Nasib para siswa di SDN Bunijaya Kecamatan Cikadu, Cianjur, Jawa Barat begitu memprihatinkan. Puluhan siswa ini terpaksa belajar di bilik bambu beralaskan tanah. Bahkan bangunan itu lebih mirip kandang ternak dibandingkan ruang kelas untuk belajar.
Bangunan sekolah tersebut terdiri dari satu bangunan utuh dengan panjang sekitar 12 meter dan lebar 3,5 meter. Bangunan itu disekat menjadi empat ruang kelas yang digunakan siswa kelas 3, 4, 5 dan 6 untuk belajar.
Dinding bangunan kelas itu terbuat dari bilik bambu yang penuh rongga, sehingga membuat siswa kerap kali diselimuti hawa dingin kala hujan deras mengguyur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasnya pun masih berupa tanah merah, tidak ada keramik. Akibatnya di kala hujan, air seringkali masuk dan membuat siswa belajar dengan kondisi berlumpur.
Tak hanya itu, sekolah ini juga tak punya toilet, sehingga para siswa terpaksa menahan diri jika ingin buang air kecil atau besar. Namun beberapa siswa yang tidak bisa menahannya, biasanya pergi ke rumah warga di sekitar sekolah untuk numpang ke toilet.
Meski begitu, para siswa tetap antusias belajar. Raut wajah penuh senyum terpancar dari para siswa, kendati harus menimba ilmu dengan kondisi yang memprihatinkan.
![]() |
Supiandi, guru SDN Bunijaya mengatakan sekolah yang sudah ada sejak 1964 ini awalnya memiliki bangunan permanen. Namun akibat bencana longsor dan pergerakan tanah, bangunan sekolah rusak parah. Lokasi sekolah yang berada di tebingan membuat bencana terus menghantui.
"Awalnya lokasi sekolah ada di Bunijaya, sekitar 2 kilometer dari lokasi yang sekarang. Tapi bangunan yang lama tidak bisa lagi digunakan karena rusak dan setiap waktu terancam bencana pergerakan tanah hingga longsor. Kalau hujan sudah tidak memungkinkan dipakai untuk belajar," ungkap dia, Selasa (1/11/2022).
Pihak sekolah pun akhirnya merelokasi sekolah ke tempat yang baru. Namun tidak adanya anggaran membuat pihak sekolah tidak bisa membangun bangunan permanen untuk siswa.
Bahkan bangunan semi permanen yang saat ini digunakan siswa untuk belajar pun merupakan hasil urunan orang tua siswa.
"Ini hasil dari urunan orang tua, ada yang nyumbang bilik, ada yang sumbang balok kayu untuk pondasi, bahkan membangunnya juga gotongroyong orang tua siswa. Karena memang tidak ada anggaran untuk bangunan baru di tempat relokasi," ucap Supiandi.
"Memang sangat memprihatinkan melihat 70 siswa belajar dengan kondisi seperti ini, tapi mau bagaimana lagi," tambahnya.
Kepala SDN Bunijaya Ade Subagja mengaku sudah melaporkan kondisi sekolah tersebut ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Cianjur. Dia pun mengusulkan agar segera ada bantuan untuk pembangunan ruang kelas baru.
"Sudah diinformasikan ke dinas, kita juga ajukan agar ada pembangunan ruang kelas, supaya siswa bisa belajar dengan layak," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cianjur Akib Ibrahim menyatakan sudah mendapatkan informasi adanya sekolah yang kondisinya memprihatinkan tersebut. Namun Disdikpora masih melakukan pendataan agar sekolah tersebut bisa segera mendapatkan bantuan ruang kelas baru.
"Info sudah dapat, ditindaklanjuti oleh Bidang SD. Tapi kan sekolah rusak di Cianjur banyak, jadi nanti dilihat berdasarkan skala prioritasnya. Tapi kita upayakan masuk dalam anggaran tahun depan," ujarnya.
(mso/mso)