan dari paradigm 'kumpul-angkut-buang' ke pemilahan dan pemanfaatan sampah di sumber pertama (zero waste life style).
Sedianya, tak hanya pemerintah yang gencar berbuat untuk pengurangan sampah di sumber pertama. Warga dan komunitas di Kota Bandung pun bergeliat untuk mengurangi timbulan sampah di Kota Kembang. Mereka membuat kerupuk gendar hingga menukar sampah menjadi emas yang bernilai tinggi.
Seperti apa geliatnya ? simak di halaman selanjutnya.
Aman Ekologis Bersama Toko Organis
Berbelanja di Toko Organis YPBB (Foto: Yudha Maulana/detikJabar)
|
Hanya berjarak sepelemparan batu dari Pasar Cikutra, Toko Organis tak segemerlap pusat niaga masa kini. Tak ada lampu yang berkelap-kelip, namun di tempat ini tersimpan sejuta harapan agar kehidupan kelak menjadi lebih baik.
Saat berkunjung ke Toko Organis awal Februari lalu, detikJabar bertemu dengan Nurul (30), salah seorang pengelola toko. Ia menjelaskan, Toko Organis mengusung konsep refill store atau bulk store.
Dengan konsep itu, konsumen bisa melakukan isi ulang (refill) aneka kebutuhan rumah tangga secara curah. Mulai dari sabun cuci piring, sabun mandi, hingga saus sambal. Keunikannya di sini konsumen bisa membeli produk sesuai dengan yang diperlukan.
Misalnya untuk sabun cuci, konsumen bisa membeli 100 gr saja atau bahkan satu sendok sekali pun. Berat barang yang akan dibeli kemudian ditimbang terlebih dahulu dan harganya disesuaikan dengan harga per kilogramnya.
Karena menerapkan konsep refill store, ujar Nurul, konsumen wajib membawa wadah atau botol sendiri. Hal itu juga menjadi salah satu upaya dalam mengenalkan konsep gaya hidup zero waste.
"Di Toko Organis, kami juga menyediakan wadah belanja. jadi konsumen membawa sendiri wadah atau botolnya," tutur Nurul.
![]() |
Sepanjang mata memandang di dalam Toko Organis terlihat deretan botol pompa berukuran besar, isinya macam-macam mulai dari pencuci pakaian, sabun mandi hingga pembersih lantai.
Di sisi yang lainnya, berjejer toples-toples berukuran jumbo yang isinya juga beragam mulai dari kopi bubuk, madu, kecap, saus sambal, garam hingga gula. Di sini juga terdapat produk yang menunjang gaya hidup organis seperti biji lerak, sikat gigi bambu, sabut gambas dan yang lainnya.
"Sebelum pandemi, konsumen bisa berswalayan di dalam toko, mulai dari mengemas, menimbang dan memasukkan data belanjaannya di aplikasi kasir dilakukan sendiri. Tapi setelah pandemi kami meniadakan sistem itu," ujar Nurul.
Ia mengatakan, rata-rata konsumen yang datang ke toko telah menerapkan gaya hidup organis. Walau pun ada juga sebagian yang baru akan memulai, di sana Nurul bersama kawan-kawannya siap memberikan edukasi seputar pola hidup zero waste.
Baca juga: Danau Masjid Al Jabbar Belum Bebas Sampah! |
Sejak didirikan pada 2014, Toko Organis menjadi salah satu sistem pendukung kampanye zero waste yang digalakkan NGO Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB). Pasalnya, kecenderungan volume sampah yang tak kunjung menurun membuat YPBB lebih ekstra untuk mengkampanyekan zero waste.
"Toko Organis juga berperan sebagai sarana edukasi dalam mengembangkan pola hidup zero waste, di mana nantinya pengunjung akan mendapatkan berbagai informasi terkait dengan sarana dan prasarana penunjang gaya hidup zero waste serta belajar memperoleh berbagai kebutuhan hidup dengan cara zero waste," katanya.
![]() |
Toko ini juga menyediakan teknologi tepat guna untuk mengurangi food waste atau limbah sisa dapur, seperti keranjang takakura hingga alat pembuat biopori. Pun, produk-produk yang dijajakan sebagian besar berasal dari buatan lembaga atau dari produsen lokal untuk mengurangi jejak ekologis.
"Pengunjung toko organis bisa mendapatkan langsung berbagai jenis alat (teknologi tepat guna) yang dapat mempermudah penerapan pola hidup organis sehari-hari dan berbagai produk kebutuhan hidup yang dipilih dan disediakan dengan jejak ekologis serendah mungkin," katanya.
Tangani Bahaya Sampah Pembalut Lewat Reusable Product
Dalam jurnal 'Dampak Sampah Pembalut Terhadap Lingkungan' yang ditulis Novia Fajar Suryaning Puspita dari Universitas Sebelas Maret (UNS), disebutkan bahwa dari sekian jenis sampah, sampah rumah tangga merupakan limbah yang paling berbahaya.
Novia yang mengutip dari Hasibuan (2016) menulis, kerusakan yang timbul dari limbah rumah tangga bahkan lebih besar dari dampak kerusakan dari industri. Salah satu sampah anorganik dari limbah rumah tangga, adalah pembalut sekali pakai.
Masih dalam jurnal yang sama sampah pembalut ternyata memakan waktu 500-800 tahun sampai terurai sempurna. Kandungan dari pembalut sekali pakai juga kurang ramah lingkungan karena mengandung plastik, dioksin, pemutih, herbisida dll.
Jika dibakar, asap yang dikeluarkan akan mengandung senyawa kimia yang berbahaya seperti dioksin di mana senyawa tersebut dapat digunakan sebagai racun tumbuhan (herbisida).
"Lumayan penggunaan sampah pembalut ini, karena bisa dibayangkan satu periode (menstruasi) itu satu minggu dan wanita bisa sampai empat kali ganti pembalut. Bayangkan kalau sampai satu tahun, sama juga dengan popok bekas," ujar Nurul.
![]() |
"Sampah pembalut itu diolahnya juga susah, bahannya juga kurang bagus untuk kesehatan kewanitaan karena mengandung pemutih, dan sampahnya itu lumayan banyak." kata Nurul melanjutkan.
Salah satu solusi atas permasalahan tersebut, Toko Organis juga menyediakan reusable menstrual pad dan reusable diapers. Sehingga bisa digunakan berulang-ulang tanpa menghasilkan limbah plastik berbahaya yang mengancam lingkungan.
"Kita juga mendorong penggunaan reusable tissue, di sini ada delapan lembar. Bisa gonta-ganti, kalau kotor bisa dicuci. Terus juga kapas, kita juga sediakan yang bisa digunakan ulang. Karena kan sebenarnya kalau kapas biasa itu bergantung juga terhadap pohon," katanya.
Kerupuk Gendar Si Renyah Penangkal Mubazir
Kerupuk gendar (Foto: Yudha Maulana/detikJabar)
|
Kerupuk gendar bukan cemilan sembarangan. Panganan yang populer di Blora, Solo dan Salatiga ini terbuat dari nasi. Ia bisa dikudap menjadi cemilan atau toping mi kopyok khas Semarang.
Khusus di dapur Yusnia, kerupuk gendar buatan rumah dibuat dari nasi sisa. Hidangan ini kerap tersaji kemudian jika nasi mengeras dan tak termakan penghuni rumah.
"Sejak tahun 2018 membuat kerupuk gendar. Ini dibuatnya dari nasi sisa, bukan untuk dijual tapi untuk dikonsumsi penghuni rumah saja," ujar Yusnia ketika berbincang dengan detikJabar, belum lama ini.
![]() |
Ia tergerak untuk membuat kerupuk gendar, setelah resah melihat nasi sisa dibuang begitu saja. Ia pun akhirnya mencari cara agar tak mubazir, hingga akhirnya menemukan kerupuk gendar.
"Gara-gara sayang sama nasi bekas, kalau enggak habis jadi basi dan enggak bisa dimakan lagi. Kadang nasi yang tak termakan itu suka jadi keras, nah itu bisa sebetulnya dikukus lagi agar jadi kerupuk gendar," ujarnya.
Membuat kerupuk gendar ini ternyata tak sulit. Langkah pertama adalah menyiapkan tepung tapioka, nasi yang hampir basi atau sisa, garam, penyedap rasa, daun bawang dan merica.
"Tambahkan juga bubuk udang dari cangkang udang yang dikeringkan. Jadi saat memasak udang itu, cangkangnya jangan dibuang, tapi bisa dijemur kemudian dikeringkan dan diblender sampai halus," ujar Yusnia.
β
Cara Membuat Kerupuk Gendar
![]() |
Dalam satu bulan, Yusnia bisa membuat kerupuk gendar satu atau dua kali. Tergantung dari nasi sisa yang tersedia.
"Tidak menentu kadang satu sampai dua kali, tergantung kalau ada nasi yang bekas saja," katanya.
Nasi Paling Banyak Dibuang
Berdasarkan hasil kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) bersama sejumlah lembaga, terdapat 23-48 juta ton sampah makanan yang dibuang di Indonesia pada periode 2000-2019 atau setara dengan 115-184 kilogram per kapita per tahun.
Timbulan FLW didominasi oleh jenis tanaman pangan. Sementara itu kajian FLW dari Bappenas 2021, dari 11 kategori pangan neraca bahan makanan (NBM) padi-padian berkontribusi paling besar yaitu 44,3% atau sekitar 12-21 juta ton FLW/tahun.
Sedangkan jenis pangan yang prosesnya paling tidak efisien adalah sayur-sayuran, yang dimana kehilangan mencapai 62,8 persen dari seluruh suplai domestik sayur-sayuran yang ada di Indonesia.
Dua penulis dari projectmultatuli.org, Inez Kriya & Syahrier Firmansyah pernah membuat penelitian kecil terkait FLW di sektor rumah tangga. Mereka meminta 10 responden untuk mencatat berapa banyak sampah makanan yang terkumpul selama 7 hari.
Penelitian ini hanya berfokus pada bagian yang bisa dikonsumsi, sehingga duri ikan atau tulang dll tak dihitung. Hasilnya, nasi adalah jenis sisa makanan terbuang yang paling rutin dilaporkan. Rata-rata dalam 4 hingga 7 hari ada nasi yang terbuang sebanyak setengah sendok hingga delapan sendok.
Nasi itu umumnya berasal dinding penyimpanan magicom yang memang cenderung membuat nasi di dinding magicom cepat mengering.
Hargai Makanan, Beli Secukupnya
Pada Tahun 2021, berdasarkan data The Economics Intelligence Unit, Indonesia merupakan penghasil sampah makanan (food loss and waste/FLW) terbesar kedua di dunia.
Sementara itu dalam kajian DKPP Kota bandung pada 2022, dengan jumlah penduduk mencapai 2.530.448 jiwa Kota Bandung menghasilkan timbulan sampah 1.594,18 ton/hari. Timbunan sampah tersebut sebanyak 44 52 persen didominasi oleh sampah sisa makanan.
Jumlah ini bahkan lebih banyak dari komposisi sampah plastik (16,70%) dan sampah dari kertas karton (13,12%)
"Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menghargai makanan dengan melakukan pembelian makanan yang terlalu banyak atau penyiapan porsi makanan yang terlalu banyak pada suatu acara yang tidak sebanding dengan konsumsi makanan merupakan salah satu faktor dari sekian banyak penyebab food waste," ujar Kepala DKPP Kota Bandung Gin Gin Ginanjar.
Pemkot Bandung pun melakukan kampanye untuk meredam FLW. Seperti diketahui, FLW tak hanya berasal dari sisa makanan yang dimakan. Namun juga dari mulai proses produksi, distribusi, hingga konsumsi.
Selain sosialisasi dilakukan juga pembagian makanan berlebih yang berasal dari hotel untuk diberikan kepada masyarakat membutuhkan di Kota Bandung. Pemkot pun telah menyiapkan beragam program, salah satunya dengan lodong sesa dapur (loseda) untuk pembuatan kompos alami dari sisa makanan di dapur.
![]() |
Upaya sederhana yang dapat dilakukan dalam mencegah food waste di antaranya menghargai makanan, mengambil makanan secukupnya dan menghabiskan merupakan salah satu upaya yang mudah untuk dilakukan.
"Kampanye yang dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung ini bertujuan untuk mengurangi food waste atau makanan yang terbuang," kata Gin Gin.
Tukar Sampah Jadi Emas
Menukar sampah dengan emas di Bank Sampah Induk Kota Bandung (Foto: Yudha Maulana/detikJabar)
|
Mobil-mobil itu terlihat membawa tumpukan kardus, kertas hingga plastik botol minuman yang dikumpulkan dari berbagai kecamatan di Kota Bandung.
Tak hanya mobil-mobil itu yang datang membawa sampah. detikJabar juga melihat pejalan kaki berusia remaja yang datang membawa seikat kardus, yang kemudian ditukar menjadi beberapa ribu Rupiah.
"Lumayan uangnya untuk jajan, kadang kalau ada rongsokan atau botol saya biasa menukarnya ke sini," ujar remaja tersebut kepada detikJabar.
Di BSI Kota Bandung, sampah tak hanya bisa ditukar dengan uang. Tetapi juga bisa ditabung dan ditukar menjadi emas murni bersertifikat.
Bagaimana caranya?
Direktur BSI Kota Bandung Elis Solihat menjelaskan, nasabah atau warga yang menabung di BSI Kota Bandung cukup menabung sampah hingga saldonya mencapai harga tukar emas murni 24 karat.
"Misalnya warga menabung botol pet sebanya satu kilogram yakni senilai Rp 3.300, kemudian ditambah sampah yang telah dipilah lainnya hingga akhirnya mencapai saldo yang sesuai dengan harga emas," kata Elis kepada detikJabar.
Hingga 7 Februari 2023, untuk menukar sampah dengan emas seberat 0,025 gram, nasabah cukup mengumpulkan saldo tabungan sampah sebesar Rp43 ribu.
![]() |
Untuk 0,05 gram emas dengan saldo tabungan sampah Rp74 ribu. Hingga emas 0,5 gram yang bisa ditukar dengan saldo tabungan sampah sebesar Rp569 ribu.
Elis mengatakan, transaksi sampah dengan emas ini sangat menguntungkan nasabah. Pasalnya, harga emas terus merangkak naik. Pencairan saldo tabungan dan penjualan emas bisa dilakukan kapan saja.
"Program emas berjalan rutin, kita bekerjasama dengan Mr Gold. Harganya sama dengan harga beli, dan ini jual emasnya bisa langsung dilakukan di Bank Sampah Induk atau di tempat lainnya," ujarnya.
Terkait sampah yang bisa ditukar menjadi saldo tabungan, petugas dari BSI Kota Bandung akan memberitahu jenis dan besaran harganya. Harga beli sampah pun cenderung stabil karena di bawah naungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bandung.
Ia mengatakan antusiasme warga untuk menjadi nasabah di BSI Kota Bandung cukup tinggi seiring dengan program tukar sampah dengan emas. Saat ini terdapat sekitar 5.300 nasabah dan 320 unit (kelompok) yang rutin menabung di BSI Kota Bandung.
"Program emas ini cocok untuk investasi, artinya bukan menukar sampah untuk kebutuhan sehari-hari. Jadi mereka memilih untuk disimpan, kalau sudah banyak nanti bisa jadi dinar. Menarik juga, karena harga di sini tetap sesuai harga belinya," katanya.
Saat ini, BSI Kota Bandung bisa menerima sekitar 5 ton sampah anorganik yang telah dipilah per harinya dari berbagai kecamatan di Bandung. Memang masih jauh dari kata ideal, tetapi itu menjadi bahan bakar bagi Elis dan penyuluh BSI Kota Bandung untuk semakin gencar mengkampanyekan zero waste.
"Kita juga ada Sekolah Kang PISMAN, unit-unit bank sampah juga semakin bertambah di sekolah. Anak-anak juga sangat antusias. Saya sampaikan ke murid-murid, dengan memilah sampah dan menabung, nanti hasil tabungannya bisa ditukar dijadikan hadiah kepada guru," ujar Elis.
![]() |
Pengambilan sampah yang telah terpilah di warga pun dipermudah dengan sistem jemput sampah. Asalkan sampah-sampah tersebut memiliki berat 60 kg.
"Kalau beratnya 60kg bisa kita jemput," ujar Elis
Timbunan di TPS Berkurang, Cuan Didapat
Warga RW 11 Kelurahan Sekeloa, Aah Hasanah merasakan beragam manfaat dari menabung di BSI Kota Bandung. Ia menggerakkan unit bank sampah di kediamannya sejak 2015 silam.
Salah satu dampak nyata terhadap lingkungan, ialah berkurangnya tumpukan sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) tingkat RW tempat Aah bermukim.
"Tumpukan sampah berkurang, kalau dulu itu dalam satu hari bisa satu kresek sampai tiga kresek yang dibuang ke TPS. Sekarang dalam satu minggu sekali, bisa dua atau tiga kresek saja. Itu juga bekas irisan kangkung atau bagian sayur yang tak dimasak," ujar Aah.
Selain lingkungan yang terjaga, warga yang tergabung dalam unit bank sampah tingkat RW yang digawangi Aah juga merasakan untung dari hasil mengumpulkan dan memilah sampah yang disetorkan ke BSI Kota Bandung. Mereka seolah mendapatkan 'uang kaget' begitu tabungan dicairkan.
"Kadang ada nasabah yang mendapatkan Rp 1 juta. Ada yang Rp 800 ribu. Paling sedikit Rp 200 ribu. 10 bulan menabung, biasanya uangnya diambil menjelang lebaran, jadi ibaratnya ada uang untuk munggahan," ucap Aah.
![]() |
Tidak mudah bagi Aah untuk meyakinkan warga agar mau mengumpulkan dan memilah sampah. Ia pun mesti berkeliling meyakinkan warga lainnya di RW 11 untuk mengumpulkan sampah dan memilah sampah sesuai kategori.
"Kalau gabung dari tahun 2015, waktu itu hanya ada nasabah saja. Terus saya sosialisasi ke warga-warga ke saudara, ke RT setempat terus ke warga di RT yang lain sambal gendong cucu. Ngobrol juga dengan yang jualan. Saya bilang gelas monti dikumpulkan, biar nanti dibawa ke bank sampah. Gelas itu laku, dibuka labelnya. Botol tutupnya dibuka biar jadi emberan, kemudian mereka mengumpulkan dan antusias," katanya.
"Sekarang alhamdulillah ada 25 yang rutin memilah sampah. Asalnya dari tujuh orang, sepuluh orang, 15 orang kemudian sekarang 25," katanya yang mengaku menikmati kegiatan memilah sampah karena tiap agenda diakhiri dengan makan botram itu.