Retakan Kecil Berujung Petaka yang Hantui Warga Pasir Suren Sukabumi

Retakan Kecil Berujung Petaka yang Hantui Warga Pasir Suren Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Kamis, 29 Des 2022 18:30 WIB
Retakan rumah di Sukabumi.
Retakan rumah di Sukabumi (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar).
Sukabumi - Sebanyak 190 rumah di kawasan Desa Pasir Suren, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi rusak akibat pergerakan tanah. Dari jumlah tersebut puluhan di antaranya mengalami rusak berat hingga ditinggal penghuninya.

Peristiwa itu berawal dari retakan kecil yang memanjang di ruas Jalan Nasional menuju Ibukota Kabupaten Sukabumi di Palabuhanratu. Retakan yang dianggap kecil itu kemudian terus bergerak, sejumlah rumah di pinggir jalan kemudian satu persatu retak sebagian hancur, pada April 2020 silam.

"Jadi dari awal ini retakannya kecil, awal kelihatannya dari jalan. Saya pantau retak begini tidak lama langsung ke rumah-rumah. Jadi dari jalan, awalnya kemudian merembet ke (rumah) pinggir jalan ada tujuh rumah. Terjadi 2020 bulan April," cerita ME Zailani, Kades Pasir Suren kepada detikJabar, Kamis (29/12/2022).

Sejak saat itu, warga terus dihantui suara gemuruh retakan terlebih saat hujan deras turun. Jumlah rumah yang rusak terus bertambah dengan cakupan wilayah yang semakin meluas. Patokan retakan bisa dilihat dari pergerakan retakan di jalan raya yang terus ambles.

"Merembet meluas, kelihatan dari jalan anjlok pasti ada dampak ke rumah. Ketahuannya dulu dari resapan air, ada mata air biasanya kalau meluap ada pembuangan dari pembuangan itu biasanya terlihat dari bawah, nah saat itu tiba-tiba airnya hilang," ucapnya.

"Hingga saat ini ada 200 KK terdampak, sekitar 190 rumah terdampak dan yang tidak bisa ditempati sekitar 60 rumah. Sebagian ada yang memilih untuk bertahan, meskipun dihantui ketakutan karena retakan," katanya menambahkan.

Tiap saat getaran terus dirasakan, terlebih saat hujan datang. Ukuran retakan membesar dan memanjang menghancurkan bangunan yang dilintasinya.

"Kalau kondisi warga seperti kita ketahui bersama, ini sudah terbukti. Kalau kita hitung hari demi hari pergesereran tanah dari sekian sentimeter mungkin sekarang sudah beberapa meter mungkin bisa jadi," ucapnya.

Setelah hampir dua tahun menunggu relokasi, akhirnya kabar baik itu datang meskipun kepastian kapan waktunya dilakukan relokasi masih belum jelas diterima warga.

"Alhamdulillah saya sudah koordinasi dengan dinas terkait tentang relokasi di masyarakat, Pak Bupati Sukabumi merespons untuk merelokasi sementara yang ada di Cikeong, Desa Cimanggu. Saya harapkan secepatnya ini, masyarakat yang ada di (Kampung) Nyalindung, ini amblas akibat pergerakan tidak hanya di kampung ini saja, di Cirawa juga sudah amblas, Cikored, Ciloa juga ada," kata Zailani.

Zailani berharap evakuasi secepatnya, karena tidak ingin ada korban jatuh akibat kejadian ini. Tidak terhitung harta benda warga yang kemudian rusak dan tertimbun reruntuhan bangunan.

"Yang saya harapkan ke pemerintah ke dinas terkait saya mohon secepatnya masyarakat di sini dievakuasi, ini kejadian sudah dua tahun jadi saya selaku pemerintah desa bukan jengkel tapi karena memang harus tersusun administrasi, birokrasikan seperti itu," lirihnya.

"Jadi saya mohon ke pemerintah pusat, pemerintah kabupaten atau dinas terkait, saya selaku kepala desa ingin secepatnya direalisasikan dengan maslah retakan-retakan yang ada dan terjadi di Kampung Nyalindung Pasir Suren ini," pungkas dia.

Dihantui Gemuruh Pergerakan Tanah

Enung Nuraeni (43), warga setempat bercerita yang masih bertahan di rumahnya kerap waswas saat hujan deras. Bahkan belakangan ini cuaca buruk juga menerjang lokasi itu.

"Kalau hujan itu berhamburan keluar mencari tempat yang aman, rumah itu (menunjuk rumah rusak) pada roboh, kalau melihat sendiri atau mendengar (gemuruh) sendiri, cemas nggak bisa tidur. Saya semalam lihat dua rumah, ini rumah kami (menunjuk rumahnya) yang subuh tadi roboh, terus tetangga juga yang pinggir jalan roboh, kami sangat khawatir kalau sampai ada korban mau seperti apa," tutur Enung.

Enung menyebut pemerintah sudah memberi harapan palsu. Pasalnya janji relokasi tidak kunjung terealisasi.

"Tolong pemerintah sampai hari ini cepat relokasi, Kampung Nyalindung sudah dua tahun, dua tahun masih seperti ini hanya PHP (Pemberi Harapan Palsu) dan PHP sampai saat ini, jangan cuma mudah mudahan. Harus segera di relokasi ke tempat yang aman. Kalau harus ngontrak mohon maaf, kami ngontrak sudah dua tahun sampai hari ini dari pemerintah tidak ada sama sekali, sampai kapan kami harus ngontrak, harus bagaimana begitu," ujarnya. (sya/mso)



Hide Ads