Cerita Nelayan Batukaras: Sulit Dapat Ikan dan Tantangan di Tengah Laut

Kabupaten Pangandaran

Cerita Nelayan Batukaras: Sulit Dapat Ikan dan Tantangan di Tengah Laut

Aldi Nur Fadillah - detikJabar
Senin, 23 Mei 2022 08:00 WIB
Nelayan di Pantai Batukaras, Pangandaran.
Nelayan di Pantai Batukaras, Pangandaran (Foto: Aldi Nu Fadillah/detikJabar).
Pangandaran -

Nelayan di Pantai Batukaras, Kabupaten Pangandara merasakan susahnya mendapat ikan. Perubahan cuaca yang tidak menentu menjadi salah satu penyebabnya.

Salah seorang nelayan di Pantai Batukaras Ujang Warman (45) mengungkapkan kondisi cuaca sangat mempengaruhi minimnya tangkapan ikan. Apalagi saat ini belum mengalami musim kemarau.

"Cuman kalau kita menunggu cuaca bisa seperti biasanya, sudah 2 tahun susah mendapatkan ikan," ucapnya Ujang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengaku sudah dua tahun musim ikan sulit diprediksi. Padahal biasanya musim ikan terjadi pada Februari hingga Agustus.

"2 tahun terakhir musim ikan tidak tentu, bahkan baru 3 bulan sudah tidak ada lagi," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Sementara selama musim paceklik para nelayan beralih menangkap baby lobster. "Tidak semua nelayan, namun hal itu dilakukan sebagian nelayan karena dianggap paling mudah ditemukan dan ditangkap dengan hasil penjualan yang menjanjikan," katanya.

Dia mengatakan nelayan di Batukaras sudah menggantukan hidupnya mencari nafkah pada hasil tangkapan ikan. "Apabila saat ini musim paceklik panjang, mau gimana lagi tetap aja harus cari ikan tidak ada pekerjaan lain," ucapnya.

Meskipun masih ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan nelayan seperti nyadap kelapa, kuli bangunan dan bisnis pariwisata, Ujang menyebut nelayan tetap menjadi pencari ikan karena tidak ada pilihan lain.

"Bisnis pariwisata kan harus ada modal, wisata sekarang rame, itukan bagi mereka yang punya modal, penginapan, restoran dan sebagainya. Kita nelayan tidak ada penghasilan kalau tidak ada ikan," kata Ujang.

Menurut Ujang, ada sebagian nelayan yang mulai mencari pengahsilan tambahan dengan menjaga parkir, pegawai hotel, tunggu WC di objek wisata hingga berjualan.

"Hampir mayoritas nelayan menganggur saat ini, kecuali yang bersikeras dan terus berikhtiar mencari ikan dengan jaring dan menangkap," katanya.

Biasanya untuk mencari ikan, nelayan di pantai Batukaras pergi sejak pukul 04.00 WIB. Sementara kalau musim ikan, sudah berangkat dari sore pukul 16.00 WIB. Kemudian bermalam dan pulang menjelang subuh.

Ujang mengisahkan suasana di tengah laut sangatlah keras, bukan hal mudah menjadi nelayan. Apalagi kalo cuacanya lagi ada badai.

"Kita harus gelap-gelapan dengan penerangan seadanya untuk jaga-jaga dan menghemat energi," ucapnya.

Untuk berangkat ke laut, nelayan memanfaatkan angin timur atau angin yang berarah dari darat ke laut. "Musim angin timuran waktu yang baik untuk melaut gimana arus," kata Ujang.

Dia juga memiliki pengalaman yang cukup menyeramkan selama berlayar mencari ikan. Salah satunya perahu yang dia gunakan bersama orang tuanya terbalik di tengah laut ditemani gelapnya malam. Tapi semua itu berhasil ia lewati dan selamat.

Sebagai nelayan dia juga menyebut ada hal yang tidak boleh dilakukan. Sesuai kesepakatan nelayan di Batukaras tidak boleh melaut di malam Jumat.

"Kalau ada yang melanggar akan dibalikan perahunya sampai 1 minggu tidak bisa melaut," katanya.

Hal itu beralasan agar para nelayan menghormati adat istiadat masyarakat Batukaras sejak dahulu.

Ujang menambahkan modal untuk menjadi nelayan cukup besar. "Untuk pembelian perahu, jaring, mesin dan perlengkapan lainnya paling murah sekitar Rp 35-Rp 60 jutaan," ungkapnya.

Sementara untuk modal satu kali berangkat melaut biasanya menghabiskan uang Rp100-Rp300 ribuan.

"Saat ini kalau misalkan terus paceklik, kita nasib para nelayan bagaimana. Kita cuman pasrah dan berdoa saja," ujarnya.

(mso/mso)


Hide Ads