Permainan tradisional, yang dulunya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak Indonesia, kini mulai ditinggalkan. Seiring perkembangan zaman dan teknologi, anak-anak lebih sering menghabiskan waktu dengan bermain gawai dan game online dibandingkan bermain bersama teman di luar rumah.
Padahal, permainan tradisional memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri di setiap daerah, termasuk di Jawa Timur. Permainan ini bukan hanya memberikan hiburan, tetapi menyimpan nilai-nilai budaya yang kaya, serta mengajarkan kebersamaan, kreativitas, dan kebugaran fisik.
Permainan tradisional dari Jawa Timur, khususnya, memiliki keistimewaan yang mencerminkan kearifan lokal. Namun sayangnya, banyak dari permainan ini yang kini jarang dimainkan, bahkan hampir punah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Permainan Tradisional Jawa Timur
Perubahan gaya hidup dan minimnya pengenalan permainan ini kepada generasi muda menjadi salah satu penyebab utama permainan ini hampir punah. Sebagai bentuk pengingat sekaligus nostalgia, mari kenali kembali beberapa permainan tradisional khas Jawa Timur yang sudah semakin sulit ditemukan.
1. Jamuran
Jamuran adalah permainan tradisional khas Jawa Timur yang biasa dimainkan di halaman rumah atau lapangan terbuka, terutama saat sore hari. Permainan ini dapat melibatkan empat hingga 12 anak, baik laki-laki maupun perempuan.
Cara bermainnya dimulai dengan menentukan siapa yang kalah melalui gambreng. Anak yang kalah menjadi "pancer" atau pusat lingkaran, sementara yang lain mengelilinginya sambil menyanyikan lagu "Jamuran".
Ketika lagu berakhir, pancer harus menyebutkan nama jenis jamur, misalnya "jamur payung". Pemain lain kemudian menirukan bentuk jamur tersebut dengan posisi tubuh tertentu. Setelah itu, pancer akan mencoba menggelitik mereka. Siapapun yang tertawa harus menggantikan posisi pancer.
2. Lompat Karet
Permainan ini menggunakan tali karet yang dianyam menjadi panjang. Biasanya dimainkan tiga orang atau lebih, di mana dua orang memegang tali, dan satu lainnya melompat.
Tali karet awalnya dipasang pada posisi rendah dan akan dinaikkan secara bertahap pada setiap giliran. Permainan ini sering dimainkan anak perempuan karena sederhana, tetapi tetap seru dan menantang.
3. Nekeran
Dikenal juga sebagai permainan gundu, nekeran adalah permainan yang menggunakan kelereng. Biasanya dimainkan anak laki-laki setelah pulang sekolah atau pada sore hari.
Aturannya sederhana. Pemain harus menyentil kelereng untuk mengeluarkan kelereng lawan dari lingkaran. Setiap kelereng yang berhasil dikeluarkan menjadi milik pemain yang menyentilnya. Pemain yang mendapatkan kelereng terbanyak dinyatakan sebagai pemenang.
4. Patil Lele
Permainan ini menggunakan dua batang kayu dengan ukuran berbeda, yang disebut "gatrik". Anak-anak memainkan permainan ini dengan cara melempar kayu kecil menggunakan kayu panjang.
Jika lawan berhasil menangkap kayu kecil yang dilempar, mereka bertukar peran. Jika tidak, pemain akan melanjutkan dengan memukul gatrik pendek untuk mendapatkan poin. Permainan ini mengandalkan ketangkasan dan strategi.
5. Bentengan
Bentengan adalah permainan kelompok yang memerlukan 4-10 pemain dalam setiap tim. Permainan ini melibatkan strategi menyerang, bertahan, dan mengalihkan perhatian lawan untuk mencapai markas atau benteng lawan.
Markas dapat berupa tiang, pohon, atau benda lain. Pemain yang tertangkap lawan akan menjadi tahanan, dan rekan satu tim dapat menyelamatkannya dengan menyentuhnya. Tim yang berhasil menyentuh benteng lawan dan menyisakan anggota terbanyak akan menjadi pemenang.
6. Enklek atau Angkle
Enklek dimainkan dengan melompat menggunakan satu kaki dari kotak ke kotak yang digambar di tanah. Pemain harus melempar batu kecil sebagai penanda kotak yang tidak boleh diinjak.
Tujuan permainan adalah melompati semua kotak tanpa menyentuh garis hingga batu mencapai kotak terakhir. Pemain yang berhasil menyelesaikan semua tahap akan menjadi pemenang.
7. Gobak Sodor
Permainan ini melibatkan dua tim yang saling bersaing untuk menggiring lawan masuk ke wilayah mereka. Pemain yang berhasil melewati wilayah lawan tanpa tersentuh menjadi pemenang. Gobak Sodor menguji kekompakan tim, kecepatan berpikir, dan reaksi dalam menghadapi lawan.
8. Congklak atau Dakon
Permainan ini menggunakan papan berlubang dan biji-bijian. Dua pemain saling bergantian menyebarkan biji ke lubang papan sesuai aturan tertentu.
Pemenang ditentukan dari jumlah biji yang berhasil dikumpulkan di lubang besar milik pemain. Congklak mengajarkan ketelitian dan strategi.
9. Ongsrotan
Ongsrotan berasal dari Gresik dan dimainkan sejak 1960-an. Permainan ini dilakukan saat malam hari atau bulan purnama, menggunakan pecahan ubin atau genteng.
Pemain melemparkan pecahan tersebut ke dalam kotak pembatas di tanah. Permainan ini mengasah ketepatan melempar.
10. Egrang
Egrang menggunakan tiang bambu tinggi sebagai alat untuk berjalan. Agar menang, pemain harus berjalan hingga garis finish tanpa terjatuh. Permainan ini melatih keseimbangan dan keterampilan motorik.
11. Cublak-Cublak Suweng
Permainan ini melibatkan minimal tiga pemain. Satu pemain telungkup di tengah, sementara yang lain duduk melingkar dan memindahkan biji atau kerikil dari tangan satu ke tangan lainnya, sambil menyanyikan lagu tradisional "Cublak-Cublak Suweng". Pemain di tengah harus menebak di mana biji tersebut berada. Jika salah, permainan diulang.
12. Bekelan
Permainan ini menggunakan bola karet dan empat biji bekel. Permainan bola bekel dimulai dengan melambungkan bola karet kemudian dengan diikuti dengan menabur biji bekel.
Saat bola melambung ke atas, pemain mengambil biji bekel yang terserak, kemudian menangkap bolanya lagi sebelum lebih dari satu pantulan. Level pertama, pemain langsung mengambil, kemudian pada tingkat selanjutnya biji bekel harus dibalik sesuai dengan symbol sebelum diambil.
13. Ular Naga
Permainan ini melibatkan banyak pemain, di mana dua anak nantinya menjadi kepala naga harus membentuk terowongan, kemudian anak-anak lainnya berjalan melewati sambil bernyanyi.
Satu persatu anak akan ditangkap, kemudian ditanya ingin bergabung dengan kepala naga yang mana dan berjejer memanjang di belakang kepala naga. Setelah semua anak sudah menjadi ekor, kepala naga berlomba melindungi ekornya sambil mencoba merebut ekor lawan. Siapa yang memiliki ekor paling banyaklah pemenangnya.
14. Kotak Pos
Permainan ini melibatkan banyak pemain yang membentuk lingkaran. Setiap pemain meletakkan punggung tangannya di atas telapak tangan pemain di sebelahnya. Selanjutnya, mereka memukul telapak tangan pemain di sebelah kanan secara bergantian sambil menyanyikan sebuah lagu.
Ketika lagu berhenti, pemain yang telapak tangannya dipukul akan ditanya nama apa yang ingin ia pilih, seperti nama buah, hewan, atau lainnya. Pemain terakhir yang tidak kebagian nama akan menjadi pengejar.
Keunikan permainan ini adalah pengejar harus menyebut nama yang telah dipilih pemain untuk menangkap mereka. Jika salah menyebut nama, usaha pengejar tidak sah. Selain itu, pemain yang lelah bisa menjadi patung dengan meletakkan jari telunjuk di bibir. Namun, mereka dapat dibangunkan kapan saja oleh teman yang masih berlari.
Semua permainan di atas merupakan bagian dari kekayaan budaya Jawa Timur yang sangat popular di tahun 90 an. Permainan ini mencerminkan nilai-nilai sosial, kerjasama, serta kreativitas anak-anak dalam bermain sambil belajar tentang lingkungan mereka.
Artikel ini ditulis oleh Angely Rahma, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(hil/irb)