Sungai Cikapundung bagian sejarah dari kehidupan masyarakat Kota Bandung dan sekitarnya. Sungai yang membelah Bandung ini pada zaman dulu menjadi sumber kehidupan masyarakat. Sungai ini menjadi tempat bercengkrama hingga pemanfaatan untuk sumber daya listrik dan lainnya.
Namun, wajah Sungai Cikapundung berganti. Yang dulu memberi kehidupan, kini seakan dicampakkan. Sungai Cikapundung tak lagi digunakan untuk sumber kehidupan. Salah satunya di kawasan pinggiran Sungai Cikapundung di Kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan. Masyarakat ogah menggunakan air sungai untuk kebutuhan MCK (mandi, cuci, kakus). Sungai hanya dimanfaatkan sebatas media pembesaran ikan melalui keramba.
Dari data yang diterima detikJabar, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung menyebut indeks kualitas air sungai di Kota Bandung masuk kategori buruk pada 2021, yakni sebesar 47,5. Rinciannya adalah 21 sungai berstatus tercemar ringan, dan tiga sungai berstatus tercemar sedang.
Pegiat Komunitas Aleut Bandung Ariyono Wahyu Didjajadi mengatakan Sungai Cikapundung menjadi sumber kehidupan masyarakat Bandung. Airnya masih jernih kala itu.Tak sedikit warga yang berenang, memanfaatkan sungai untuk MCK, hingga berbisnis laundry.
Pria yang akrab disapa Kang Alex itu juga menerangkan perlahan kualitas air sungai terus menurun. Namun, pada 1980-an, masih ada masyarakat yang berenang.
"Sampai 1980-an masih dimanfaatkan warga untuk berenang, beberapa teman saya dulunya berenang juga. Ya walaupun kualitas airnya menurun, jadi harus bersih-bersih lagi setelah berenang," kata Alex saat berbincang dengan detikJabar, Kamis (29/12/2022).
Alex juga bercerita tentang warga Kota bandung yang memanfaatkan air Sungai Cikapundung untuk laundry. Hal ini dibuktikan dengan munculnya Kampung Pangumbahan. Kampung ini dulunya berada di sekitar Babakan Ciamis. Namun, jejaknya kini telah hilang. Alex mengatakan cerita Kampung Pangumbahan itu menjadi bukti kebermanfaatan Sungai Cikapundung di masa lalu.
"Kata Haryoto Kunto, di situ ada banyak dobby, dobby itu tempat laundry atau penatu. Laundry ini juga ada di beberapa sungai lain, seperti Cidurian. Sekarang jejak Kampung Pangumbahan ini sudah tidak ketahuan," ucap Alex.
Mengutip dari situs resmi Citarum Harum, Sungai Cikapundung merupakan sub-DAS dari DAS Citarum seluas sekitar 434,43 Km persegi, meliputi Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung dan Kota Bandung. Sungai ini berhulu di sekitar Gunung Bukit Tunggul atau umumnya dari kawasan Lembang atau Bandung Utara.
Alex mengatakan nama Cikapundung itu sendiri berasal dari Ci dan Kapundung. Ci bermakna cai atau air, sedangkan kapundung merupakan nama pohon sejenis menteng.
Sementara itu, situs Citarum Harum juga menyebut pemanfaatan sungai ini utamanya sebagai drainase di Kota Bandung dan objek wisata. Terdapat sejumlah objek wisata di sepanjang aliran sungai ini seperti air terjun Curug Omas, Curug Dago, Kebun Raya, Kebun Binatang, taman dan lainnya. Selain itu juga sebagai penyedia air baku terutama di bagian hulu.
Ada dua pembangkit yaitu di Bengkok (3x1050 KW) danDago (1x 700 KW). Di sisi lain, terdapat masalah di sepanjang aliran sungaiCikapundung terutama di bagian hilir, meliputi Kota Bandung yang dipenuhi pemukiman, perdagangan, dan lain-lain yang memanfaatkan fungsi dari sungai tersebut.
(sud/mso)