Kasus hewan yang terjangkit Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) di Kabupaten Bandung terus bertambah signifikan. Saat ini tercatat 1.276 hewan telah terjangkit.
Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Bandung Tisna Umaran mengatakan pihaknya saat ini terus mewaspadai terkait penyebaran PMK di Kabupaten Bandung. Pasalnya penyebaran PMK dinilai cepat.
"(PMK) Berkembang menjadi 1.276, karena begitu satu titik terkena, penyebarannya emang cepat. Makanya PMK ini yang dikhawatirkan dan diwaspadai oleh kita, karena tingkat penyebarannya yang cepat," ujar Tisna saat dikonfirmasi, Jumat (3/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penyebaranya bisa karena manusia yang keluar-masuk, angin itu berdasarkan teori 10 kilo radiusnya. Jadi kalau satu titik terkena, radius 10 kilo itu harus diwaspadai," tambahnya.
Pihaknya mengaku telah mendapatkan arahan dari Bupati Bandung Dadang Supriatna terkait dukungan pengadaan vaksin, antibiotik, vitamin, dan disinfektan. Selain itu harus ada jarum suntik yang sekali pakai.
Tisna mengatakan, karena hewan yang terjangkit berjumlah 1.300 ekor, diharapkan pemerintah pusat bisa turun tangan. Namun, saat ini pemerintah pusat memberikan dua opsi terkait vaksin tersebut.
"Kita belum tahu ini dapat vaksin itu berapa dan kapan, kita masih terus masih minta ke pusat melalui provinsi," ucapnya.
Tisna mengungkapkan yang dibutuhkan saat ini adalah antibiotik. Hal itu guna meminimalisir tingkat keparahan dari hewan yang terjangkit.
"Yang sekarang dibutuhkan itu antibiotik, karena yang sakit itu kalau dibiarkan akan parah, bisa mengakibatkan kematian, apalagi di anak-anak sapi, itu sangat riskan. Jadi Pak Bupati akan menentukan dukungan anggaran, dan jenis keperluannya apa. Saya akan sampaikan yang paling dibutuhkan itu antibiotik," jelasnya.
"Antibiotik itu tidak sekali diaplikasikannya, tergantung tingkat sakitnya, bisa tiga sampai lima kali dengan jarak satu minggu. Disuntik ke otot paha belakang," tambahnya.
Dia menjelaskan saat ini hewan yang terjangkit PMK tersebar di beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung. Bahkan, terjadi mengalami peningkatan wilayah.
"Di Cikancung, Pacet, Kertasari, Pangalengan, Ciwidey, Pasir Jambu, Cilengkrang, Cileunyi, dan Margaasih," ucapnya.
Dia menambahkan saat ini beberapa hewan tersebut diisolasi. Selama isolasi tersebut, pemberian makanan harus lebih intens.
"Iya diisolasi, walaupun isolasinya deket juga, kurang dari 10 kilo. Tapi minimal enggak kontak langsung lah gitu. Ada kandang khusus sehingga pemberian makannya bisa lebih intensif, ada beberapa ramuan ada yang pakai madu, air kelapa, pakai telor," jelasnya.
Menurutnya dalam pengobatan PMK tersebut Distan membutuhkan anggaran yang besar. "Nah pengobatan ini butuh anggaran. Butuh Rp 8-10 miliar," tegasnya.
Dilihat dari data Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, per 30 Mei 2022, hewan yang paling banyak terjangkit PMK adalah sapi perah dengan jumlah sebanyak 1.050 ekor, kemudian ada sapi potong sebanyak 212 ekor, domba, 11 ekor dan kerbau sebanyak 3 ekor. Dari data tersebut menunjukan kambing belum ada yang terjangkit PMK.
Tisna menjelaskan saat ini Distan Kabupaten Bandung telah menyiapkan sejumlah personel guna menangani PMK di Kabupaten Bandung. Bahkan, kata dia, hal tersebut harus disebar secara serentak.
"Ada 30 paramedis dengan dokter, kemudian 30 PUPT, kemudian 130 penyuluh, sekarang lagi intensif untuk kursus singkat lah terkait penanganan hewan sakit, gejala awal. Kita sebar. Kita harus serentak," pungkasnya.
(ors/ors)