Dorongan Ortu yang Membawa Joshua Jadi Anggota Basarnas

Dorongan Ortu yang Membawa Joshua Jadi Anggota Basarnas

Yuga Hassani - detikJabar
Minggu, 02 Okt 2022 16:00 WIB
Joshua Banjarnahor.
Joshua Banjarnahor (Foto: Istimewa).
Kabupaten Bandung -

Menjadi seorang anggota Badan SAR Nasional (Basarnas) tak pernah terpikirkan sebelumnya bagi Joshua Banjarnahor. Kisahnya menuju Basarnas tidak pernah lepas dari peran orang tua.

Apalagi seorang anggota Basarnas harus memiliki mental yang kuat. Sehingga tak sulit jika menghadapi berbagai situasi dalam medan pertolongan dan penyelamatan.

Dalam perjalannya, Joshua sebenarnya memiliki mimpi dan cita-cita menjadi seorang petugas damkar. Itu dilihat dari sosok orang tuanya yang merupakan seorang petugas damkar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya di Basarnas itu sebenarnya anak dari seorang pemadam kebakaran. Dulu saya juga kuliah di Unikom, karena dulu belum ada penerimaan pemadam, sebenarnya cita-cita awal saya adalah jadi pemadam," ujar Joshua kepada detikJabar belum lama ini.

Saat menyelesaikan kuliahnya di Unikom, Joshua mengaku mendapatkan kabar yang tidak mengenakan dari keluarganya. Sehingga orang tuanya menyarankan lebik baik menjadi seorang anggota Basarnas.

ADVERTISEMENT

"Nah waktu kuliah di Unikom pada tahun 2006 terjadilah insiden abang saya meninggal lagi madamin api di Tambora, ketimpa bangunan, dan kritis. Saya pulang, terus abang saya meninggal lah yah," katanya.

"Dari situ tetap nih cita-cita ingin jadi pemadam, tapi nggak dibolehin sama orang tua, karena efeknya nggak bagus katanya, psikologisnya, dan lain-lain. Kamu nanti malah balas dendam atau apa, karena melihat abang saya itu. Terus bagusnya pun arahnya mending sama-sama penolong, tapi Basarnas aja, atas permintaan orang tua," tambahnya.

Atas doa orang tua tersebut, Joshua akhirnya memutuskan untuk daftar Basarnas pada awal tahun 2007 silam. Walaupun pada awalnya dirinya masih tidak paham cara kerja Basarnas.

"Kemudian daftar, mulai terus tes administrasi, tes kesehatan, ternyata bisa lolos, terus kan terakhirnya juga ada tes fisik, tinggal pengumuman puji syukur masuk, per Desember 2007," jelasnya.

Meski begitu, Joshua tetap bersyukur bisa masuk Basarnas berkat adanya doa dan dorongan orang tuanya.

"Ya walaupun awalnya cita-citanyangingutin orang tua, tapi ternyata orang tua malah mengarahkannya jangan di pemadam, tapi diBasarnas. Yang penting masih di jalur pertolongan,"ucapnya.

Pihaknya menjelaskan setelah masuk Basarnas pasti langsung mengikuti latihan dasar. Dalam latihan tersebut para anggota baru dilatih supaya menjadi tangguh.

"Terus kalau masuk basarnas, mau itu di administrasi, atau bagian lapangan itu, ada yang namanya latihan dasar. Kita semua digembleng di situ, mental, fisik, semua, dan lain-lain," tuturnya.

Dia menuturkan setelah latihan dasar biasanya setiap orang langsung terlihat ke arah mana pertolongannya. Sehingga para anggota Basarnas memiliki keahliannya.

"Nah tapi dilihat kompetensinya seseorang tersebut ke arah mana, karena ada yang jagonya di air, tapi belum tentu jago diketinggian. Mungkin ada juga yg jago di air, jago diketinggian, tapi dilihat condongnya kemana. Itu dilihat selama pendidikan itu, itu dilihat anak tersebut kemampuannya kemana," kata Joshua.

Menurutnya dia masuk ke dalam Hart atau High Angle Rescue Technique, atau ketinggian. Kemudian dia memiliki keahlian MPR Medical First Responder.

"Kalau MPR Medical First Responder, jadi pertolongan pertama pada korban yang membutuhkan pertolongan. Misalnya saya pernah membantu orang yang sakit jantung, hingga tersendak makanan," bebernya.

Joshua mengaku saat pertama masuk sebagai anggota Basarnas pasti mengalami rasa tegang dan kaget. Apalagi dirinya langsung diterjunkan melakukan penyelamatan KM53, di perairan pulau seribu.

"Saat itu pas pergantian shift, karena saya masih baru langsung masuk shift kedua. Kebetulan nakhoda yang tenggelamnya itu orang batak, karena lihat papan nama saya batak juga, nah si istri nakhoda ini teriak lah. Tolong carikan abangmu, dia udah janji mau makan-makan bareng sama anak-anaknya," ucap Joshua.

Setelah itu dirinya bersama tim Basarnas yang lain langsung bergegas ke tengah laut tepatnya berada di titik penyelaman. Setelah itu jenazah tersebut langsung ditarik ke perahunya.

"Terus korbannya dinaikan karena udah beberapa hari, pas dinaikan kondisinya perutnya pecah, karena tekanan di laut, jadi gampang langsung cepat ke atas. Pas dinaikin ke kapal, baunya minta ampun," jelasnya.

Pihaknya bersama tim yang lainnya langsung menyamakan ciri-ciri korban. Setelah dipastikan sama langsung dibawa ke posko.

"Pas udah di sana si keluarganya malah gak terima, bahwa ditemukannya meninggal. Di situ saya merasa, kok pertama tugas udah kaya gini. Soalnya kita tahu feel nya, orang kan pasti berharap sama kita, tapi pas saat kita temukan ternyata meninggal. Itu sedih sih emang pas ketemu face to face langsung sama keluarga korban. Itu kesan pertama saya tugas," kata Joshua.

Setelah dipastikan selesai, Joshua langsung bergegas untuk melakukan bersih-bersih ke kamar mandi. Namun saat berada di kamar mandi jenazah tersebut masih terus terbayang.

"Setelah itu bersih-bersih, apalagi pas pertama nemu korban itu pasti masih ada rasa takut. Pas selesai nyelamatin korban itu, saya coba bersih-bersih terus mandi, pas mandi pun saya nggak mau tutup mata, karena takut saya. Apalagi saya lihat badannya ancur, itu mandi malem-malem saya nggak mau tutup mata. Kebayang terus karena baru pertama melihat yang kaya gitu," ucapnya.

Rasa takut Joshua tak sampai di situ. Selama beberapa hari ke depan dirinya mengaku sulit menikmati makanan. Hal tersebut dikarenakan jam terbang yang masih terbilang minim.

"Terus setelah itu saya diajakin makan, nah dimakanan itu ada mayones-mayonesnya. Saya di situ selama tiga hari nggak nafsu makan. Soalnya melihat kondisi korban pas saya angkat itu kulitnya pada nempel semua kaya mayones," ungkapnya.

Dia menambahkan rasa takut tersebut tak berselang lama. Pasalnya dirinya langsung mendapatkan berbagai arahan dari para seniornya.

"Tapi setelah kejadian itu berbagai ketemu korban, saya dikasih tahu teknik-tekniknya sama senior-senior saya. Ada juga teknik jika ketemu korban, ya kita hirup. Setelah itu jika ketemu makanan atau apa itu sudah biasa, itu teknik yang ekstrem nya yah. Terus ada juga ditaro kopi di dalam masker. Tapi teknik yang saya sering pakai, kalau bau banget saya lebih senang pakai kopi sih," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(mso/mso)


Hide Ads