Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat dalam sepekan. Dari mulai sidang kasus hoaks Habib Bahar hingga siswi di SMP di Cianjur tewas akibat diperkosa. Berikut ini rangkuman peristiwa menonjol di Jawa Barat selama sepekan.
Habib Bahar Bantah Sebar Hoax HRS dan Laskar FPI
Habib Bahar bin Smith, terdakwa kasus penyebaran berita bohong bahtah jika dirinya menyebarkan berita bohong melalui ceramahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahar juga menyebut, dakwaan yang menyebut Habib Rizieq Shihab (HRS) dipenjara karena Maulid Nabi yang dianggap jaksa dalam dakwaannya keliru dan bernarasi bohong. Menurutnya, tak bisa dipungkiri bahwa Rizieq Shihab dipenjara lantaran menggelar Maulid Nabi.
"Intinya tidak bisa dipungkiri bahwasanya Habib Rizieq beliau dimasukkan ke penjara ada keterkaitan Maulid Nabi. Dari sekian banyak yang melakukan Maulid Nabi kenapa hanya beliau? Kalau alasannya karena pelanggaran prokes harusnya beliau itu dimasukkan penjara bukan prokes Petamburan, harusnya di bandara, karena massa jumlah umat di bandara lebih banyak, kenapa harus di Petamburan?" kata Bahar saat menjalani sidang di Pengadilan Negeri (PN) Bandung pekan ini.
Terkait dakwaan jaksa soal kematian enam laskar FPI dalam ceramah Bahar di Kabupaten Bandung disebut enam laskar FPI itu meninggal karena dibantai, bahkan kemaluannya dibakar sesuai dengan buku TP31. Bahar juga menyerahkan buku tersebut kepada hakim.
"Jaksa mendakwa saya melalukan berita bohong enam laskar dibakar kemaluan, dibantai, disiksa. Nah ingin saya sampaikan bahwasanya itu semua saya dapatkan dari buku TP31 yang sudah diserahkan ke DPR dan ke presiden dan diartikan dalam bahasa Inggris dan diberikan ke seluruh dubes negara asing dan diberikan kepada Komnas HAM PBB," ungkapnya.
Selain itu, dalam eksepsi yang disusun tim kuasa hukum Bahar bin Smith, turut disinggung soal aksi demo hingga isu presiden 3 periode.
Tim kuasa hukum Bahar yang dipimpin Ichwan Tuankotta itu awalnya mempertanyakan maksud ceramah Bahar yang diduga hoaks dan mengundang keonaran.
Ichwan juga lantas menyinggung dengan kondisi saat ini di Indonesia. Di mana saat ini, kata pengacara, banyak terjadi demo hingga kenaikan bahan pokok hingga kelangkaan minyak goreng.
"Kebencian kepada pemerintah yang sekarang terjadi (pasca ceramah a quo) dan terbukti dengan adanya demo-demo dari berbagai kalangan masyarakat terjadi karena kenaikan harga bahan pokok, kelangkaan minyak goreng (yang sampai mengakibatkan kegaduhan dalam masyarakat dengan adanya antrian di mana-mana sampai mengakibatkan adanya yang meninggal dunia di di Kalimantan Timur)," jelasnya.
"Serta isu presiden 3 periode yang mana seluruh isu tersebut bukanlah konten dari ceramah Habib Bahar," tambahnya.
Sempat Buron, Peninju Ade Armando Asal Sukabumi Abdul Latip Menyerahkan Diri
Pria brewok, asal Sukabumi, salah satu pengeroyokan Ade Armando dalam demo 11 April, bernama Abdul Latip akhirnya menyerahkan diri kepada polisi setelah sempat buron.
Ustadz Asep Mukharom mengatakan, Abdul Latip menyerahkan diri karena ingin berusaha kooperatif kepada pihak kepolisian
"Menurut penuturan Abdul Latip, ia menyerahkan diri karena yang bersangkutan berusaha kooperatif karena nama Sukabumi terbawa. Menurut dia, spontanitas terjadi pemukulan terhadap Ade Armando," kata Asep kepada detikJabar dihubungi pekan ini.
Masih menurut Asep, tujuan Abdul Latip ke Jakarta sejak awal adalah untuk melihat aksi demonstrasi mahasiswa.
"Pengakuan yang bersangkutan tujuan ke demonstrasi awalnya ingin mendengar para mahasiswa dan elemen masyarakat menyampaikan aspirasi saat aksi demonstrasi, soal penolakan tiga periode presiden dan minyak goreng stop kenaikan begitu," ungkapnya.
Saat menyerahkan diri, Abdul Latip merubah potongan rambut dan memangkas jenggutnya. Meski demikian, hal tersebut dibantah Asep jika tersangka merubah tampilan secara total.
"Betul, merubah tampilan enggak, hanya cukur saja. Janggutnya dicukur namun tidak sampai merubah tampilan, rambut juga sedikit dicukur," tambah Asep.
Sementara itu, Aminah (50) ibunda Abdul Latip berharap agar anaknya dibebaskan atas perkara hukum yang menimpanya. Abdul Latip diam-diam ke Jakarta saat Ajidin (55) ayahnya masih tertidur dan Aminah pergi ke warung.
Menurut Aminah, tiada kabar saat kepergiannya membuat Aminah khawatir, terlebih saat mengetahui putra bungsunya itu ikut aksi demonstrasi di Jakarta. Padahal menurutnya kehidupan Abdul Latip baik-baik saja saat masih berada di kampung tinggal dengan orang tuanya.
"Saya enggak tahu dia berangkat, bujeung-bujeung wawartos (boro-boro memberi tahu) tahu juga tidak. Ada yang bilang katanya ada di Jakarta ikut demonstrasi, nanaonan (apa-apaan) demo-demoan. Kalau memang sudah di polisi, saya inginnya dia dibebaskan. Toh kemarin ketika di rumah tidak ada (masalah) apa-apa," ungkap Aminah.
Terima Uang Hasil Kejahatan, Terapis di Bandung Berurusan dengan Hukum
Linda Jayusman, seorang terapis di Bandung harus berurusan dengan hukum karena menjadi penampungan duit panas senilai miliaran rupiah.
Kasus ini terbongkar saat Kejaksaan Negeri (Kejari) Bandung menyerahkan hasil rampasan tindak pidana ke negara. Total duit yang disita Kejari Bandung sebesar Rp 7,5 miliar.
Hasil penyelidikan, duit panas itu mengalir ke Linda dari luar negeri tepatnya dari Nigeria. Linda yang bekerja sebagai terapis pijat online itu, tiba-tiba ketiban duit fantastis usai ditawari pekerjaan oleh rekannya.
Musliha, Pidum Kejari Bandung mengatakan, pekerjaan yang yang dilakukan Linda ini didapatkan dari Marisa alias Ica sejak tahun 2020 lalu.
Marisa kemudian mengenalkan Linda kepada seseorang bernama Yuli Setiaty. Kepada Linda, Yuli menjelaskan soal tugas yang harus dilakukan dalam pekerjaannyairu..
"Di situ Yuli menyampaikan kepada terdakwa bahwa pekerjaan terdakwa nantinya menerima dana transfer dari dana luar negeri namun sebelumnya, terdakwa harus mendirikan sebuah perusahaan," ungkap Muslih pekan ini kepada awak media.
Pembuatan perusahaan itu nantinya digunakan untuk kepentingan administratif seperti tanda tangan dan lain sebagainya. Linda lantas membuat perusahaan dengan nama PT Gulfre Servis Global (GSG) yang mana Linda bertindak selaku Direktur Utama.
Singkat cerita, Linda Jayusman mendapatkan dana transfer dari seseorang bernama Chuck dari Nigeria dengan nama perusahaan PT Willis LTD NST Client Money. Total uang yang ditransfer sebesar USD 1.107.909 atau setara Rp 15.455.330.550. Adapun duit tersebut dalam dakwaan diduga sebagai hasil dari kejahatan.
"Uang kemudian masuk ke rekening pribadi. Uang ditarik sebagian. Jadi masuk Rp 15 miliar, baru ditarik sebagian Rp 8 miliar," jelasnya.
Duit Rp 8 miliar itu kemudian dikirim lagi ke Wandi dan Silvi. Sedangkan sisanya dibawa oleh Yuli Setiaty. Sementara Linda hanya mendapatkan 4 persen dari Rp 15 miliar yang ditransfer. Ia pun baru mendapatkan Rp 59 juta.
"Namun demikian terdakwa sudah mendapatkan persentase dari nilai yang ditransfer tersebut," kata dia.
Saat hendak mencairkan kedua kalinya, dana sisa sebagian yang masih ada di bank tak bisa ditarik. Sebab, persediaan uang di bank tak mencukupi. Jalur transaksi duit miliaran itu lantas tercium oleh PPATK. Dari hasil pemeriksaan, PPATK mencurigai aktivitas transfer mencurigakan hingga dilaporkan ke Bareskrim Polri.
Polisi kemudian mengusut hingga akhirnya masuk ke persidangan. Sedangkan uang sisa yang belum ditarik yang ada di bank, disita oleh jaksa untuk diserahkan ke negara.
Sementara itu, Kasipenkum Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat Dodi Gazali Emil mengatakan, selain Linda, empat tersangka lainnya masih buron.
"Dari perkara ini, yang tertangkap satu orang dia (Linda Jayusman). "Sementara yang DPO empat orang," kata Dodi.
Siswi SMP di Cianjur Tewas Setelah Mabuk dan Diperkosa Pacar
Warga Kabupaten Cianjur digegerkan dengan kasus kematian misterius dan pemerkosaan siswi SMP. Gadis malang berumur 17 tahun itu tewas setelah merayakan ulang tahun pacarnya, yang dalam kejadian ini menjadi tersangka.
Korban diketahui berangkat dari rumah menuju Tegalbuleud Kabupaten Sukabumi untuk merayakan ulang tahun pacarnya.
"Malam itu sengaja keluar untuk memberikan kejutan dan merayakan ulang tahun pacarnya di Tegalbuleud," ucap Kapolsek Agrabinta Iptu Nanda pekan ini.
Namun ternyata korban tak pulang setelah pergi ke Tegalbuleud. Keluarga pun sempat cemas lantaran anaknya tak kunjung memberi kabar. Semalaman tak pulang dan tanpa kabar keluarga, kabar keberadaan gadis tersebut didapat keluarga pada Selasa (12/4) siang.
"Korban ternyata ada di rumah temannya di Kecamatan Agrabinta. Keluarga pun menjemput korban. Namun ternyata kondisi korban sudah memprihatinkan dan segera di bawah ke puskesmas," kata Nanda.
"Beberapa jam setelah dirawat, korban meninggal dunia di puskemas," tambahnya.
Korban meninggal akibat overdosis, namun polisi masih melakukan penyelidikan terkait penyebab kematian korban.
"Kita masih dalami terkait penyebab kematiannya. Kalau yang beredar kan overdosis, tapi itupun belum pasti. Kita masih tunggu hasil otopsi dan uji labolatorium dari sampel yang diambil dari organ tubuh korban saat otopsi," kata dia.
Nanda menambahkan saat ini pacar korban sudah diamankan dan ditetapkan sebagai tersangka. Tetapi, lanjut Nanda, kekasihnya itu diterapkan sebagai tersangka lantaran bocah itu ternyata sempat memerkosa korban sebelum meninggal dunia.
"Pacarnya ditetapkan sebagai tersangka, terkait pemerkosaan terhadap korban," jelas Nanda.
Kapolres Cianjur AKBP Doni Hermawan menerangkan, setelah dilakukan pemeriksaan di Mapolsek Agrabinta, pacar korban mengaku jika tengah memerkosa korban.
"Keterangannya dia (pacar korban) mengakui ada pemerkosaan, tapi itu baru pengakuan," ujarnya.
Meski sudah ada pengakuan, polisi harus mendalami melalui bukti-bukti lainnya, termasuk hasil autopsi dan uji laboratorium forensik.
"Pengakuan itu akan didalami dan dipastikan dengan bukti lainnya. Makanya kita sedang tunggu hadil labfor dan otopsi kemarin," pungkasnya.
Ibu dan 2 Anak Ditemukan Tewas di Garut
Lentina Dora Hutasoit (29), dan dua anaknya Dusty Indah Jesica Manalu (5) serta Rivaldo Saut Rogabe Manalu (11 bulan) warga Perumahan Jati Putra, Desa Cibunar, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut ditemukan tewas, Sabtu (16/4) kemarin.
Kapolres Garut AKBP Wirdhanto Hadicaksono memastikan, tewasnya ibu dan dua anak di Kabupaten Garut ini direncanakan. Sang ibu diketahui menghabisi nyawa anak-anaknya kemudian melakukan aksi bunuh diri.
"Hampir bisa dipastikan ini pembunuhan dan bunuh diri," kata Wirdhanto pekan ini.
Korban tewas dengan posisi terlentang dan berdekatan di atas ranjang kamar belakang rumahnya.
Menurut Wirdhanto, Lentina dipastikan membunuh anak-anaknya dengan cara memberi jus buah naga yang dicampur cairan pencuci piring.
"Jus buah naga bercampur sunlight itu kami duga keras yang diminumkan kepada anak-anak sehingga keduanya meninggal dunia," ungkap Wirdhanto.
Usai menghabisi keduanya, Lentina kemudian mengakhiri hidup dengan cara gantung diri. Hal tersebut dibuktikan dengan sejumlah barang yang ditemukan di TKP, yang dikatakan Wirdhanto mendukung upaya gantung diri.
Lentina diketahui membunuh dua anaknya dengan cara memberi mereka jus buah naga bercampur cairan sabun pencuci piring. Setelahnya, dia melakukan aksi bunuh diri.
Motif selingkuh, diduga melatarbelakangi kejadian ini. Lentina kecewa terhadap suami sekaligus ayah dari kedua anaknya, Winner Manalu (33). "Jadi ada kekecewaan dari korban ini kepada suaminya. Iya, korban menduga suaminya selingkuh," ujar.
Wirdhanto menyebut, dari hasil penyelidikan yang dilakukan, Lentina bahkan sempat mengirim pesan perpisahan kepada Winner di hari saat kejadian pembunuhan dan bunuh diri ini berlangsung.
"Ada pesan yang dikirimkan ke suaminya. Nanti besok kita sampaikan di press release supaya datanya lengkap," pungkasnya.
Menuai Kecaman, DPRD Jabar Anggarkan Rp 3 Miliar untuk Pengadaan Kalender
Sekretariat DPRD Jawa Barat (Jabar) menganggarkan Rp 3 miliar untuk pengadaan kalender. Kalender miliaran rupiah ini dibagikan untuk 15 daerah pemilihan (dapil) di Jabar.
Anggaran pengadaan kalender itu tercantum dalam laman Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (SIRUP LKPP). Paket dengan nama Belanja Alat/Bahan untuk Kegiatan Kantor-Bahan Cetak ini memiliki kode 33243409 sampai 33245373.
Metode pemilihan pengadaan barang berupa kalender ini dilakukan secara pengadaan langsung atau penunjukan langsung (juksung). Dalam laman resmi itu disebutkan kalendernya dimanfaatkan dari Februari 2022 hingga akhir Desember 2022.
Dalam laman SIRUP LKPP, pagu pengadaan kalender ini terdiri dari 15 mata anggaran, disesuaikan dengan jumlah dapil di Jabar, yakni 15 dapil. Masing-masing mata anggarannya sebesar Rp 200 juta. Dikalkulasikan dengan total dapil, maka total anggaran pengadaan kalender untuk DPRD Jabar mencapai Rp 3 miliar.
Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Jabar menyoroti tentang anggaran fantastis yang digelontorkan DPRD Jabar untuk pengadaan kalender. Dari hasil penelusuran Fitra, anggaran miliaran rupiah itu sudah terserap.
"Sudah diserap ya kalau kita lihat dari laporan realisasi belanja sampai Maret 2022 di Setwan DPRD Provinsi (Jabar). Sudah dieksekusi," kata Dewan Daerah Fitra Jabar Nandang Suherman saat dihubungi detikJabar pekan ini.
Nandang menambahkan, jika hal ini merupakan bagi-bagi kue. "Ini kan juksung. Saya kalau lihat selintas dengan sistem juksung, biasanya menunjukkan bahwa ini bagi-bagi kue," tambahnya.
Anggaran Rp 3 miliar untuk kalender ini, mendapatkan sorotan dari aktivis antikorupsi. DPRD pun disebut hanya melakukan pemborosan anggaran di tengah situasi pandemi COVID-19 yang belum selesai.
"Ini sudah jelas pemborosan anggaran. Pertanyaannya sekarang, anggaran sebesar ini peruntukannya untuk apa?," kata Sely Martini, pendiri Rumpun Indonesia kepada detikJabar.
Selain itu, Ketua GMNI Bandung Ariel Ortega menilai pengadaan kalender itu hanya penghamburan anggaran semata. Ia mengecam pengadaan tersebut karena tak jelas manfaatnya bagi masyarakat.
"Alih-alih DPRD Jabar memikirkan bagaimana ikut membantu pemulihan ekonomi, malah membelanjakan hal-hal yang tidak penting seperti ini. Jelas ini penghamburan, tidak ada manfaatnya sama sekali buat masyarakat Jabar," katanya kepada detikJabar.
Sementara itu, Kasubag Humas Sekretariat DPRD Jabar M Hafidz membenarkan adanya pengadaan kalender yang mencapai Rp 3 miliar. Hafidz juga tak menampik anggaran pengadaan kalender tersebut beberapa di antaranya sudah terserap.
"Yang sudah selesai pencetakan dan pendistribusian kalender, tentunya sudah diserap. Akan tetapi masih ada juga yang dalam proses pencetakan, tentunya belum diserap," kata Hafidz melalui pesan singkatnya.
(wip/ors)