1.175 Warga Tasikmalaya Terjangkit DBD, 21 Meninggal Dunia

1.175 Warga Tasikmalaya Terjangkit DBD, 21 Meninggal Dunia

Faizal Amiruddin - detikJabar
Selasa, 12 Jul 2022 10:13 WIB
Mosquito sucking blood on a human hand
Foto: Ilustrasi DBD (thinkstock).
Tasikmalaya -

Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Tasikmalaya tak kunjung reda di sepanjang tahun 2022 ini. Setiap bulan korban meninggal dunia terus terjadi.

Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mencatat sudah ada 21 warga yang meninggal dunia akibat infeksi virus yang ditularkan nyamuk ini. Sementara jumlah total kasus DBD ini mencapai angka 1.175 orang.

Kasus DBD menyebar di 69 kelurahan yang ada di Kota Tasikmalaya dan menyasar semua kalangan baik anak-anak mau pun dewasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kasus DBD di data kami sudah 1.175 kasus. Kasus kematian itu sudah 21 orang. Dari total yang meninggal itu, empat orang dewasa dan sisanya anak-anak," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra, Selasa (12/7/2022).

Dia memaparkan dari 10 kecamatan yang ada di Kota Tasikmalaya, ada 7 Kecamatan yang paling banyak kasus penyebaran DBD.

ADVERTISEMENT

"Wilayah penyebaran secara jumlah, yang terdapat lebih dari 100 kasus itu hanya di tujuh kecamatan. Paling tinggi itu Kecamatan Tawang 170 kasus, lalu Mangkubumi 163 kasus, Bungursari 139 kasus, Cibeureum 136 kasus, Kawalu 135 kasus, Cihideung 113, dan Cipedes 104 kasus. Sisanya di bawah 100 kasus," ucap Asep.

Terkait angka kematian DBD di Kota Tasikmalaya disebut tertinggi di Indonesia, Asep mengaku belum mengetahui. "Saya belum tahu, tapi kalau jumlah kasus kita peringkat 9 di Jawa Barat," kata Asep.

Dia mengaku terus berupaya menekan penyebaran penyakit mematikan ini dengan berbagai upaya. Mulai dari pemberantasan sarang nyamuk hingga edukasi ke masyarakat.

"Yang jadi miris itu, di setiap kasus positif dan meninggal, dalam rumahnya ditemukan jentik nyamuk. Itu kan berbahaya," kata Asep.

Dia juga menyesalkan banyak masyarakat yang masih abai terhadap upaya pemberantasan sarang nyamuk. Banyak masyarakat berasumsi pemberantasan nyamuk cukup dengan pengasapan atau fogging.

"Padahal fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, jika jentiknya masih ada tetap potensi penyebaran sangat besar," kata Asep.*

(mso/mso)


Hide Ads