Tanah dan Air Sarat Makna dari Cianjur untuk IKN

Tanah dan Air Sarat Makna dari Cianjur untuk IKN

Ismet Selamet - detikJabar
Minggu, 13 Mar 2022 19:54 WIB
Bupati Cianjur Herman Suherman.
Bupati Cianjur Herman Suherman. (Foto: Ismet Selamet/detikJabar)
Cianjur -

Sebanyak 27 Kabupaten/kota di Jawa Barat 'menyumbang' tanah dan air untuk dikirim ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur. Khusus Cianjur, air dan tanah diambil dari kawasan Cikundul yang ternyata merupakan daerah yang menjadi cikal bakal berdirinya Kabupaten Cianjur.

"Iya untuk IKN, Jabar meminta setiap kabupaten/kita menyerahkan sample tanah dan airnya. Untuk Cianjur dipilih tanah dan air dari Cikundul, Kamis lalu kita serahkan ke provinsi," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Pratama Nugraha, Minggu (13/3/2022).

Bupati Cianjur Herman Suherman mengatakan, Cikundul menjadi lokasi yang dipilih untuk diambil air dan tanahnya lantaran merupakan tempat cikal bakal terbentuknya Kabupaten Cianjur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan, Bupati Cianjur pertama R. Aria Wiratanu Bin Aria Wangsa Goparana (1677-1691) yang kemudian terkenal dengan nama Dalem Cikundul dimakamkan di sana, tepatnya di puncak Bukit Cijagang, Desa Cijagang, Kecamatan Cikalong Kulon

Dikutip dari jabarprov.go.id, sejak tahun 1614 daerah Gunung Gede dan Gunung Pangrango ada dibawah Kesultanan Mataram, tersebut sekitar tanggal 12 Juli 1677, Raden Wiratanu putra R.A. Wangsa Goparana Dalem Sagara Herang mengemban tugas untuk mempertahankan daerah Cimapag dari kekuasaan kolonial Belanda yang mulai menanamkan kuku-kukunya di tanah Nusantara.

ADVERTISEMENT

Upaya Wiratanu mempertahankan daerah ini juga erat kaitannya dengan desakan Belanda/VOC saat itu yang ingin mencoba menjalin kerjasama dengan Sultan Mataram Amangkurat I.

Namun, sikap patriotik Amangkurat I yang tidak mau bekerjasama dengan Belanda/VOC mengakibatkan ia harus rela meninggalkan keraton pada 12 Juli 1677. Kejadian ini memberi arti, setelah itu Mataram terlepas dari wilayah kekuasaannya.

Pada pertengahan abad ke-17, ada perpindahan rakyat dari Sagara Herang yang mencari tempat baru di pinggir sungai untuk bertani dan bermukim. Babakan atau kampung mereka dinamakan menurut nama sungai dimana pemukiman itu berada.

Seiring dengan itu, Raden Djajasasana putra Aria Wangsa Goparana dari Talaga keturunan Sunan Talaga, terpaksa meninggalkan Talaga karena masuk Agama Islam, sedangkan para Sunan Talaga waktu itu masih kuat memeluk agama Hindu.

Aria Wangsa Goparana kemudian mendirikan Nagari Sagara Herang dan menyebarkan agama Islam ke daerah sekitarnya. Sementara itu, Cikundul yang sebelumnya hanyalah merupakan sub nagari menjadi Ibu Nagari tempat pemukiman rakyat Djajasasana. Beberapa tahun sebelum tahun 1680, sub nagari tempat Raden Djajasasana disebut Cianjur (Tsitsanjoer-Tjiandjoer).

"Cikundul ini menjadi lokasi paling bersejarah di Cianjur, karena dari sanalah Cianjur berasal. Cikal bakal terbentuknya Cianjur ialah Cikundul. Makanya kami pilih tanah dan air Cikundul untuk diserahkan ke Pemprov yang nantinya dikirim ke IKN," ujar Herman.

Herman berharap kesuksesan pendahulu membangun dari nol hingga seperti saat ini bisa juga terwujud di ibu kota negara yang baru.

"Kami harap impian membangun ibu kota negara yang maju bisa terwujud. Tidak hanya maju secara ekonomi, pendidikan, hingga teknologi, namun tetap mempertahankan persatuan sebagaimana tanah dan air dari setiap wilayah di Indonesia yang dikirim ke sana, termasuk dari Cianjur sebagai tanah subur," pungkasnya.




(ors/bbn)


Hide Ads