Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) menjadi salah satu stadion termegah di Jawa Barat. Di balik predikat tersebut, terdapat sejumlah kontroversi dalam proses pembangunan dan pengoperasian stadion yang menelan anggaran hingga Rp 545 miliar ini.
Teranyar, stadion ini dikaitkan dengan Persib Bandung yang tengah mencari 'rumah' untuk mengarungi Liga 1 2022 yang terganjal proses lelang pengelolaan stadion oleh Pemkot Bandung.
Citra satelit yang ditampilkan Living Atlas menampilkan proses pembangunan stadion berkapasitas 40.000 orang ini. Pembangunan Stadion GBLA tertangkap dari rentang tahun 2014 hingga 2021.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Lika-liku Stadion Gelora Bandung Lautan Api |
Terlihat perubahan yang signifikan di sekitar stadion, yang semula berupa sawah menjadi infrastruktur jalan dan fasilitas penunjang stadion lainnya.
![]() |
Terletak di Jalan Gerbang Biru, Rancanumpang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, membuat penamaan awalnya jadi Stadion Gedebage. Nama tersebut hanya sementara sebelum dibuat peraturannya.Dari citra satelit terlihat juga perkembangan permukiman di sebelah barat stadion yang juga turut tumbuh, bersamaan dengan pengerjaan stadion.
Jejak Historis Stadion GBLA
Pemberian nama stadion akhirnya dilakukan lewat polling SMS oleh masyarakat. Hasilnya, nama Stadion Gelora Bandung Lautan Api menjadi suara terbanyak. Hasil polling tersebut sudah disepakati berbagai kalangan dan sudah ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD Kota Bandung.
Berkaca pada sekitar tahun 2009, stadion ini mulai dibangun. Saat itu stadion GBLA direncanakan oleh mantan Walikota Bandung Dada Rosada, untuk diresmikan Desember 2012.
Kenyataannya peresmian harus diundur, baru terlaksana pada Mei 2013 dan itu pun belum sepenuhnya rampung. Lantaran dibangun pada era Dada Rosada, sempat muncul wacana untuk menamai stadion ini Gelora Dada Rosada, namun hal itu hanya jadi wacana belaka.
Anggaran pembangunan terbilang cukup fantastis, yakni Rp 546 miliar. Dengan anggaran ini, stadion diciptakan memenuhi standar kualitas internasional. Rumput yang digunakan pun Zoysia Matrella Merr, yang dikenal rumput paling top di standar FIFA.
Stadion berada tepat di cekungan Danau Purba Bandung, yang sebetulnya tanahnya mudah amblas. Oleh karena itu, sampai tahap pelaksanaan proyek hambatan utama adalah pengurugan tanah dan keterlambatan perizinan ke PU untuk bukaan akses tol untuk pengangkutan material. Lahannya seluas 40 hektare, termasuk infrastruktur jalan.
Stadion GBLA dilengkapi dengan lapangan sepak bola, atletik, kantor, sirkulasi, tribun atap full keliling, servis, e-board, scoring board dan kursinya tahan api dengan kursi merk Ferco. Jumlah kursi penonton hanya 40.000 orang. Jika tanpa kursi sebenarnya bisa menampung 72.000 orang.
![]() |
Sayangnya baru beberapa tahun kerusakan demi kerusakan selalu terjadi. Bangunan ini tak sekokoh kelihatannya, kualitas material yang digunakan ternyata kurang apik. Keretakan terjadi di dinding dan pijakan stadion, bahkan lapangan sepak bola dan lahan parkir amblas.
Dari sinilah Yayat Ahmad Sudrajat, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) tahun 2009 hingga 2010 ditangkap atas kasus korupsi dana pembangunan stadion. Ia tak sendiri, beberapa pejabat kontraktor dan konsultan pun turut mendekam di jeruji besi. Kerugian negara diduga mencapai Rp 103 miliar lebih. Yayat pun divonis hakim 5,5 tahun penjara.
Stadion ini sempat digunakan untuk beberapa pertandingan resmi seperti pertandingan persahabatan melawan Malaysia pada 2014, dan menjadi lokasi pembukaan PON 2016. Kerusakan demi kerusakan yang terjadi, coba diperbaiki agar stadion bisa digunakan.
(bbn/yum)