Penampakan 'Samurai Selendang' Milik Warga Sukabumi

Penampakan 'Samurai Selendang' Milik Warga Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Kamis, 15 Des 2022 15:00 WIB
Penampakan Samurai Selendang dan Syarat Lolos Test
Penampakan Samurai Selendang dan Syarat 'Lolos Test' (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Pedang samurai yang konon peninggalan zaman Jepang ternyata banyak ditemukan di Indonesia, kata kunci Samurai King Roll dan Samurai Selendang banyak tersebar di aplikasi berbagi video youtube.

Dilihat detikJabar, banyak pemilik samurai itu mempraktikan 'keaslian' samurai itu mulai dari bisa memutuskan paku yang tertancap di pohon atau sebatang kayu dengan cara disentuh, ditempel dan ditebas. Selain itu ada juga yang bisa membuat peniti membara dengan hanya disimpan di bilah samurai.

"Kalau yang punya saya ini jenis samurai selendang, kalau samurai king roll beda lagi, ada tombol dan samurai keluar dari serangkanya yang berbentuk bulat. Kalau yang putus paku itu adalah tes keaslian samurai, pengalaman saya punya dua samurai jenis selendang itu tidak ada satupun yang putus paku atau membuat peniti panas," kata Adang Suhendi, warga Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi yang pernah punya pengalaman samurai miliknya ditawar dengan harga tinggi, beberapa waktu lalu kepada detikJabar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adang menyebut beberapa orang yang mengaku praktisi samurai jenis itu juga banyak menyebut istilah uka-uka untuk samurai yang tidak lolos uji. Uka-uka bisa disebut sebagai barang palsu, namun ada juga yang menyebut uka-uka itu benda gaib yang selalu gagal bertemu pembayar.

"Barang ada konon bisa lolos uji tapi pembelinya enggak ada, atau pembelinya ada tapi pemilik barang tidak ada. Istilahnya Buyer dan Owner, pembayar dan pemilik barang. Jadi kalau saya pikir mirip dulu ada istilah uang UB, atau benda-benda mistik pola transaksinya seperti itu," tuturnya.

ADVERTISEMENT
Penampakan Samurai Selendang dan Syarat 'Lolos Test'Penampakan Samurai Selendang dan Syarat 'Lolos uji' Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Adang sendiri mengaku sudah lelah dengan tawaran-tawaran samurai miliknya akan dibeli ratusan juta hingga miliaran. Tidak ada satupun dari tawaran itu yang benar-benar serius.

"Samurai ini pernah kemana-mana, bahkan sampai ke luar Jawa dibawa sama kenalan dan keluarga. Awalnya katanya hanya untuk koleksi, tapi belakangan diuji putus paku dan lain-lain akhirnya sekarang saya enggak kasih karena takut bilah samurainya yang rusak. Saya punya hanya untuk sekadar koleksi saja," ungkapnya.

Adang menyebut untuk syarat fisik, samurai miliknya sudah lolos di dunia Samurai selendang dan King Roll. Pertama ada ukiran nomor yang konon merupakan seri dari samurai selendang miliknya, kemudian anak pedang yang berbentuk seperti belati di bagian ujungnya sampai adanya sertifikat di bagian dalam menyatu dengan belati.

"Semuanya masih lengkap, kalau bahannya dari apa saya kurang tahu karena memang tidak karatan, dulu punya dua yang kuning satu tapi entah kemana. Saya dapat keduanya dari almarhum kakak saya, terakhir katanya nitip di saya," ucapnya.

"Untuk syarat yang lain saya pikir enggak masuk akal, katanya harus putus paku. Saya lihat di youtube, memang ada yang bisa putus paku, tapi katanya itu juga setingan jadi pakunya disambung. Sekali lagi, saya pegang ini sebagai koleksi saja, bukan buat yang lain-lain," sambung Adang.

David Cahyanto, Head Instructor di Samurai Academy System, sebuah dojo tempat pelatihan seni beladiri Jepang yang berdiri sejak 16 tahun lalu di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengomentari hal ini.

Sebelumnya, David meluruskan bahwa penyebutan pedang asal Jepang adalah Katana, sementara Samurai adalah sebutan orang yang menguasai Katana. Ia menjelaskan Katana memiliki bilah yang keras marena melalui proses hardening. Hal ini menjelaskan bahwa samurai selendang dan Kingroll bukan bagian dari Katana.

"Sangat tidak benar, pengetesan katana yang benar disebut tameshi giri atau cutting uji. Pada jaman dahulu katana diuji dengan tubuh manusia. Namun seiring perkembangan jaman, digunakanlah wara (jerami) sebelum akhirnya dipakailah tatami omote, yaitu bagian luar dari tikar Jepang yang digulung," jelas David.

"Memotong tatami tidak semudah kelihatannya karena membutuhkan keahlian serta latihan yang cukup. Selain pedangnya, kemampuan praktisinya juga diuji, dimana hasil potongannya harus memiliki sudut yang tepat serta potongan yang halus. Bisa dicoba untuk search tameshi giri di google atau youtube. Mungkin hanya di Indonesia saja yang menguji pedang memakai paku," sambung dia.

(sya/yum)


Hide Ads