Stasiun Garut, bukan tempat sembarangan bagi warga Garut. Bagi warga Kota Dodol, tempat ini sarat akan sejarah dan kenangan manis yang abadi. Termasuk sebagai saksi bisu datangnya para menak-menak dari Eropa.
Sejak zaman dahulu kala, Kabupaten Garut dikenal dengan panorama alamnya, yang sangat luar biasa. Sampai-sampai, di awal tahun 1900an, muncul istilah Swiss van Java. Kalimat tersebut adalah julukan baru bagi Garut kala itu, karena alam indahnya kerap disandingkan oleh para pelancong dengan negara Swiss yang ada di Eropa.
Tapi masalahnya, tak banyak yang bisa digunakan untuk menuju ke Garut. Di tahun 1880-an, masih minim alat transportasi yang bisa menunjang pulang-pergi Garut menuju kota-kota seperti Bandung dan Batavia (sekarang Jakarta).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari laman heritage.kai.id, pada tahun 1887 perusahaan kereta api negara, Staatsspoorwegen (SS) kemudian memulai misi pembangunan jalur kereta api dari Cicalengka menuju Garut.
"Sebelumnya, SS telah merampungkan pembangunan jalur kereta api Buitenzorg (Bogor)-Bandung-Cicalengka pada tahun 1884," tulis artikel berjudul Sekilas Sejarah Jalur Kereta Api Garut tersebut.
![]() |
Pada 14 Agustus 1889, jalur kereta api Cicalengka-Garut sepanjang 51 kilometer itu resmi beroperasi. Selain jalur kereta, SS juga membangun fasilitas penunjang lain macam stopplaats, halte hingga Stasiun Cibatu dan Stasiun Garut.
Sejak saat itu, kemudian banyak para pelancong yang datang ke Garut. Tak hanya kalangan ningrat pribumi, banyak juga bule hingga menak-menak dari Eropa yang hadir ke Kota Dodol via Stasiun Garut.
Aktor terkenal asal asal Inggris Sir Charles Spencer Chaplin Jr. alias Charlie Chaplin adalah satu dari sekian banyak nama menak asal Eropa yang pernah menginjakan kaki di Garut dan tiba di Stasiun Garut. Kedatangan Chaplin dengan misi utama untuk berwisata itu, juga dikonfirmasi oleh pihak Kementerian Perhubungan.
Ditjen Perkeretaapian Kemenhub RI sempat mengunggah pernyataannya terkait kedatangan Chaplin di Stasiun Garut. Momen tersebut terjadi pada sekitar tahun 1932. Selain Chaplin, mantan Perdana Menteri Perancis Georges Clemenceau juga sempat menunggang kereta dan tiba di Stasiun Garut.
"Jalur legendaris Cibatu Garut pernah dilalui 2 tokoh dunia Charlie Chaplin pada tahun 1932 (ada yang menyebutnya 1927) dan George Clemenceau pada tahun 1920 dengan kereta lokomotif uap," tulis Ditjen Perkeretaapian di akun Twitter resmi mereka pada 11 Maret 2020.
Jauh sebelum Chaplin dan Georges, di akhir tahun 1800 hingga awal 1900 an, beberapa nama terkenal dunia juga pernah datang ke Garut via Stasiun Garut. Mereka adalah Putra Mahkota Kerajaan Austria-Hungaria, Archduke Franz Ferdinand serta Tsar Nicholas II, Kaisar Rusia.
"Mereka disambut di Stasiun Garut. Semua orang menyambut kedatangannya," ungkap Sejarawan Garut Warjita.
![]() |
Tak hanya mereka berempat, detikJabar mencatat, ada beberapa nama lainnya yang melancong ke Garut menggunakan kereta api. Ada Raja Siam Rama V Chulalongkorn, dua artis terkenal asal Jerman Hans Albers dan Renate Muller serta Raja Leopold III dari Belgia dan istrinya Putri Astrid dari Swedia.
Hanya sekian banyak nama menak dari Eropa yang pernah berkunjung ke Garut, sepertinya hanya Putri Astrid dari Belgia saja yang tidak menggunakan jalur kereta api saat pergi ke Garut. Sebab, berdasarkan catatan sejarah, Putri Astrid melakukan perjalanan ke Garut dari Yogyakarta, via Wonosobo-Purwokerto-Tasikmalaya.
"Di Tasikmalaya, makan siang disajikan di Hotel Sentral yang tak pernah mereka sangka akan menerima tamu kerajaan di meja tersebut. Kemudian mereka pindah ke Hotel Ngamplang (Garut) yang sudah penuh," tulis Surat Kabar Algemeen Handelsblad yang cetak pada 19 Mei 1932 seperti dikutip detikJabar dari situs delpher.nl.
Tapi sayang, masa jaya Stasiun Garut sebagai saksi bisu datangnya menak-menak dari Eropa itu, hanya bertahan sekitar 100 tahunan saja. Pada tahun 1983, jalur kereta api Cibatu-Garut ditutup. Alasannya, karena masyarakat saat itu sudah mulai beralih menggunakan moda transportasi lain seperti oplet dan bus. Alhasil, Stasiun Garut kena getahnya dan ikut ditutup.
Lebih dari 45 tahun lamanya, Stasiun Garut mati suri. Tempatnya tidak dibongkar oleh pemerintah karena dianggap sebagai warisan sejarah. Tapi kenangannya, masih tersimpan di memori hingga hari ini.
Pada tahun 2018, Presiden RI Joko Widodo kemudian menginisiasi diaktifkannya kembali Stasiun Garut. Misinya kemudian dieksekusi oleh PT Kereta Api Indonesia dan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut. Di awal tahun 2022 lalu, untuk pertama kalinya kereta api kembali meluncur dari jalur tersebut dengan rute yang sama Cibatu-Garut dan ditambah rute baru Garut-Jakarta.
Stasiun Garut kini berdiri megah. Tapi, bangunan lamanya tetap dipertahankan. Sebab, bangunan lama adalah bukti sejarah datangnya menak-menak dari Eropa di kota berjuluk Swiss van Java.
(yum/yum)