Eksploitasi Air Tanah Ancaman Nyata Kekeringan di Cimahi

Eksploitasi Air Tanah Ancaman Nyata Kekeringan di Cimahi

Whisnu Pradana - detikJabar
Jumat, 03 Feb 2023 16:31 WIB
Hundreds of people in eastern China have been infected with bacteria which can cause dysentery after drinking contaminated water, reports say DIPTENDU DUTTA AFP/File
ilustrasi air (Foto: AFP/DIPTENDU DUTTA/File).
Cimahi -

Kondisi air tanah di wilayah Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi kritis lantaran eksploitasi besar-besaran oleh rumah tangga dan industri.

Berdasarkan hasil kajian Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGL) Badan Geologi, kondisi muka air tanah di Bandung Raya kritis dibuktikan dengan penurunan muka air tanah sekitar 60 meter hingga 100 meter.

Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas mengatakan kondisi itu memunculkan ancaman kekeringan di wilayah Kota Cimahi khususnya wilayah selatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dampaknya itu krisis air tanah. Ketika kita tidak sadar eksploitasi terus, tiba-tiba habis air tanahnya, potensinya kekeringan bisa terjadi di 2050. Itu yang mesti dikhawatirkan," ujar Heri saat dihubungi detikJabar, Jumat (3/2/2023).

Heri mengatakan eksploitasi yang terus menerus dilakukan, bisa juga mempercepat terjadinya kekeringan tersebut. Namun hal itu baru berdasar pada hipotesis yang belum dimodelkan.

ADVERTISEMENT

"Iya bisa jadi mempercepat, bisa dipastikan 2050 aquifernya pada rusak, karena aquifer itu ada yang aquifer atas yang tidak tertekan kemudian aquifer bawah tertekan, bawahnya lagi tertekan, 2 lebih bawahnya lagi tertekan, biasanya sampai 4 aquifer," kata Heri.

"Nah sekarang di aqiufer 1 sudah habis di batas 50 meter sampai 100 meter, 100 meter sampai 200 meter juga sudah rusak. Nanti ngebor lagi sampai di kedalaman 200 meter, nanti rusak lagi itu kalau di proyeksikan krisis airnya di 2050," tambahnya.

Heri mengatakan di lingkungan masyarakat sendiri, pola eksploitas terjadi tanpa disadari. Seperti pembuatan sumur artesis yang nantinya air didistribusikan langsung ke masyarakat yang membutuhkan.

"Belum lagi PDAM juga mengunakan air tanah, sehingga kompleksitasnya sangat luar biasa untuk bandung ya terkait urusan air tanah ini. Dan indikatornya bisa dilihat dari penurunan air tanahnya yang makin merah. Saya kira sekarang memang seharusnya mengkampanyekan kembali soal kerawanan air tanah di Bandung Raya," tutur Heri.

Bukti kekeringan mengancam wilayah selatan Kota Cimahi sudah sering terjadi. Misalnya saat kemarau meskipun hanya sebentar, masyarakat akan kesulitan air dan terpaksa membeli demi memenuhi kebutuhan.

"Buktinya ya, sekarang saja masyarakat harus beli air yang pakai tangki, nah kalau terus terjadi eksploitasi bisa lebih parah," ucap Heri.

Menurut Heri upaya mengatasi kekeringan di Cimahi dan cekungan Bandung secara umum, menjadi tanggungjawab bersama, meskipun porsinya lebih besar menjadi milik pemerintah daerah.

"Urusan air ini jadi kewajiban pemerintah. Ketika masyarakat harus bagaimana, masyarakat berusaha sebisa mungkin menghemat air saja. Bisa saja melakukan water recycling, tapi kalau mampu kan butuh biaya. Mau water harvesting atau air hujan ditampung, kan butuh bak dan ruang. Rumah sekarang sudah sempit. Jadi boro-boro bisa harvesting," tutur Heri.

(mso/mso)


Hide Ads