Arti dan Fase Awal Meredupnya Nama Asep

Arti dan Fase Awal Meredupnya Nama Asep

Rifat Alhamidi - detikJabar
Rabu, 07 Des 2022 09:30 WIB
KTP
Anak bernama Asep mulai sulit ditemukan di beberapa wilayah di Jabar (Foto: Getty Images/iStockphoto/Habibi Alisyahbana)
Bandung -

Nama Asep saat ini sedang diperbincangkan. Nama yang menjadi ciri khas orang Sunda, terutama di Jawa Barat itu, kini mulai ditinggalkan dan kalah bersaing dengan nama-nama lain yang bernuansa Arab, Inggris, maupun elemen kehidupan.

Sebetulnya, nama Asep saat ini tidak begitu dikategorikan kampungan jika dipakai oleh anak-anak sekarang. Sebab menurut Presiden Paguyuban Asep Dunia, Asep Ruslan, nama Asep masih bisa dibanggakan dan banyak orang yang memiliki nama Asep hingga menjadi tokoh bangsa. "Ya dulu itu fenomenanya itu seolah-olah nama Asep itu kampungan yah, dianggap begitu. Ah pokonya mah kurang berbobot lah. Tapi faktanya luar biasa ada orang besar yang punya nama Asep," katanya belum lama ini kepada detikJabar.

Secara harfiah, Asep berasal dari kata kasep yang berarti tampan dalam Bahasa Indonesia. Nama Asep pun dulu lumrah diberikan kepada bayi laki-laki oleh orang tuanya, sebagai doa agar anaknya kelak menjadi pribadi yang gagah hingga berwibawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara dalam makalahnya berjudul 'Kosmologi Sistem Nama Diri (Antroponim) Masyarakat Sunda: dalam Konstelasi Perubahan Struktur Sosial Budaya' karya Dede Kosasih, disebutkan jika pemberian nama dalam berbagai budaya diwarnai oleh kondisi sosial budaya yang dianut oleh masyarakatnya. Makalah itu diterbitkan di laman Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang disajikan dalam Seminar Internasional Hari Bahasa Ibu dengan tema 'Menyelamatkan Bahasa Ibu sebagai Kekayaan Budaya Nasional' di Gedung Merdeka, Kota Bandung pada 19-20 Februari 2010.

Dalam makalahnya, Dede Kosasih merupakan istilah panggogo atau panggilan sayang sebagaimana pemberian nama Asep hingga Ujang untuk laki-laki hingga Eneng dan Euis untuk perempuan. Nama panggogo lain selain Asep yaitu Acep, Ayep, hingga Atep. Sementara Ujang, berasal dari kata bujang.

ADVERTISEMENT

Selain keempat nama populer itu, Dede Kosasih dalam makalahnya juga menyebut nama-nama khas Sunda lainnya. Misalnya Oni yang berasal dari nama Roni, Utuy dari nama Guntur hingga Ima dari nama Irma. Tak hanya itu, Dede Kosasih juga menyebut nama Ahmad atau Muhammad akhirnya menyesuaikan ketika digunakan oleh orang Sunda. Nama tersebut menjadi Emed, Omod, Emod, Amad, Amat, Mamad, Mamat, Memed atau Memet. Juga nama Amut, Emud, Mumud, bisa diidentifikasi dari varian dari nama Mahmud.

Sementara untuk nama anak perempuan, misalnya nama Siti Hadijah akhirnya menjadi Ijah, Eja, Ijoh, Ijot, Écot, Icah apabila digunakan oleh orang Sunda. Namun dari hasil penelusuran detikJabar, nama-nama itu tidak tercantum dalam deretan ribuan nama siswa baru SD negeri di Kota Bandung.

Guru Besar bidang Linguistik pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Cece Sobarna ikut mengamini nama Asep dan Ujang saat ini sudah memasuki fase kritis lantaran mulai ditinggalkan orang Sunda, terutama di Jawa Barat. Profesor yang menekuni keilmuan di bidang Sastra Sunda ini bahkan menduga nama Asep dan Ujang, maupun nama yang menjadi khas orang Sunda lainnya, sudah punah di kalangan generasi sekarang.

"Kalau generasi baby boomer istilahnya, nama-nama yang menjadi ciri khas orang Sunda itu masih banyak. Nah dugaan saya, tapi ini harus didukung riset dan data-data, nama Asep dan Ujang itu sudah mulai berkurang di generasi milenial dan mungkin punah pada generasi alfa yang lahir sekarang-sekarang ini," tuturnya.

Baby boomer maupun generasi alfa merupakan istilah untuk membedakan generasi seseorang. Dalam pembagiannya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ada enam kategori untuk mengelompokkan generasi-generasi tersebut.

Generasi pertama yaitu pre-boomer atau mereka yang lahir pada tahun 1945. Diperkirakan, usia generasi tersebut saat ini sudah menginjak 75 tahun. Generasi kedua yaitu baby boomer atau mereka yang lahir pada medio 1946-1964. Diperkirakan usia mereka saat ini sudah 56-74 tahun.

Generasi ketiga yaitu generasi X yang lahir pada 1965-1980. Usia mereka sekarang diperkirakan mencapai 40-55 tahun. Kemudian generasi keempat yaitu generasi milenial yang diperkirakan lahir pada tahun 1981-1996. Usia generasi ini diperkirakan berumur 24-39 tahun.

Selanjutnya generasi kelima yaitu generasi Z yang lahir pada tahun 1997-2012. Usia mereka sekarang 8-23 tahun. Dan generasi terakhir yaitu post generasi Z atau generasi alfa yang lahir pada 2013 hingga sekarang. Usia mereka kini diperkirakan mulai dari 7 tahun.

Dugaan Cece tentang nama Asep dan Ujang maupun nama khas Sunda lain yang kini mulai ditinggal pun diperkuat dengan kondisi semakin masifnya perkembangan teknologi digital. Sehingga, para orang tua generasi alfa yang notabene merupakan generasi milenial maupun generasi Z, sudah banyak dipengaruhi dunia luar, termasuk pemberian nama bagi anaknya.

"Karena yang dikhawatirkan, tren-tren sekarang, nama generasi alfa ini asing pisan (banget). Ya mungkin karena pengaruh global, tapi saya khawatir orang Sunda nantinya malah tidak bisa dilihat lagi identitasnya dari nama. Ini yang menjadi khawatir saya," ucapnya.

(ral/iqk)


Hide Ads