Pemkot Bandung tengah menyusun program untuk menekan angka pernikahan dini, seks bebas hingga penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Salah satunya dengan menggandeng para komunitas ekonomi kreatif untuk mengedukasi para generasi zillenial (Gen Z) tersebut.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bandung Dewi Kaniasari menjelaskan, gen Z menjadi sasaran paling kompleks dalam program keluarga berencana. Sebab dengan segala permasalahannya, generasi ini menjadi kelompok warga paling rentan terhadap pernikahan dini, seks bebas dan penyalahgunaan narkoba.
"Terutama yang menjadi tantangan kita ini kaum zillenial yang remaja. Kita tahu cara bergaul mereka bagaimana terutama soal tiga hal itu yah," kata wanita yang akrab disapa Kenny itu kepada wartawan usai agenda Bandung Menjawab, Rabu (20/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dibanding kalangan usia matang, Kenny mengakui tantangan untuk mengedukasi gen Z mengenai program KB lebih berat. Sebab menurutnya, perlu sentuhan khusus bagi generasi ini supaya bisa memahami bahayanya perilaku seks bebas, pernikahan dini dan narkoba itu sendiri.
"Ini yang coba kita edukasi bahwa itu tidak baik untuk perkembangan mereka. Secara kesehatan reproduksi itu tidak baik, termasuk juga kesehatan mentalnya," tuturnya.
Kenny yang baru menjabat sebagai Kepala DPPKB tiga bulan lalu mengaku tengah menyusun program edukasi kepada gen Z tentang bahaya tiga perilaku tersebut. Caranya yaitu dengan menggandeng para komunitas ekonomi kreatif (ekraf), yang salah satunya bisa dilakukan dengan edukasi berupa video pendek dan sesuai dengan hobi yang mereka gandrungi saat ini.
"Dikemas misalnya mereka lagi suka Korea, kita gandeng komunitasnya supaya lebih tepat edukasinya. Sebetulnya program mah sudah disusun oleh pusat, tapi tinggal pengemasannya di daerah seperti apa. Nah, Bandung saya target bisa menjadi contoh untuk daerah lain," pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data persentase usia pernikahan warga di Kota Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan data tersebut, 8,81 persen perempuan di Kota Bandung ternyata menikah di bawah umur atau melakukan pernikahan dini.
Data itu dikutip detikJabar dari Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Bandung yang dipublikasikan BPS pada akhir Desember 2021. Dalam data itu disebutkan bahwa pada tahun 2020 terdapat perempuan yang melakukan perkawinan di bawah umur 16 tahun sebesar 8,81 persen.
"Perkawinan perempuan usia di bawah 16 tahun masih kerap terjadi di Kota Bandung," kata Kepala BPS Kota Bandung Aris Budiyanto dalam rilisnya.
Baca juga: Tok! MK Tolak Legalisasi Ganja untuk Medis |
Dari total jumlah penduduk sebanyak 2.444.160 jiwa di Kota Bandung pada 2020, BPS membagi rasio jenis kelamin dengan rincian 1.231.116 penduduk laki-laki dan 1.213.044 penduduk perempuan. Sementara, BPS mencatat jumlah penduduk dengan usia produktif 15-64 tahun berjumlah 1.723.660 jiwa.
Jika dikalkulasikan dengan data 8,81 warga yang menikah di bawah umur 16 tahun, maka didapat sekitar 300 ribuan wanita di Kota Bandung yang ternyata melakukan pernikahan di bawah umur.
(ral/yum)