Mengenal Tradisi Sewa Lahan Petani Tembakau Sukasari Sumedang

Mengenal Tradisi Sewa Lahan Petani Tembakau Sukasari Sumedang

Nur Azis - detikJabar
Selasa, 12 Jul 2022 07:00 WIB
Tempat pengolahan tembakau di Desa Sukasari
Tempat pengolahan tembakau di Desa Sukasari. (Foto: Nur Azis/detikJabar)
Jakarta -

Desa Sukasari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang didaulat sebagai Kawasan Agrowisata Kampung Bako (tembakau). Hal itu lantaran Desa Sukasari menjadi salah satu sentra komoditas tembakau di Jawa Barat.

Meski demikian, terkait lahan perkebunannya, para petani tembakau di sini rata-rata menyewa lahannya ke daerah luar.

Sekretaris Desa Sukasari Asep Iso (55) mengatakan, para petani tembakau Desa Sukasari rata-rata menyewa lahan perkebunan tembakaunya ke daerah lain. Penyebabnya lantaran minimnya lahan perkebunan tembakau di Desa Sukasari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Petani Desa Sukasari itu sifatnya nomaden, apalagi kalau musim penghujan, seperti sewa lahan ke Sukabumi, Kabupaten Bandung, Subang, Garut dan daerah lainnya," ungkapnya.

Ia menyebut, misalnya dari 40 hektar lahan pertanian yang ada di Desa Sukasari, sebagian besarnya digunakan untuk lahan pertanian padi dan tanaman hortikultura lainnya.

ADVERTISEMENT

"Sebagian kecilnya digunakan untuk tanaman tembakau, jadi sebagian besar lahan tembakau para petani Sukasari itu berada di luar Desa Sukasari," terangnya.

Kendati demikian, kata Asep, petani Desa Sukasari ini selain pintar menamam, juga piawai dalam pengolahannya. Hal itu yang menjadi keunggulan petani Sukasari dengan daerah lain.

"Jadi kalau petani lain hanya bisa menanam saja, tapi kalau petani desa Sukasari juga piawai dalam pengolahannya," ucapnya.

Petani dan pengolah tembakau Desa Sukasari, Kabupaten Sumedang tengah menjemur tembakau setelah melalui proses rajang, Senin (4/7/2022). Baik buruknya kualitas tembakau ditentukan dalam proses penjemuran satu hari itu.Petani dan pengolah tembakau Desa Sukasari, Kabupaten Sumedang tengah menjemur tembakau setelah melalui proses rajang, Senin (4/7/2022). Baik buruknya kualitas tembakau ditentukan dalam proses penjemuran satu hari itu. Foto: Nur Azis

Mulyana (52), salah seorang petani Desa Sukasari mengatakan baik-tidaknya kualitas tembakau sangat dipengaruhi beberapa faktor, dari mulai penanaman hingga proses akhir.

"Yang mempengaruhi kualitas tembakau diantaranya varietas bibit, kondisi tanah, pengolahan lahan dan faktor cuaca. Lalu kualitas juga sangat dipengaruhi oleh proses finishing atau proses akhir dalam pengolahan," paparnya kepada detikJabar.

Mulyana melanjutkan, minimnya lahan perkebunan serta mengakali perubahan musim, para petani Desa Sukasari rata-rata menyewa lahan untuk perkebunannya ke daerah lain.

"Jadi dalam menanam tembakau itu terbagi ke dalam tiga musim. Pertama penanaman pada saat musim hujan, kedua musim K3 atau peralihan ke musim kemarau, dan ketiga musim kemarau. Setiap musim itu biasanya lokasi sewa lahan perkebunannya akan berbeda-beda," paparnya.

Mulyana menyebut, pada saat memasuki musim penghujan para petani Desa Sukasari biasa menanam tembakau di daerah Cimenyan dan Paratag (Ujungberung, Kabupaten Bandung), kemudian di daerah sekitar Jatinangor dan Cimasuk (Sumedang).

"Waktu tanam ini di bulan November dan Desember, nantinya untuk panen di bulan Februari dan Maret," terangnya.

Kemudian pada saat pertengahan musim atau musim pancaroba, para petani Desa Sukasari biasa menanam tembakau di daerah Cimasuk dan Jatinangor (Sumedang).

"Serta daerah sekitar Ujungberung dan Cicalengka (Kabupaten Bandung)," ujarnya.

Sementara pada saat memasuki musim kemarau, para petani Desa Sukasari biasa menanam tembakau di daerah sekitar Nagreg (Kabupaten Bandung), Nyalindung, Ujungjaya, Darmawangi, Conggeang, dan Buahdua (Sumedang).

"Waktu tanam musim ini biasanya di bulan April, Mei, Juni untuk panen di bulan Agustus dan September, petani disini biasanya ngejar kedaerah itu," tuturnya.

Mulyana menyebut tradisi sewa lahan ini dimulai sekitar tahun 1990-an. Sementara sebelum tahun 1990-an, warga Desa Sukasari hanya sebagai pengolah tembakau dengan membeli daunnya ke daerah lain.

"Warga Desa Sukasari pada saat itu tergerak untuk menjadi petani tembakau, salah satunya disebabkan lantaran harga tembakau menjadi cukup mahal sehingga berkebun sendiri menjadi solusinya," terangnya.

Tempat pengolahan tembakau di Desa SukasariTempat pengolahan tembakau di Desa Sukasari Foto: Nur Azis/detikJabar

Mulyana sendiri saat ini menyewa perkebunan tembakau di daerah sekitar Nagreg, Kabupaten Bandung. Ia menyewa lahan seluas 300 bata atau untuk menanam sekitar 6 ribu pohon tembakau.

Berdasarkan data dari Kantor Desa Sukasari, jumlah penduduknya ada sekitar 5.300 Jiwa atau 1.983 Kepala Keluarga (KK). Desa tersebut terdiri dari 7 Dusun, diantaranya Dusun Sukasari, Dusun Bojong, Dusun Cibogo Satu, Dusun Cibogo dua, Dusun Cisitu, Dusun Talingku dan Dusun Patenggeng.

Dari ketujuh dusun tersebut, empat di antaranya menjadi sentra atau paling banyak jumlah petani dan pengolah tembakau. Di antaranya Dusun Cibogo Satu, Dusun Cibogo dua, Dusun Talingku dan Dusun Patenggeng.

Halaman 2 dari 2
(ors/ors)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads