Kidung Adiluhung Menjaga Ketahanan Pangan di Bandung

Sudirman Wamad - detikJabar
Senin, 14 Nov 2022 11:00 WIB
Didi Ruhiman sedang menyiram bawang yang ditanam di OTG (Foto: Sudirman Wamad/detikJabar)
Bandung -

Didi Ruhiman tengah bersantai di saung samping rumahnya. Menyesap kopi sembari berbincang. Suguhan gorengan hangat menjadi pelengkapnya. Saung tempat Didi Ruhiman bersantai adalah harapan pelestarian lingkungan dan ketahanan pangan di Kelurahan Ledeng, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung. Ruang berkumpulnya anak-anak muda dan orang tua merawat lingkungan.

Didi tak sendiri, ia ditemani dua pemuda yang berbincang di saung. Tepat di atas Didi duduk, padi hasil panen tergantung di atas saung. Bagian samping saung dipenuhi ragam tanaman, ada yang ditanam di pot, botol kemasan, ember dan lainnya. Saung yang dibangun secara gotong royong itu memiliki ruangan khusus pengelolaan pupuk organik.

Ruangan khusus pupuk organik itu diisi berbagai peralatan. Ada juga kumpulan lalat yang hidup di dalam kelambu alias jaring. Lalat ini dibudidaya Didi dan kelompok pemuda yang dipercaya mengelola program urban farming, serta Buruan Sae ala Pemkot Bandung. Maggot atau larva lalat yang dibudidaya itu dijadikan pupuk organik. Selain Lalat, Didi juga memanfaatkan kotoran burung walet, dedaunan kering, sekam, dan sampah organik lainnya.

Persis di depan ruangan peracikan pupuk tanpa kimia itu ada deretan puluhan ember yang ditanami bawang. Totalnya ada 50 ember berlogo Bank Indonesia (BI) yang ditanami bawang merah.

Usai ritual pagi menyesap kopi dan menikmati gorengan. Didi bergegas mengambil sepatu but dan gembor. Tatapannya mengarah pada ember-ember yang ditanami bawang marah. Perlahan Didi mengambil air dan menyiram satu per satu ember itu. Bak seorang ayah yang merawat anaknya, Didi seakan berbicara dengan bawang merah. Ia sesekali menatap dan menyentuh bawang-bawang yang saban hari disiram. Tatapan Didi penuh harap. Ya, berharap bawang merah yang ditanam itu tumbuh subur dengan racikan pupuk tanpa kimia.

"Namanya organic tower garden (OTG), bantuan dari Bank Indonesia. Kita punya target satu ember bisa panen 10 kilogram bawang. Total ada 50 ember, jadi target kita 500 kilogram bawang," ucap Didi saat berbincang dengan detikJabar di saung, Senin (14/11/2022).

Pria berusia 55 tahun itu saban hari merawat tanaman sembari berjualan. Didi dan keluarganya membuka usaha warungan. Ia dipercaya sebagai Koordinator Lapangan Buruan Sae di kelurahannya.

Puluhan ember yang ditanami bawang merah itu memberi kesan menyegarkan di sepanjang Jalan Sersan Surip menuju arah mata air Tjibadak. Sebab, Ember ini diletakkan berjejer di samping jalan. Awalnya, lokasi yang dijadikan sebagai Buruan Sae ini adalah tempat kumuh. Dulunya, warga yang tak bertanggung jawab membuang sampah di lokasi urbang farming.

"Dulunya ini tempat pembuangan sampah sementara (TPS) ilegal. Kemudian bareng-bareng dibersihkan dan dijadikan seperti ini (urban farming)," ucap Didi sembari melepas sepatu butnya.

Memasang pelang imbauan hingga mulut berbusa memperingatkan warga agar tak membuang sampah sembarangan pernah dilakukan. Nyatanya, tak ada perubahan. Hingga akhirnya, sekelompok pemuda dari Yayasan Cai dan sejumlah orang tua bergerak membersihkan dan menyulap lahan yang dulunya TPS itu jadi urban farming.

"Karena gerakan inilah yang membuat sadar masyarakat. Kita tanami tanaman obat, sayuran, padi di ember dan lainnya. Awalnya demikian. Ini kan untuk masyarakat. Jadi, dari masyarakat untuk masyarakat juga," tutur Didi.

Sekadar diketahui, mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung, Kota Bandung tak memproduksi bawang merah. Produksi hasil panen di Kota Bandung didominasi kangkung. Kecamatan yang menyumbang paling banyak produksi kangkung adalah Buah batu, yakni 9.850 kuintal. kemudian disusul Kecamatan Babakan Ciparay, yakni 6.560 kuintal kangkung.

Selama ini BPS Kota Bandung tak pernah mencatatkan adanya produksi atau hasil panen bawang merah. Data BPS pada 2019-2022 tak ditemukan adanya hasil panen bawang.

Dapur Warga

Sesuai dengan khitahnya, urban farming yang dikelola di Kelurahan Ledeng itu dimanfaatkan untuk warga. Setiap kali panen, Didi menaruh hasil panen, baik padi, tanaman obat, maupun sayuran, ditaruh di saung.

"Warga atau ibu-ibu nanti mengambil sendiri kalau panen mah ke sini (saung). Jadi, saung ini udah kaya dapur warga. Kalau ada yang butuh bumbu dapur, datang ke sini, ambil di sini," ujar Didi.

Warga telah merasakan hasil dari Buruan Sae. Selain menerima manfaat panen, Didi menyebut warga sekitar juga ramai-ramai menyumbangkan bibit tanaman. Buruan Sae berhasil mengubah perilaku warga. Buang sampah sembarangan sudah sirna, kini mereka bahu-membahu memperkuat ketahanan pangan.

Gerakan lainnya pun muncul. Didi dan warga lainnya kerap memasak bersama. Sajian utamanya adalah masakan khas Sunda. Upaya ini sebagai pelestarian masakan warisan nenek moyang.

"Kita masa-masakan khas untuk dicicipi bareng-bareng. Alhamdulillah, sekarang sudah banyak yang sumbang tenaga, bibit dan lainnya," tutur Didi.

Salah seorang warga RW 04 Kelurahan Ledeng, Fitri Gustia mengaku merasakan manfaat adanya urban farming. Ia kerap meminta cabai, bawang dan lainnya untuk kebutuhan racikan masakannya.

"Iya kita dapat juga hasil panennya. Kadang saya ambil sendiri buat bumbu masakan," ucap Fitri.

Fitri menjelaskan urban farming di lingkungannya itu membuka kesadaran masyarakat untuk ikut bergerak memperkuat ketahanan pangan. Sejumlah warga di sekitar urban farming ikut menanam sayuran.

"Sekarang sudah pada ikut menanam juga di rumah-rumah. Diberi edukasi sama teman-teman, bagaimana menanamnya dan juga memilah sampahnya," tutur Fitri.

Terpisah, Kepala Kantor Perwakilan BI Jabar Herawanto menyebut BI telah memberikan bantuan berupa bibit cabai dan bawang merah merupakan langkah strategis pengendalian harga pangan. Pengembangan urban farming ini merupakan dukungan untuk kemandirian dan ketahanan pasokan pangan.

Herawanto mengatakan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jabar dan kabupaten ataupun kota mengendalikan inflasi melalui penyelenggaraan High Level Meeting (HLM) hingga operasi pasar (OP). Ia mengatakan ke depan secara konsisten melakukan berbagai upaya perluasan dalam mendukung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

"Di antaranya operasi pasar, peluasan peluang KAD, hingga berbagai langkah untuk mendorong kegiatan urban farming, digital farming dan optimalisasi digital banking services hingga menciptakan efisiensi dan efektivitas proses bisnis," kata Herawanto.




(sud/dir)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork