Melihat Nasib Permainan Tradisional Usai Pandemi

Melihat Nasib Permainan Tradisional Usai Pandemi

Bima Bagaskara - detikJabar
Jumat, 20 Jan 2023 09:00 WIB
Zaini Alif, pendiri Komunitas Hong
Zaini Alif, pendiri Komunitas Hong. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Bandung -

Permainan tradisional mulai jarang dipermainkan oleh anak-anak generasi sekarang. Gempuran teknologi membuat permainan tradisional kalah pamor dari permainan modern. Ditambah lagi, kini segala jenis permainan bisa dengan mudah dimainkan dalam genggaman.

Namun hal tersebut bukan berarti permainan tradisional telah benar-benar ditinggalkan. Pandemi Covid-19 justru membuat permainan tradisional justru kembali menggeliat. Kejenuhan anak-anak yang tiap hari selalu disuguhkan dengan kemudahan dalam sebuah gawai membuat permainan tradisional dilirik kembali.

Zaini Alif, pendiri Komunitas Hong mengatakan, saat pandemi melanda, anak-anak lebih banyak bermain dengan gawainya karena tuntutan kondisi seperti belajar daring hingga lainnya. Namun keseringan menggunakan gawai, kata Zaini, membuat anak-anak mulai merasa jenuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Permainan tradisional di generasi sekarang itu setelah pandemi ini ada satu geliat sendiri terkait rasa bosan anak-anak ketika dia berada di rumah. Selama ini ada hal baru yang mereka rasakan setelah menemukan permainan berbasis gadget. Kemudian didukung kegiatan sekolah dan lainnya," kata Zaini saat berbincang dengan detikJabar, Rabu (28/12/2022).

Zaini menuturkan, rasa jenuh yang dialami anak-anak dengan gadget-nya membuat mereka mulai mencari aktivitas lain yang lebih ke segi fisik. Aktivitas dengan bermain permainan tradisional pun termasuk yang kembali bergeliat dimainkan.

ADVERTISEMENT

"Rasa bosan mereka itu kemudian teralihkan dan mencari aktivitas fisik salah satunya permainan tradisional. Dari pengamatan kami, geliat terbaru ini sudah terlihat dengan maraknya kegiatan tradisional di daerah. Utamanya mungkin di luar jam sekolah atau masa persiapan sekolah," papar dia.

Dengan begitu, ia menyimpulkan jika pasca pandemi, justru minat anak-anak untuk memainkan permainan tradisional cenderung lebih meningkat karena rasa interesting anak-anak yang ingin mencoba hal baru.

"Iya meningkat karena satu banyaknya event yang diselenggarakan kemudian adanya rasa jenuh anak-anak terhadap kegiatan berbasis gadget, ketiga karena adanya program yang merujuk pada peningkatan permainan," ujar Zaini.

Di masa libur sekolah ini menurut Zaini, event-event yang menggelar berbagai kegiatan yang berkaitan dengan permainan tradisional memang berkurang. Namun meski berkurang, tiap individu mulai banyak mencari jenis permainan yang cenderung mengasyikkan dan tentunya dianggap dapat mengisi kreativitas seperti halnya permainan lato-lato atau nok-nok yang sedang viral akhir-akhir ini.

Selain lato-lato kata dia, masih banyak permainan tradisional yang masih dimainkan oleh anak-anak seperti engkrang dan sondang. Kedua permainan tradisional itu dianggap memiliki daya tarik khususnya untuk menguji keberanian anak. Jenis permainan tradisional ini dipilih lantaran juga dianggap mudah dimainkan dan tentunya murah.

"Jadi alasan terkuat dalam permainan tradisional itu diterima sekarang karena kemudahannya, murah, tidak memerlukan banyak hal sehingga bisa dicapai dengan cara anak-anak," tutur Zaini.




(bba/tey)


Hide Ads