Mereka yang Terjaga Saat Gunung Galunggung Tertidur

Lorong Waktu

Mereka yang Terjaga Saat Gunung Galunggung Tertidur

Faizal Amiruddin - detikJabar
Kamis, 17 Nov 2022 08:00 WIB
Erupsi Gunung Galunggung pada tahun 1982
Gunung Galunggung (Faizal Amiruddin)
Tasikmalaya -

Empat puluh tahun lebih gunung Galunggung Kabupaten Tasikmalaya tertidur pulas. Terakhir kali gunung api ini erupsi pada April 1982.

Dalam kurun empat dekade itu Galunggung tenang dalam dekapan perut bumi. Namun di balik itu ternyata ada orang-orang yang dengan setia, setiap saat mengamati gunung Galunggung.

"Ibaratnya Galunggung orang yang sedang tidur, maka kami bertugas mepende (meninabobokan). Galunggung bangun sedikit kami akan merespon," kata Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Galunggung, Gradita Trihadi, Kamis (3/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pos Pengamatan Gunung GalunggungPos Pengamatan Gunung Galunggung Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar

Pos pengamatan ini merupakan lembaga yang berada di bawah Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Selain Gradita ada 2 petugas lain yang bertugas mengamati gunung Galunggung 24 jam sehari 7 hari seminggu, di kantor yang beralamat di Kampung Sayuran Desa Padakembang Kecamatan Padakembang Kabupaten Tasikmalaya.

ADVERTISEMENT

"Sepintas memang orang bilang pekerjaan ini membuat jenuh, tapi bagi kami ini tugas penting dan pekerjaan yang kami cintai," kata Gradita.

Setiap hari mereka memantau seismograf dan tayangan CCTV atau kamera pemantau yang menampilkan kondisi kawah Galunggung secara realtime.

"Kemudian tugas bulanan kami adalah turun langsung ke kawah untuk memeriksa kondisi air di kawah. Kami periksa suhu, warna dan volume air. Selain itu kami juga periksa mata air panas. Itu dilaporkan berkala," kata Gradita.

Sementara tugas harian mereka adalah memeriksa seismograf. Ada 3 titik radar atau sensor gempa yang dipasang di sekitar Galunggung lalu dipantau di pos pengamatan ini.

"Nah kalau CCTV itu untuk memantau kondisi gunung secara visual. Diantaranya pantau potensi perubahan warna air danau kawah atau kemungkinan adanya deformasi atau perubahan bentuk," kata Gradita.

Jika terjadi perubahan atas objek-objek pengamatan itu, maka akan dilakukan analisa lebih lanjut sebelum akhirnya diambil keputusan, termasuk keputusan untuk mengubah status atau level kewaspadaan gunung. "Kalau sekarang statusnya normal level 1, jadi aman," kata Gradita.

Meski dalam keadaan normal, Gradita mengatakan ada larangan bagi masyarakat yang hendak beraktivitas atau mendaki Galunggung.

"Walau pun status normal level 1, masyarakat dilarang untuk turun ke kawah. Larangan itu karena adanya potensi longsor, sehingga bisa membahayakan keselamatan," kata Gradita.

Dia mengatakan terakhir kali terjadi perubahan atau aktivitas vulkanologi pada 2012 silam. Saat itu terjadi perubahan warna air kawah, sehingga dilakukan pemantauan intensif. "Namun alhamdulillah perubahan warna air itu tidak berlanjut," kata Gradita. Selain itu terjadi pula fenomena "kingkilaban" atau kilatan seperti petir di langit Galunggung.

Pos Pengamatan Gunung GalunggungPos Pengamatan Gunung Galunggung Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar


Terjadinya aktivitas vulkanologi di tahun 2012 itu menurut Gradita selaras dengan pendapat para ahli yang menyebutkan bahwa siklus Galunggung itu terjadi setiap 30 tahun atau 60 tahun sekali.

"Menurut para ahli siklus pendek Galunggung itu terjadi setiap 30 tahun dan siklus panjangnya setiap 60 tahun. Jadi kejadian di tahun 2012 itu persis 30 tahun setelah erupsi 1982," kata Gradita.

Namun dia menegaskan asumsi para ahli mengenai siklus Galunggung itu bukan sesuatu yang pasti, tapi hanya didasarkan pada kajian dan siklus sejarah Galunggung.

"Namanya bencana tak bisa diprediksi, namun kajian para ahli siklusnya demikian. Jadi kalau terakhir 1982 maka 60 tahun kemudian adalah tahun 2042," kata Gradita.

Pos Pengamatan Gunung GalunggungPos Pengamatan Gunung Galunggung Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar

Terkait imbauan kepada masyarakat Gradita berharap masyarakat bisa senantiasa mengikuti arahan petugas dan tetap menjaga kelestarian lingkungan sehingga mana kala bencana terjadi dampaknya bisa diredam.

"Kami akui pengamatan yang berujung peningkatan status kewaspadaan bisa berbenturan dengan kepentingan masyarakat misalnya pariwisata dan lainnya. Namun percayalah apa yang kami lakukan semata-mata demi keselamatan dan persiapan mitigasi bencana," kata Gradita.

(yum/yum)


Hide Ads