J.Z Van Dijck diketahui adalah orang yang merancang atau mendesain Monumen Lingga yang berada di Alun-alun Sumedang.
Hal itu diketahui dari surat kabar Preangerbode-Culture en Handelsblad yang terbit Senin 16 Januari 1922. Di sana disebutkan bahwa Van Dijck merupakan mantan guru di Garut pada masa Hindia Belanda.
Selain Van Dijck, orang yang terlibat dalam pembangunan monumen adalah W. H. Elsman. Ia merupakan pegawai pada suatu departemen pekerjaan daerah di Garut yang dipercaya untuk menghitung anggaran dalam pembangunan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu ada H. Buijs selaku koordinator pelaksana dalam pembangunan monumen. Ia merupakan insinyur konstruksi di Bandung atau mantan pelaksana pekerjaan konstruksi Bandoengsche T. H.
Lalu siapakah sosok Van Dijck ini? Dari penelusuran detikJabar, sosoknya ini ternyata bukanlah hanya guru sekolah semata. Ia juga dikenal sebagai penjelajah yang dibuktikan melalui sebuah karya tulisnya yang berjudul Garoet en Omstreken: Zwerftochten door de Preanger (Garut dan Sekitarnya: Berkelana Melalui Preanger).
Namun yang lebih mencengangkannya lagi, ia adalah salah satu pioner dengan gagasannya berupa pengembangan atau pemanfaatan energi panas bumi di Hindia Belanda kala itu atau tepatnya di kawah Kamojang, Garut.
Dilansir dari majalah Geomagz edisi Maret 2014 disebutkan bahwa orang yang mula-mula mengusulkan gagasan soal pemanfaatan energi panas bumi pada masa Hindia Belanda adalah J.Z. van Dijk.
Van Dijck dalam majalah bulanan Koloniale Studiën (1918) menulis "Krachtbronnen in Italie (sumber daya di Italia)". Di sana ia menitik beratkan perhatiannya pada potensi panas bumi dari gunung api dengan acuan pengalaman yang telah dilakukan di Italia atau negara pengembang energi panas bumi pertama di dunia.
Atep Kurnia selaku pegiat literasi di Bandung yang juga penulis membenarkan bahwa sosok Van Dijck yang merancang Monumen Lingga adalah sosok Van Dijck yang sama sebagai penggagas pemanfaatan energi panas bumi di Hindia Belanda.
Atep mengaku cukup kesulitan menemukan biografi tentang Van Dijck ini. Tulisan pertama yang memuat akan sosok Van Dijck adalah "De Exploitatie van de Energiebronnen van den Kawah Kamodjan (Eksploitasi Sumber Daya Energi Kawah Kamodjang) karya S. A. Reitsma. Tulisan tersebut dimuat dalam bulanan Tropisch Nederland edisi 17 Juni 1929.
"Reitsma menyebut van Dijk sebagai Bandoengsche HBS-leeraar atau guru yang mengajar di HBS Bandung," ungkap Atep kepada detikjabar.
Atep melanjutkan, tulisan kedua yang mengungkap tentang sosok Van Dijk adalah buku berjudul Garoet en omstreken: Zwerftochten door de Preanger. Buku tersebut diterbitkan oleh penerbit G. Kolff (Batavia) pada 1922 yang menceritakan pengalaman Van Dijk meliput potensi wisata yang ada di daerah Garut dan sekitarnya.
"Di sana Van Dijck menulis perihal Cipanas, Situ Cangkuang, Situ Bagendit, Kawah Manuk, Kawah Kamojang, Kawah Papandayan, Hotel Villa Paulina di Cisurupan, kerajinan di Indihiang Tasikmalaya dan Situ Panjalu," paparnya.
Menurut Atep, Van Dijck adalah sosok guru setingkat SMA dengan keilmuan yang melampaui pada zamannya.
"Menurut saya Van Dijk ini sosok guru setingkat SMA yang sangat pinter di zaman yang masih belum canggih secara teknologi namun betapa luas pengetahuannya, ilmu kebumiannya pasti mumpuni, begitu pula wawasan pariwisatanya, sehingga karya tulisnya sering dikutip orang dari dulu hingga kini," ujarnya.