Tak pernah terpikirkan bagi dara asal Jakarta, Itsnah Tsaniah bisa melabuhkan hatinya di Basarnas. Apalagi sejak kecil ia aktif sebagai atlet dayung.
Wanita yang kerap disapa Tsaniah itu ternyata sejak kecil telah dikenalkan olahraga dayung oleh keluarganya. Hal itulah yang membuatnya menjadi atlet dayung andal.
Tsaniah mengawali karier sebagai atlet dayung pada tahun 2006 silam, saat dirinya masuk SMP di Pusat Pelatihan dan Latihan Pelajar (PPLP) DKI Jakarta.
"Jadi dulu ada adiknya mama kebetulan kepala pelatih di dayung itu, terus saya ikut aja. Kemudian latihan-latihan, terus alhamdulillah ada perkembangan dan berprestasi," ujar Tsaniah kepada detikJabar beberapa waktu lalu.
Dalam kesehariannya selama sekolah, Tsaniah tinggal di satu asrama dengan teman-teman lainnya. Ia hanya memiliki waktu bersama keluarga pada akhir pekan.
"Dulu pusat sekolahnya di Ancol. Latihan juga di situ. Jadi latihan di Ancol setiap hari. Jadi kita di situ asrama. Paling libur itu hari Kamis dan Minggu. Sekolah juga dari sana. Jadi kita dibiayai dari APBD daerah Jakarta," katanya.
Pada masa itu, pendidikan dan olahraga dayung seakan terpola dan seirama. Setiap hari dirinya menjalani latihan pagi dan sore hari.
"Jadi kita itu jam 5 pagi turun air latihan, terus setelah itu kita dijemput ke sekolah, pulang sekolah jam 3. Terus dijemput lagi, jam 4 habis solat ashar kita latihan lagi. Ritme kayak gitu pasti setiap hari. Jadi memang kegiatan kita ya latihan, sekolah, terus aja gitu, itu kayak gitu sampai SMA," jelasnya.
"Itu terus kayak gitu, tidak dibekali handphone, tidak dibekali kendaraan, jadi terus aja di situ. Tapi memang ada momen-momen habis bertanding terus libur. Jadi memang ada waktu recovery, tapi memang agak lama," tambahnya.
Mengenyam latihan dayung dengan ulet, membuat dirinya mulai mengikuti kompetisi pelajar. Ia pun sering mendapatkan gelar juara pada beragam kompetisi tersebut.
"Kita awalnya di kelas pelajar daerah dulu, terus kejurnas daerah, terus masuk Popnas, kejurnas senior, terus ada PON. Setelah itu ada seleksi pelatnas, kemudian bisa ikut-ikut internasional. Kompetisi awal untuk kategori pelajar itu tahun 2009 di Sultra, Kendari," ucapnya.
Berkat prestasinya, Tsaniah bisa bisa masuk Pelatnas pada tahun 2011. "Masuk pelatnas 2011 waktu indonesia tuan rumah sea games di Palembang. Pada kompetisi itu alhamdulillah saya dapat satu perak dan dua perunggu," ungkapnya.
"Ketika mendapatkan medali perasaannya ya luar biasa. Soalnya kita membela Indonesia kan," tuturnya.
"Terus setelah itu makin semangat lagi buat latihan, karena tidak bisa dipungkiri selain dapet medali, kita juga dapet bonus. Jadi makin semangat, dan makin tahu kalau juara ya dapet hasil," lanjutnya.
Tsaniah menjelaskan lulus SMA pada tahun 2013. Setelah itu memutuskan untuk kuliah di salah satu universitas di Jakarta. Namun pada tahun 2014 dirinya mencoba mengikuti tes CPNS dengan tujuan masuk ke Basarnas.
Ia kemudian lolos seleksi Basarnas. Kemudian akhirnya masuk Basarnas pada tahun 2015.
"Saya masuk Basarnas tahun 2015, pendaftaran tahun 2014, terus diangkat tahun 2015. Jadi sampai sekadang itu udah 7 tahun. Iyah saya dulu daftar CPNS nya jalur biasa aja kayak orang-orang, jadi bukan lewat jalur atlet. Alhamdulillah keterima," ucap Tsaniah.
Tsaniah mengungkapkan sebetulnya pada tahun 2015 silam dirinya masih TC alias pemusatan latihan SEA Games bersama pelatnas dayung. Namun Basarnas masih memberikannya kompensasi.
"Pada tahun 2015 itu saya masih TC SEA Games padahal. Namun baiknya Basarnas masih memberikan saya dispensasi untuk mengikuti sea games dulu pada tahun 2015. Kemudian tahun 2015 bulan Juli saya selesai sea games, baru saya masuk Basarnas," ungkapnya.
Besarnya dukungan keluarga. Simak di halaman selanjutnya.
(orb/orb)