Sosok Panglima Bani Umayyah yang Namanya Diabadikan Jadi Selat

Sosok Panglima Bani Umayyah yang Namanya Diabadikan Jadi Selat

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Rabu, 05 Nov 2025 08:45 WIB
Ilustrasi Perang Badar
Ilustrasi perang (Fauzan Kamil/detikcom)
Jakarta -

Bani Umayyah adalah kekhalifahan Islam pertama setelah era Khulafaur Rasyidin. Bani Umayyah disebut juga sebagai kekhalifahan kedua setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Dinukil dari buku Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Periode Klasik, Pertengahan, dan Modern oleh Rizem Aizid, masa kekuasaan Bani Umayyah hampir satu abad, tepatnya 90 tahun. Pada periode itu, terdapat 14 khalifah yang berkuasa.

Berkaitan dengan itu, terdapat seorang panglima Bani Umayyah yang namanya diabadikan sebagai selat. Sosok tersebut adalah Thariq bin Ziyad yang menaklukkan Andalusia bersama dua tokoh lainnya, Musa bin Nusayr dan Tharif bin Malik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Thariq dikenal dengan kepemimpinannya hebat dalam memimpin pasukan kecil sehingga berhasil menaklukkan Andalusia. Pasukannya terdiri dari dua kelompok utama, yaitu suku Moor yang didukung Musa dan pasukan Arab yang dikirim langsung oleh Khalifah Al-Walid I.

Melalui strategi militer Thariq bin Ziyad, pasukannya mampu melintasi Selat Andalusia dan memulai perjalanan besar menaklukkan wilayah Spanyol.

ADVERTISEMENT

Menurut buku Thariq bin Ziyad, Fatih Al Andalus susunan George Zidan yang diterjemahkan Masturi Irham dan Nurhadi, Andalusia kini adalah daratan Spanyol yang dulu dikenal dengan Wandalusia. Nama itu diambil dari suku Wandal atau Vandal yang merupakan masyarakat yang menetap di sana usai runtuhnya kekuasaan Romawi.

Saat bangsa Arab menaklukkan Wandalusia, mereka menyebutnya Al Andalus atau Andalusia. Pada masa lalu, Spanyol berada di bawah kendali Kekaisaran Romawi Barat sampai abad ke-5 M.

Setelah itu, kekuasaan berpindah ke bangsa Gothic, sebuah suku Gemanium yang bermigrasi ke Eropa untuk mencari tempat penggembalaan. Kemudian, mereka menetap di wilayah Eropa barat daya sebagaimana bangsa Arab menetap di Syam dan Irak.

Bangsa Gothic akhirnya menguasai Spanyol dari tangan Romawi Barat dan membangun kekuasaan mereka sendiri. Pemerintahan suku Gothic di Spanyol mencapai puncaknya di bawah kekuasaan Visigoth pada abad ke-5. Kelompok ini memisahkan diri dari Kekaisaran Romawi dan mendirikan pemerintahan independen yang cukup kuat.

Semuanya berubah ketika Thariq bin Ziyad, seorang panglima perang Bani Umayyah, datang menaklukkan wilayah tersebut pada 711 M. Andalusia tak hanya jadi saksi peralihan kekuasaan, melainkan juga pusat peradaban yang kaya.

Kota Toledo sebagai jantung wilayah tersebut menjadi simbol penting dengan benteng, gereja, dan biara yang megah. Saat Andalusia ditaklukkan Thariq, wilayah tersebut berada di bawah kekuasaan Raja Roderick. Dia memimpin Spanyol sejak 709 M.

Thariq bin Ziyad berasal dari Afrika Utara, kemungkinan besar wilayah yang kini dikenal sebagai Libya. Dia adalah keturunan kaum Barbar dari kabilah Nafzah, kelompok yang menjadi penduduk asli wilayah barat laut Afrika.

Pada akhir abad ke-7, bangsa Arab Muslim menaklukkan Afrika Utara dan memperkenalkan Islam serta bahasa Arab di sana. Kaum Barbar menerima Islam, namun tetap menjaga identitas budaya mereka, seperti bahasa dan adat istiadat lokal.

Thariq bin Ziyad memimpin ekspedisi besar-besaran ke Andalusia pada 711 M. Strateginya matang dan memiliki perencanaan yang cermat.

Usai menerima perintah dari Musa bin Nusayr pada saat itu dikerahkan pasukan berjumlah sekitar 7.000 orang, sebagian besar pasukannya berasal dari suku Barbar, dengan hanya 300 orang berasal dari bangsa Arab.

Penaklukan Andalusia oleh Thariq bin Ziyad dimulai dengan pergerakan pasukan Muslim mendarat di Jabal Thariq, yang kini dikenal sebagai Gibraltar. Dari lokasi strategis ini, Thariq bin Ziyad melanjutkan perjalanan ke Jazirah Al-Khadra' (Green Island), ia berhadapan dengan pasukan Kristen yang melindungi wilayah tersebut.

Sesuai tradisi Islam, Thariq menawarkan tiga pilihan kepada pasukan Kristen, yakni masuk Islam, membayar jizyah, atau berperang. Namun, pasukan Kristen menolak semua tawaran damai tersebut, memilih untuk mempertahankan wilayah mereka melalui peperangan.

Terjadi pertempuran, tetapi Thariq berhasil mengalahkan mereka. Panglima Kristen bernama Tedmore segera mengirimkan surat kepada Raja Roderic di Toledo, meminta bala bantuan untuk menghadapi ancaman besar dari pasukan Muslim.

Mulanya, Roderic menganggap ancaman ini hanyalah gangguan kecil dari perampok. Namun, ketika kabar tentang keberhasilan pasukan Muslim mencapai Cordova, ia mulai mempersiapkan kekuatan besar.

Roderic mengumpulkan 100.000 pasukan berkuda dan memimpin mereka dari utara menuju selatan untuk menghadapi Thariq bin Ziyad. Di sisi lain, pasukan Muslim yang hanya berjumlah 7.000 orang, terdiri dari infanteri dan sejumlah kecil pasukan berkuda, tampak jauh lebih kecil dibandingkan pasukan Roderic.

Melihat perbedaan kekuatan yang mencolok, Thariq bin Ziyad mengirimkan permintaan bantuan kepada Musa bin Nusayr. Musa pun segera mengirimkan pasukan tambahan sebanyak 5.000 orang di bawah komando Tharif bin Malik, sehingga jumlah pasukan Muslim meningkat menjadi 12.000.

Thariq bin Ziyad lalu memilih Lembah Barbate sebagai lokasi pertempuran. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan strategis, dikelilingi oleh gunung di sisi kanan dan belakang, serta danau di sisi kiri, menjadikannya posisi yang sulit diserang dari berbagai arah.

Pertempuran dimulai pada 28 Ramadan 92 H (19 Juli 711 M), pemandangan di Lembah Barbate memperlihatkan kontras besar antara jumlah pasukan Muslim dan pasukan Kristen. Selama delapan hari berturut-turut, pertempuran berlangsung sengit.

Pasukan Muslim, meskipun kecil, menunjukkan ketabahan dan keyakinan yang luar biasa. Mereka bertahan dengan keberanian yang menginspirasi, sementara pasukan Kristen terus mengalami kekalahan.

Meski demikian, pasukan Muslim berhasil memenangkan perang. Di bawah kepemimpinan Thariq bin Ziyad, kemenangan tersebut jadi awal penyebaran peradaban Islam di Andalusia.

Sementara itu, Raja Roderic, pemimpin pasukan Kristen tewas di medan perang atau melarikan diri ke utara tetapi hingga kini nasibnya masih menjadi misteri.




(aeb/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads