Alun-alun merupakan sebuah lokasi yang dijadikan penanda atau titik tengah di sebuah wilayah, Alun-alun juga kerap jadi pusat sebuah kota. Di Karawang, alun-alun berlokasi di Teluk Bunut, Kertayasa, Kelurahan Karawang Kulon, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang
Alun-alun juga menjadi titik awal pengembangan atau pembangunan sebuah kota. Sebagai titik nol, Alun-alun Karawang menyimpan sejarah panjang jauh ke masa lalu, bahkan, konon hingga ke era Kerajaan Sunda.
Baca juga: Warga Ingin Tugu 0 KM Kota Cirebon Bersolek |
Alun-alun Karawang mungkin jadi salah satu tempat yang masih dapat bercerita tentang sejarah Karawang di masa kerajaan silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di samping Alun-alun Karawang terdapat masjid agung peninggalan seorang tokoh muslim masa lampau di tanah Jawa, yakni Syeh Quro. Alun-alun juga menyimpan cerita pendopo lama, jejak pelabuhan tua, dan beberapa situs bersejarah lainnya.
Melansir buku 54 Cerita Babad Legenda Rakyat Karawang karya Asep R Sundapura, Pura Dalem merupakan titik awal alun-alun Karawang.
Pura Dalem adalah daerah yang sekarang meliputi kampung Poponcol, Bunut, Tambak Baya dan Nagasari. Titik tengah Pura Dalem itu adalah Alun-Alun.
Pura Dalem konon merupakan pemukiman pertama di wilayah Karawang. Nama Pura Dalem muncul pertama kali dalam naskah Wangsakerta yang disusun pada abad ke 17 Masehi.
Menurut naskah Wangsakerta tersebut, Pura Dalem adalah salah satu negara di bawah kekuasaan Tarumanegara yang berdiri pada abad ke-5 hingga abad ke-8 Masehi. Dengan demikian sebutan Pura Dalem juga merujuk pada wilayah Karawang zaman dulu.
Lokasi Titik 0 Kilometer Karawang
Dahulu di depan Masjid Agung Karawang pernah berdiri Tugu Titik Nol yang dibuat Belanda pada tahun 1947. Tapi sekarang tugu tersebut sudah hilang, seiring berlangsungnya revitalisati wilayah tersebut.
Padahal, keberadaan tugu titik nol sangat penting sebagai petunjuk sejarah pusat kota, dan penanda jarak antar wilayah. Melalui tugu tersebut, jarak antara sebuah kecamatan, atau desa dengan pusat kota dapat ditentukan secara dan jelas.
![]() |
Menentukan titik nol sendiri biasanya sangat erat kaitannya dengan sejarah masa lalu sebuah kota atau wilayah. Fungsi lain dari titik nol kilometer adalah untuk memudahkan orientasi wilayah.
Diketahui pada masa lalu, penomoran jalan juga berpatokan pada titik nol tersebut. Semakin dekat dengan tugu maka nomor jalan semakin kecil, dan nomor sebaliknya semakin jauh dengan tugu maka jalan akan semkin besar.
Tugu titik nol Karawang juga termasuk cagar budaya yang memiliki nilai sejarah yang sangat berharga. Kawasan di sekitar titik nol juga menyimpan sejarah dan budaya yang khas, karena biasanya dari titik nol tersebut lah dimulainya pengembangan dan tata kota.
Alun-alun Karawang, jika merujuk pada tulisan Ahmad Martanegara tahun 1967, merupakan pusat kota yang dibangun pada era Adipati Singaperbangsa Bupati pertama Karawang, dan diperluas kemudian oleh Bupati Panatayudha I.
Itu sebabnya tata ruangnya juga sangat kental dengan ciri kota-kota lama di era kerajaan islam. Pola tata ruang alun-alun Karawang terdiri dari kantor pemerintahan, masjid, lapangan luas atau alun-alun, dan pasar.
Arti kata Pura Dalem
Pura berasal dari bahasa sansekerta, yakni, pur, puri, pura, puram, pore, yang artinya adalah kota, kota berbenteng, atau kota dengan menara atau istana.
Pendapat lain mengatakan, kata 'pura' di sana merujuk pada nama Tanjungpura, wilayah luas yang pinggir Sungai Citarum yang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, kini wilayah tersebut mejadi sebuah kelurahan, yakni Kelurahan Tanjungpura, di Kecamatan Karawang Barat.
Arti kata Dalem
Sementara kata 'dalem' sendiri merujuk pada posisi pemimpin dalam sistem pemerintahan tradisional Sunda yakni, pa-dalem-an (padaleman).
Sejarah Pura Dalem
Pura Dalem disinyalir sudah ada sejak zaman kerajaan Pajajaran. Pada waktu itu merupakan wilayah yang menghubungkan daerah Sunda pedalaman dengan pesisir pantai utara.
Dulu di Pura Dalem terdapat pelabuhan Sungai Citarum. Tapi keberadaan pelabuhan tersebut, kini sudah sulit diketahui jejak dan lokasinya. Begitu juga temuan benda bersejarah oleh warga lokal, sudah tidak diketahui lagi keberadaannya.
Sedangkan petilasan-petilasan tua dan ciri pohon Bunut yang menjadi asal muasal penamaan tempat tersebut, kini juga sulit ditemukan di wilayah tersebut.
(orb/orb)