Rintih Warga Pinggiran Sungai Cikapundung Bandung

Rintih Warga Pinggiran Sungai Cikapundung Bandung

Sudirman Wamad - detikJabar
Rabu, 28 Des 2022 06:45 WIB
Sungai Cikapundung Bandung
Sungai Cikapundung Bandung (Foto: Sudirman/detikJabar).
Bandung -

Agus tengah bersantai di jembatan kampungnya di RW 15 Kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung wetan, Kota Bandung. Matanya menatap kumpulan keramba yang berada di Sungai Cikapundung. Salah satu keramba itu milik Agus.

"Punya saya mah masih kosong. Belum saya isi bibit ikan lagi," kata Agus sembari menunjukkan keramba miliknya yang diterjang arus Sungai Cikapundung.

Agus menyebut kondisi sungai sedang tidak baik, kotor karena banyak sampah. Cuaca juga sedang tidak bersahabat. Ketinggian sungai kerap melebihi batas, nyaris mendekati permukaan. Hal itu terlihat dari ketinggian dinding-dinding sungai yang basah. Agus pun memilih mengosongkan kerambanya sementara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya isi ikan mas biasanya. Lagi kotor sama kurang bagus. Ya keramba bisa terbawa arus," kata Agus.

Agus sudah sejak 1990-an membuat keramba untuk menambah penghasilannya. Saban hari, Agus juga bekerja sebagai juru parkir. Agus lahir dan besar di pinggiran Sungai Cikapundung. Sungai yang menghidupinya.

ADVERTISEMENT

"Saya dulu punya dua keramba, sekarang tinggal satu. Karena hanyut terbawa arus satunya," ucap pria 54 tahun itu.

Sungai Cikapundung BandungSungai Cikapundung Bandung Foto: Sudirman Wamad

Untuk membuat satu keramba membutuhkan biaya sekitar Rp 1 juta. Masing-masing keramba bisa diisi ikan mas sebanyak satu kuintal. Untuk satu kilo ikan mas itu dihargai sekitar Rp 30 ribu.

"Kalau ditotal mah bisa Rp 3 juta dari keramba (penghasilan), tapi ini per tiga bulan ya. Saya biasanya jual ikan mas ke pemancing di sini," ucap Agus.

Sebagian warga di pinggiran Sungai Cikapundung mencari penghasilan tambahan dengan membuat keramba. Keramba ini berfungsi untuk membesar ikan. Agus menyebut tak ada aktivitas lain di Sungai Cikapundung selain memancing dan memasang keramba.

"Sudah beda, sekarang kan kotor. Waktu saya kecil mah masih jernih. Jadi sungai tak lagi dimanfaatkan untuk mandi atau mencuci," ucap Agus.

Mengeluh karena Keruh

Agus menggelengkan kepala saat menjelaskan soal kondisi Sungai Cikapundung yang kotor. Agus mengingat saat masih kanak-kanak. Ia kerap berenang dan masih banyak masyarakat yang memanfaatkan sungai untuk mencuci dan mandi.

"1980-an masih jernih. Pas tahun 1990-an sudah mulai keruh tuh," kata Agus.

Agus menceritakan masyarakat yang awalnya memanfaatkan air sungai bergeser ke sumur. Perubahan aktivitas ini terjadi periode 2000. Lambat laun masyarakat mulai menggunakan PDAM. "Sudah tidak ada sama sekali yang pakai sungai. Apalagi sungainya kotor. Sudah tidak bagus lah," ucap Agus.

Sungai Cikapundung yang dulu menjadi sumber kehidupan, kini berubah. Interaksi warga dengan Sungai Cikapundung tak lagi erat. Kendati demikian, Agus mengatakan warga kampung sekitar sungai aktif kerja bakti sebulan sekali.

"Ya harapannya tentu bisa jernih lagi. Tapi kayaknya sulit, soalnya sampah datang terus dari atas. Airnya juga keruh," kata Agus.

Sungai Cikapundung BandungSungai Cikapundung Bandung Foto: Sudirman Wamad

Sementara itu, Septian remaja kampung setempat juga mengeluhkan kondisi sungai yang keruh. Septian mengaku tak pernah memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari.

"Waktu kecil memang sering renang. Arum jeram pakai ban, sekarang mah sudah tidak bisa," ucapnya.

Ia berharap masyarakat pinggiran Sungai Cikapundung sama-sama merawat. Sebab, sampah yang dibuang dari tempat lain bisa terbawa arus dan mengotori wilayahnya.

"Sekarang juga banyak sampah dan lainnya. Harapannya jangan sampai warga yang di atas buang sampah sembarangan, kita juga kena dampaknya," ucap Septian.

(sud/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads