An-Nu'man bin Muqarrin, Panglima Gagah di Perang Nahawand

An-Nu'man bin Muqarrin, Panglima Gagah di Perang Nahawand

Hanif Hawari - detikHikmah
Kamis, 20 Nov 2025 05:00 WIB
Symbol of the Shia Muslim religion with an Ayatollah who prays and preaches in front of his followers by stretching a finger upwards.
Ilustrasi An-Nu'man bin Muqarrin (Foto: Getty Images/iStockphoto/Pict Rider)
Jakarta -

An-Nu'man bin Muqarrin al-Muzani adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang dikenal karena keberanian dan keteguhannya dalam menegakkan agama Islam. Ia termasuk kaum Anshar yang baru memeluk Islam setelah Perang Uhud, menandakan keikhlasannya menerima kebenaran di saat Islam masih menghadapi banyak tantangan.

Berasal dari kabilah Bani Muzainah yang bermukim di antara Makkah dan Madinah, An-Nu'man bersama sembilan saudaranya dengan mantap menyatakan keislaman mereka setelah mendengar risalah suci yang dibawa Nabi Muhammad SAW.

Kisah An-Nu'man bin Muqarrin menjadi salah satu teladan tentang keimanan, keberanian, dan pengorbanan dalam membela Islam sejak masa-masa awal dakwah Rasulullah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

An-Nu'man Bin Muqarrin Panglima yang Disanjung Umar dan Dicintai Rasulullah

Kabilah Muzainah adalah suku Arab yang tinggal di antara Makkah dan Madinah, hidup sederhana di jalur utama para musafir dan pedagang. Dari kabilah ini lahir seorang tokoh pemberani dan bijak bernama An-Nu'man bin Muqarrin al-Muzani, yang kelak dikenal sebagai salah satu sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Ketika Rasulullah berhijrah ke Madinah, berita tentang beliau sampai ke telinga penduduk Muzainah. Semua kabar yang mereka dengar hanyalah tentang kebaikan, kasih sayang, dan keadilan Nabi SAW. An-Nu'man, sebagai pemimpin sukunya, merasa tergerak untuk mencari kebenaran. Ia pun mengajak kaumnya untuk menemui Rasulullah SAW dan mendengar langsung ajarannya.

ADVERTISEMENT

Dengan tekad yang kuat, An-Nu'man bersama sepuluh saudaranya dan empat ratus penunggang kuda berangkat menuju Madinah. Meskipun saat itu wilayah mereka sedang dilanda kemarau panjang, mereka tetap membawa persembahan sederhana sebagai tanda hormat. Setibanya di Madinah, mereka disambut hangat oleh Rasulullah SAW dan seluruh kaum Muslimin.

Di hadapan Nabi, An-Nu'man dan kaumnya menyatakan keislaman mereka dengan penuh keikhlasan. Rasulullah menyambut mereka dengan sukacita, dan Allah menurunkan ayat dalam Surah At-Taubah ayat 99 sebagai pujian atas keimanan dan ketulusan Bani Muzainah. Sejak saat itu, An-Nu'man menjadi sahabat yang setia dan ikut dalam setiap peperangan bersama Rasulullah tanpa pernah absen.

Setelah Rasulullah wafat, An-Nu'man tetap teguh dalam keislamannya. Di masa Abu Bakar ash-Shiddiq, ia turut membantu menumpas kelompok-kelompok yang murtad dan menolak zakat. Kesetiaannya kepada Islam dan kepemimpinan yang adil membuat namanya semakin dikenal di kalangan sahabat.

Ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah, beliau menaruh kepercayaan besar kepada An-Nu'man. Umar mengenalnya sebagai prajurit yang berani, cerdas, dan rendah hati. Ia sering diutus untuk memimpin pasukan dalam berbagai peperangan besar, termasuk ketika menghadapi kekaisaran Persia.

Menjelang Perang Nahawand, Umar mengangkat An-Nu'man sebagai panglima utama pasukan Muslimin. Dengan strategi yang brilian, ia berhasil memancing pasukan Persia keluar dari benteng pertahanan dan menaklukkan mereka. Pertempuran itu dikenal dalam sejarah sebagai al-Fath al-A'zham atau "Penaklukan Terbesar".

Namun, di tengah kemenangan gemilang itu, An-Nu'man gugur sebagai syahid. Kuda yang ditungganginya tergelincir di medan perang, dan tubuhnya terhempas hingga ia meninggal dunia. Saudaranya menutupi jasadnya agar pasukan tetap bersemangat menyelesaikan pertempuran hingga kemenangan diraih sepenuhnya.

Ketika kabar syahidnya An-Nu'man sampai ke Madinah, Umar bin Khattab menangis haru. Ia memuji An-Nu'man sebagai panglima terbaik yang menutup hidupnya dengan kemuliaan iman. Umar berkata, "Demi Allah, seorang seperti An-Nu'man bin Muqarrin lebih berharga daripada seratus ribu dinar."

Kisah An-Nu'man bin Muqarrin menjadi teladan abadi tentang keikhlasan, keberanian, dan pengorbanan di jalan Allah. Ia adalah sahabat yang dicintai Rasulullah dan disanjung oleh para sahabatnya karena iman yang teguh serta pengabdian yang tulus. Dari padanya, umat Islam belajar bahwa kejayaan sejati adalah ketika hidup diakhiri dengan syahadah dan ridha Allah.




(hnh/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads