Tolong! Keluarga di Bandung Ini Hidup Dibayangi Ancaman Gubuk Roboh

Laporkeun!

Tolong! Keluarga di Bandung Ini Hidup Dibayangi Ancaman Gubuk Roboh

Yudha Maulana - detikJabar
Kamis, 03 Mar 2022 09:24 WIB
Keluarga Iman dan Neng Wini yang tinggal di gubuk reyot di Cimenyan
Keluarga Iman dan Neng Wini yang tinggal di gubuk reyot di Cimenyan (Foto: istimewa/Odesa)
Bandung -

Jika hujan turun Iman (35) dan Neng Wini (34) mesti terjaga. Pasalnya, air menyelinap ke dalam atap gubuk reyotnya yang bocor di sana-sini.

Apalagi jika hujan turun pada malam hari, kedua mesti lebih sigap sebab tetesan air tanpa ampun membasahi tempat tidur dan perabotan lainnya di gubuk seluas 4x6 meter itu.

Perjuangan orang tua beranak tiga itu tak berhenti di sana, selain menyiapkan baskom, ember atau kaleng-kaleng untuk mewadahi hujan, mereka juga harus bertahan menahan dinginnya angin yang menusuk lewat dinding GRC yang bolong-bolong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau hujannya cukup besar, ya lantai rumah yang berupa tanah ini, jadi becek dan licin," kata Iman, sambil menunjuk lantai rumahnya.

Iman khawatir gubuk reyotnya yang berada di Kampung Pamoyanan RT 03/RW 03 Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung ambruk. Kayu-kayu yang menopang rumahnya sudah mulai rapuh termakan cuaca.

ADVERTISEMENT
Keluarga Iman dan Neng Wini yang tinggal di gubuk reyot di CimenyanKeluarga Iman dan Neng Wini yang tinggal di gubuk reyot di Cimenyan Foto: istimewa Odesa

Pada mulanya, Iman membangun rumah panggung berdinding bilik (anyaman bambu) itu satu tahun setelah menikah. Rumah terlampau sederhana itu, dibangun hanya satu kamar tanpa dapur.

Pemerintah desa pun sempat memberikan bantuan kepada Iman, gubuk berdinding bilik itu dibongkar, kemudian dibangun kembali dengan material seadanya sekitar tahun 2009.

Ukuran rumah pun tak berubah setelah direnovasi dan tetap hanya punya satu kamar. Untuk urusan MCK, keluarga ini dan beberapa tetangganya hanya memanfaatkan pembatas spanduk plastik dan beratapkan langit. Sanitasi pun jauh dari kata layak, karena kotoran langsung dibuang ke sungai.

Tempat MCK seadanyaTempat MCK seadanya Foto: istimewa Odesa

Berjualan Tape

Bukan tak ingin Iman memperbaiki rumahnya yang jauh dari kata layak huni. Tetapi, penghasilan dari berjualan tape singkong, sayur dan buah-buahan alakadarnya hanya cukup untuk mengisi perut. Makanan pun dimasak dengan tungku kayu bakar.

Bila modal habis, Iman yang sekolah sampai kelas 5 SD bekerja serabutan apa saja untuk menghidupi keluarganya. Meski demikian, ia tetap memupuk asa agar anak-anaknya kelak bisa bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang layak.

Dari tiga anak mereka, anak sulungnya kini duduk di kelas 5 SD. Dua anak lainnya masih belum masuk usia sekolah.

"Semoga saja ada rezekinya, mereka bisa sekolah. Pendidikan itu penting. Saya merasakannya sendiri sekarang," tuturnya.

Ketua Yayasan Odesa Indonesia Faiz Manshur mengatakan, banyak rumah tak layak huni di Kecamatan Cimenyan yang jarang mendapatkan sorotan dari pemerintah.

"Pemerintah sangat tidak responsif karena kurangnya kesadaran membela orang-orang kecil. DPRD juga tidak kenal masalah seperti itu," ujar Faiz kepada detikJabar.

Menurutnya, persoalan rumah tak layak huni dan sanitasi ini perlu mendapatkan sorotan yang lebih, agar pemerintah mau mengerti dan turun tangan mengurus persoalan hingga ke akar-akarnya.

"Dan juga penting mendorong siapa saja agar berempati pada orang miskin," kata Faiz.

Yayasan Odesa menggalang dana untuk membangun rumah ini agar keluarga mereka hidup layak. Agar penghuninya bebas dari ancaman keruntuhan. Bisa berdonasi melalui https://kitabisa.com/campaign/bantumembangunrumahreyot atau bisa menghubungi pengurus Odesa, Bapak Enton Supriyatna (Odesa) 081320132614.




(yum/bbn)


Hide Ads