Kisah Abdurrahman bin Auf: Beli Kurma Busuk Malah Jadi Kaya Raya

Kisah Abdurrahman bin Auf: Beli Kurma Busuk Malah Jadi Kaya Raya

Hanif Hawari - detikHikmah
Sabtu, 28 Jun 2025 05:00 WIB
Ilustrasi sahabat nabi Abdurrahman bin Auf
Ilustrasi sahabat nabi Abdurrahman bin Auf (Foto: Getty Images/GN STUDIO)
Jakarta -

Pernah dengar kisah sahabat Nabi yang masuk surga karena kedermawanannya? Dia adalah Abdurrahman bin Auf, salah satu sosok konglomerat di zamannya yang kekayaannya justru makin melimpah ruah gara-gara membeli kurma busuk. Sebuah kisah yang mengajarkan bahwa sedekah tak akan pernah mengurangi harta, justru melipatgandakannya.

Menukil buku Pendidikan Agama Islam karya Abdul Wadud, Abdurrahman bin Auf, yang nama aslinya Abu Amr, adalah salah satu pilar utama dakwah Islam. Ia memeluk Islam melalui sahabat mulia Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Sejak kecil, ia sudah akrab dengan dunia perniagaan, mewarisi keahlian berdagang dari keluarganya. Hingga dewasa, ia menjelajahi berbagai negeri dan menjadi pedagang ulung yang tak tertandingi pada masanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Begitu cahaya Islam menyinari hatinya, Abdurrahman bin Auf tak ragu mengorbankan jiwa dan seluruh hartanya demi tegaknya agama Allah SWT. Ia adalah pendukung setia perjuangan dakwah Rasulullah SAW.

Salah satu momen heroik yang tercatat dalam sejarah Islam adalah saat Perang Uhud, di mana ia berjuang mati-matian menahan serangan musuh yang jumlahnya jauh lebih besar.

ADVERTISEMENT

Selain dikenal gigih dalam berjihad dan sangat dermawan, Abdurrahman bin Auf juga dikenal sebagai pribadi yang sangat khusyuk dalam beribadah kepada Allah SWT. Keteladanannya dalam bersedekah begitu luar biasa, dan kisah kurma busuk ini menjadi bukti nyata balasan Allah yang tak terduga.

Jadi 'Miliarder' Dadakan Berkat Kurma Busuk

Kisah bermula ketika Abdurrahman bin Auf ikut berhijrah ke Madinah. Rasulullah SAW mempersaudarakannya dengan Sa'ad bin Ar Rabi', sebagaimana dituliskan Walidah Ariyan dalam buku 100 Kisah Fantastis dari Al-Qur'an dan Hadis.

Sa'ad, dengan kemurahan hatinya, menawarkan sebagian kebunnya, namun Abdurrahman menolak halus. Ia hanya meminta ditunjukkan pasar terdekat.

Pasar Qainuqa menjadi saksi bisu dimulainya kembali kiprah dagang Abdurrahman bin Auf dari nol.

Dengan ketekunan luar biasa, ia berhasil meraup keuntungan halal. Kedermawanannya pun tak pernah surut. Saat Perang Tabuk, ia menyumbangkan 4.000 dinar, yang setara dengan 1,7 kilogram emas!

Rasulullah SAW pun mendoakannya, "Semoga Allah memberkati apa yang telah engkau tinggalkan dan apa yang engkau sumbangkan." Dan benar saja, semakin banyak hartanya yang dinafkahkan, semakin berlimpah pula keuntungan yang diperolehnya.

Puncak kisah ini terjadi setelah Perang Tabuk. Diceritakan dalam buku Merangkai Hikmah di Balik Kisah karya Ummu Fayyadh, banyak kurma di Madinah yang membusuk karena ditinggal para sahabat berperang. Melihat kondisi ini, Abdurrahman bin Auf mengambil keputusan berani: ia membeli semua kurma busuk milik para sahabat dengan harga tinggi, menghabiskan seluruh hartanya!

Para sahabat tentu sangat gembira, kurma busuk mereka laku terjual habis. Abdurrahman bin Auf pun ikut senang, karena ia merasa telah 'jatuh miskin', yang menurutnya akan memudahkannya masuk surga tanpa hisab yang berat.

Namun, kuasa Allah memang tak terbatas. Tak lama setelah kurma-kurma busuk itu menjadi miliknya, datanglah utusan dari Negeri Yaman. Mereka membawa kabar buruk tentang wabah penyakit menular yang melanda Yaman.

Ajaibnya, menurut tabib Yaman, kurma busuk adalah obat penawar penyakit tersebut. Utusan itu berniat memborong semua kurma busuk dengan harga 10 kali lipat dari harga kurma biasa.

Ketika Abdurrahman bin Auf pulang dari Syam, Rasulullah SAW berdoa agar ia dimasukkan ke surga. Doa ini kemudian dikuatkan dengan turunnya Malaikat Jibril yang membawa pesan istimewa.

"Sesungguhnya Allah SWT berfirman, 'Kirimkanlah salam-Ku kepada Abdurrahman bin Auf dan sampaikan kabar gembira bahwa ia masuk surga'," tutur Jibril.

Kisah Abdurrahman bin Auf ini bukan hanya tentang kekayaan materi, melainkan juga tentang kekayaan hati. Ia menunjukkan bahwa berdagang bukan hanya soal mencari untung, tetapi juga bagaimana memanfaatkan rezeki untuk kemaslahatan umat dan mencari keridaan Ilahi.

Balasan dari Allah datang dalam bentuk yang tak terduga. Membuktikan bahwa setiap sedekah adalah investasi terbaik di sisi-Nya.

Wallahu a'lam.




(hnh/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads