Kasus DBD Meningkat di Sukabumi, Lima Warga Meninggal Dunia

Kasus DBD Meningkat di Sukabumi, Lima Warga Meninggal Dunia

Siti Fatimah - detikJabar
Selasa, 22 Mar 2022 03:00 WIB
ilustrasi demam berdarah
Foto: iStockphoto
Sukabumi - Sebanyak 366 warga Kota Sukabumi terjangkit demam berdarah dengue (DBD) sejak awal 2022 hingga Maret. Lima orang di antaranya meninggal dunia akibat penyakit DBD.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Rita Fitrianingsih mengatakan, saat ini terjadi peningkatan kasus DBD di Sukabumi. Pihaknya mengatakan, ke depan akan diperbaiki beberapa mekanisme yang dapat mempercepat penanganan DBD.

"Nah ini kita perbaiki mekanisme pelaporan, kemudian diagnosa. Sudah sangat tinggi sekali kasus DBD kita," kata Rita kepada detikJabar, Senin (21/3/2022).

Dia mengakui, kasus DBD sempat teralihkan oleh penanganan pandemi COVID-19. Saat ini, ia mulai memfokuskan lagi pencegahan dan penanganan DBD karena kasus COVID-19 yang mulai mereda.

"DBD menjadi agak sedikit anu ya bukan terpinggirkan tapi perhatian kita kurang karena covid. Tapi sekarang kita sudah mulai lagi mengurus DBD, angka kematian tahun ini juga cukup tinggi," ujarnya.

Terpisah, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Wahyu Handriana menambahkan, ada lima orang yang meninggal akibat DBD. Dia menjelaskan melanisme pelaporan kasus DBD tidak mengalami banyak perubahan.

"Pelaporannya harus cepat dan diagnosis menggunakan dasar dari Kementerian Kesehatan, yang melaporkan rumah sakit karena DBD yang mendiagnosis dokter. Saat ini ada lima warga meninggal dunia (DBD)," pungkasnya.

Sebelumnya, Pemerintah Kota Sukabumi telah mengeluarkan Surat Edaran terkait Kejadian Luar Biasa. Dalam SE tersebut dijelaskan, pemberantasan sarang nyamuk atau PSN 3 M plus dan gerakan 1 rumah 1 jumantik (G1R1J) harus dilakukan untuk menyikapi Kejadian Luar Biasa (KLB) saat naiknya kasus DBD di musim pancaroba. Adapun 3M yang dimaksud yaitu menguras, menutup, memanfaatkan kembali atau mendaur ulang.

Adapun mengenai upaya fogging (pengasapan), dia menyebut akan dilakukan setelah adanya penyelidikan epidemiologi. Mengingat fogging menggunakan insektisida hanya akan membunuh nyamuk dewasa dan dapat membahayakan kesehatan manusia.

Disebutkan fogging bukan strategi utama dalam pencegahan DBD. Pandemi COVID-19 pun masih berlangsung, sehingga fogging tidak direkomendasikan karena dapat menyebabkan kerumunan.

"Fogging fokus akan kita laksanakan bila setelah penyelidikan epidemiologi perlu dilakukan fogging," tulis SE yang diterima detikJabar.


(yum/bbn)


Hide Ads