Mengungkap Biaya Pembangunan Monumen Lingga Sumedang

Mengungkap Biaya Pembangunan Monumen Lingga Sumedang

Nur Azis - detikJabar
Rabu, 12 Okt 2022 05:00 WIB
Peresmian Tugu oleh Gubernur Jenderal D. Fock di Sumedang, untuk Bupati Sumedang yang wafat tahun 1921
Peresmian Tugu oleh Gubernur Jenderal D. Fock di Sumedang, untuk Bupati Sumedang yang wafat tahun 1921 (Foto: KITLV (http://hdl.handle.net/1887.1/item:738143))
Sumedang - Yayasan Pangeran (Pangeran-Stichting) merupakan perkumpulan yang menginisiasi pembangunan Monumen Lingga yang berada di Alun-alun Sumedang pada masa Hindia Belanda.

Dalam surat kabar Preangerbode - Culture en Handelsblad yang terbit pada Rabu 10 Agustus 1921 disebutkan, Komite Yayasan Pangeran terdiri dari dari A. J. H. Eijken sebagai ketua (Residen Priangan), C.A. de Munnick selaku sekretaris (Asisten Residen Sumedang) dan I. de Vries sebagai bendahara (pengurus Soemedarigsche Afdeelingsbank).

Lalu ada Mas Hadji Abdulmanan (naib Tandjoengsari), H. C. H. de Bie (mantan inspektur pendidikan pertanian), A.J.N. Engelenberg (mantan residen, anggota Volksraad), Raden Kartakusuma (Wedana Tanjungsari), Raden Toemenggoeng Koesoemadilaga (Bupati Sumedang), A. E. Reijnst (Ketua Soekaboemische Landbouw - vereeniging), Raden Sadikin (guru pertanian pribumi), dr. HJ van der Screwf (dokter hewan pemerintah), Soemadiria (petani dan peternak) dan Raden Adipati Wiratanoeningrat (Bupati Tasikmalaja).

Yayasan Pangeran sendiri terbentuk pada sekitar Agustus 1921 atau dua bulan sepeninggal Pangeran Aria Suria Atmadja.

Masih dalam surat kabar Preangerbode yang terbit 16 Januari 1922 disebutkan bahwa Yayasan Pangeran berhasil membentuk kepanitian dalam proyek pembangunan monumen dengan merekomendasikan sejumlah orang. Beberapa diantaranya merekomendasikan keterlibatan Raden Adipati Aria Martanegara selaku mantan Bupati Bandung, jika bersedia.

Menelisik sejarah Monumen Lingga yang berdiri kokoh di Alun-alun SumedangMenelisik sejarah Monumen Lingga yang berdiri kokoh di Alun-alun Sumedang Foto: Nur Azis

Kemudian untuk arsitek atau orang yang merancang bentuk monumen, dipercayakan kepada J.Z van Dijck yang merupakan mantan guru di Garut. Lalu W. H. Elsman yang bekerja pada suatu departemen pekerjaan daerah di Garut, dipercaya untuk menghitung anggaran yang diperlakukan.

Lalu ada koordinator pelaksana pembangunan monumen, yakni H. Buijs yang merupakan insinyur konstruksi di Bandung atau mantan pelaksana pekerjaan konstruksi Bandoengsche T. H.

Sementara dr. C. Kunst yang merupakan dokter hewan Pemerintah di Bandung, dipercaya mendesain kota percontohan dengan model padang rumput.

Anggaran Proyek Pembangunan Monumen Lingga

H.Buijs yang ditunjuk sebagai koordinator pelaksana, J.Z van Dijck selaku arsitek dan W. H.Elsman selaku penanggung jawab anggaran, mengajukan sebesar f7.000 (7.000 gulden) untuk pembangunan monumen tersebut. Sementara untuk pembangunan padang rumput model kota, Dr. C. Kunst yang dipercaya untuk mendesainnya, mengajukan anggaran sebesar f5.000.

Keterangan diatas sebagaimana yang dimuat dalam surat kabar Preangerbode - Culture en Handelsblad yang terbit Senin 16 Januari 1922.

Yayasan Pangeran sendiri sukses mengumpulkan uang sumbangan sebesar f31.000 dalam proyek tersebut. Dari jumlah itu, uang yang tersisa sebesar f19.000 setelah dipotong f7.000 untuk bangunan monumen dan f5000 untuk membangun padang rumput.

Sisa anggaran tersebut disimpan dalam bentuk rekening giro di Sumedangsche Afdeelingsbank (atau bank daerah Sumedang). Dari sisa anggaran itu, f18.000 diantaranya diinvestasikan dalam bentuk deposito di bank yang sama dengan tujuan agar mendapatkan keuntungan dari bunga yang dihasilkannya.

Secara garis besar, sisa anggaran tersebut digunakan untuk kepentingan peternakan baik besar dan kecil di Priangan.

Sekadar diketahui, Monumen Lingga yang berada di Alun-alun Sumedang diresmikan pada 25 April 1922 kala Hindia Belanda diperintah oleh Gubernur Jenderal, Dr. Dirk Fock. Monumen tersebut dibangun untuk mengenang jasa yang telah ditorehkan oleh Bupati Sumedang kala itu, yakni Pangeran Aria Suria Atmadja yang menjabat dari 31 Januari 1883 hingga 5 Mei 1919.

Pangeran Aria Suria Atmadja sendiri merupakan Bupati Sumedang terakhir yang bergelar pangeran. Ia juga dikenal dengan sebutan Pangeran Makkah.

Gelar tersebut disematkan lantaran ia meninggal dunia di Makkah pada 1 Juni 1921 seusai ia memilih pensiun dari jabatannya.

Sepeninggalnya atau 11 bulan kemudian, tepatnya pada 25 April 1922, orang-orang berkumpul di Alun-alun Sumedang untuk mengingat jasa-jasanya dengan meresmikan sebuah monumen yang belakangan diberinya nama Monumen Lingga.

Koran Preangerbode memuat artikel tentang pembangunan Monumen Lingga SumedangKoran Preangerbode memuat artikel tentang pembangunan Monumen Lingga Sumedang Foto: Delpher.nl

Pegiat Literasi asal Bandung, Atep Kurnia mengatakan, Monumen Lingga dibangun atas inisiasi dari Yayasan Pangeran yang dibentuk sebelumnya.

Dalam pembangunannya, sambung Atep, Yayasan Pangeran mendapat sokongan dana dari para pembesar pribumi dan para pembesar Eropa yang ada di tanah Priangan.

"Itu bahkan tertulis dalam majalah Yayasan Pangeran (Pangeran-Stichting), itu (Yayasan Pangeran) dulu bahkan ada majalahnya ," ucapnya. (yum/yum)



Hide Ads