Ketua Paguyuban dan Seniman Jawa Barat Nace Permana menceritakan sejarah awal mula Alun-alun Karawang dijadikan titik nol kilometer.
Pada zaman kerajaan Pajajaran, Syekh Quro menginjakkan kaki dan menetap di Karawang. Tempatnya yang kini menjadi Alun-alun Karawang.
"Saat itu, Syekh Quro juga menyebarkan dan mengajarkan Islam kepada masyarakat Karawang, sehingga di sana menjadi sebuah pemukiman pertama," kata Nace saat ditemui detikJabar belum lama ini.
Seperti diketahui, Alun-alun Karawang juga berlokasi persis di depan Masjid Agung Karawang dan merupakan masjid pertama yang dibangun Syekh Quro. Hal tersebut juga menjadi tanda awal mula peradaban Islam di Jawa Barat, khususnya di Karawang.
"Kemudian pada abad ke-16 Karawang jadi bagian dari kerajaan Mataram, alun-alun juga pernah dijadikan pusat pemerintahan beberapa periode dengan bupati pertama Raden Adipati Singaperbangsa," kata dia.
Itu sebabnya Alun-alun Karawang yang berlokasi di Teluk Bunut, Kertayasa, Kelurahan Karawang Kulon, Kecamatan Karawang Barat, dijadikan titik nol kilometer Karawang.
Saat ini, Alun-alun Karawang sedang direvitalisasi oleh Pemprov Jawa Barat. Nace menyayangkan bahwa letak Alun-alun dengan pusat pemerintahan kini, justru berjauhan.
"Kita juga sangat menyayangkan kalau dibandingkan dengan Alun-alun kota di Kabupaten lain, letaknya pasti berdekatan dengan pusat pemerintahan dan selalu menjadi pusat peradaban," kata dia.
Sedangkan di Karawang sendiri, letak alun-alun dan pusat pemerintahan atau Kantor Bupati justru terpisah. Pusat pemerintahan diketahui berlokasi di Karang Pawitan, sedangkan alun-alun di Karawang Kulon yang berjarak kurang lebih 3 kilometer.
"Hari ini sedang direhab, harapan kami tentu Alun-alun bisa menjadi sebuah pusat peradaban karena memiliki catatan sejarah. Di mesjid agung kala itu menjadi tempat pusat kejayaan Padjajaran, karena Prabu Siliwangi dan Nyi Subang Larang itu menikah di Mesjid Agung Karawang," katanya.
Hal tersebut menjadi alasan bahwa alun-alun sebagai pusat peradaban, karena di masa kejayaan Pajajaran saat itu Prabu Siliwangi juga melahirkan keturunannya di Karawang.
"Nyi Subang Larang itu punya anak, Kian Santang, Rara Santang, dan Walang Sungsang, mereka keturunannya ini menyebar sampai ke Cirebon, Banten dan berbagai daerah lain, ini sebabnya Alun-alun menjadi pusat peradaban," kata Nace.
Alun-alun sebagai titik kilometer nol di Karawang juga memiliki nilai historis yang tinggi, baik bagi pusat peradaban pemerintahan maupun keagamaan di Jawa Barat.
Ke depan, titik nol tersebut harus menjadi tempat yang monumental, "Ke depan pengelolaan titik nol ini harus menjadi perhatian, karena berkaitan dengan sejarah yang berharga, sehingga ke depan anak cucu kita punya kebanggaan tersendiri atas pusat sejarah yang terkandung di titik nol," katanya. (iqk/iqk)