Wahyu Pertama Nabi Muhammad Apa? Ini Sejarahnya

#RamadanJadiMudah by BSI

Wahyu Pertama Nabi Muhammad Apa? Ini Sejarahnya

Hanif Hawari - detikHikmah
Minggu, 16 Mar 2025 20:00 WIB
Ilustrasi Nabi Muhammad SAW
Ilustrasi Nabi Muhammad SAW (Foto: Getty Images/iStockphoto/Maha Fnj)
Jakarta -

Wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW menjadi titik awal turunnya Al-Qur'an sebagai pedoman hidup bagi umat Islam. Wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril adalah Surah Al-Alaq ayat 1-5.

Peristiwa ini terjadi di Gua Hira pada bulan Ramadan tahun 610 M. Ketika Malaikat Jibril menyampaikan firman Allah pertama kali kepada Rasulullah SAW.

Dalam momen ini, Nabi Muhammad SAW menerima lima ayat pertama dari Surah Al-Alaq yang mengajarkan pentingnya ilmu dan membaca. Turunnya Al-Qur'an di bulan Ramadan menjadi bukti kemuliaan bulan suci ini serta petunjuk bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tanda-tanda Kenabian

Menurut buku Sejarah Keteladanan Nabi Muhammad SAW: Memahami Kemuliaan Rasulullah Berdasarkan Tafsir Mukjizat Al-Qur'an karya Yoli Hemdi, Aisyah RA meriwayatkan bahwa sebelum menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad SAW sering mengalami mimpi-mimpi yang benar.

Mimpi tersebut dikenal sebagai ru'yah shadiqah dan menjadi salah satu tanda awal kenabian beliau.

ADVERTISEMENT

Dalam mimpi-mimpinya, Nabi Muhammad SAW melihat cahaya terang yang menyerupai sinar fajar, sebagai pertanda datangnya kebenaran. Pengalaman tersebut mendorong beliau untuk lebih sering mengasingkan diri dari hiruk-pikuk duniawi dengan bertahannuts di Gua Hira, yang menjadi tempat turunnya wahyu pertama dan Muhammad diangkat menjadi rasul Allah.

Dalam buku 1001 Fakta Dahsyat Mukjizat Kota Makkah karya Asima Nur Salsabila, disebutkan bahwa Gua Hira dikenal juga sebagai Jabal Nur. Lokasinya terletak di timur laut Masjidil Haram, berada di jalur jalan Thaif (Sael), sekitar 4 kilometer dari Masjidil Haram.

Kisah Turunnya Wahyu Pertama

Kembali mengutip buku Sejarah Keteladanan Nabi Muhammad SAW: Memahami Kemuliaan Rasulullah Berdasarkan Tafsir Mukjizat Al-Qur'an karya Yoli Hemdi, malam demi malam, Nabi Muhammad SAW menghabiskan waktunya di bawah langit yang bertabur bintang, merenung dalam keheningan yang menenangkan hati.

Meskipun pikirannya dipenuhi kegelisahan melihat kondisi sosial Makkah, beliau belum menemukan cara untuk membawa perubahan. Namun, pengalaman spiritual ini perlahan membentuk dasar awal kenabiannya.

Hingga pada suatu malam yang penuh berkah, ketika beliau sedang bertahannuts di Gua Hira, datanglah sebuah kejadian yang mengubah segalanya. Dalam keheningan gua, tiba-tiba cahaya kebenaran Ilahi menyelimutinya. Malaikat Jibril mendekat dan dengan suara tegas berkata, "Bacalah!"

Nabi Muhammad SAW terkejut dan menjawab, "Aku tidak bisa membaca!"

Tanpa disangka, Malaikat Jibril merengkuh beliau dengan erat, begitu kuat hingga tubuhnya terasa lemah. Kemudian, Jibril melepaskannya dan kembali memerintahkan, "Bacalah!"

Namun, dengan penuh kebingungan, Nabi kembali menjawab, "Aku tidak bisa membaca!"

Peristiwa ini terjadi hingga tiga kali berulang. Hingga akhirnya, Malaikat Jibril menyampaikan wahyu dari Allah SWT dengan mengatakan,

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَق

Latin: Iqra' bismi rabbikal-lazi khalaq(a).

Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!"

خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَق

Latin: Khalaqal-insana min 'alaq(in).

Artinya: "Dia menciptakan manusia dari segumpal darah."

اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ

Latin: Iqra' wa rabbukal-akram(u).

Artinya: "Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia,"

الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ

Latin: Alladzii 'allama bil-qalam(i).

Artinya: "Yang mengajar (manusia) dengan pena."

عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ

Latin: 'Allamal-insaana ma lam ya'lam.

Artinya: "Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." (Surah Al-Alaq ayat 1-5)

Nabi Pulang dengan Ketakutan

Setelah peristiwa di Gua Hira, Rasulullah SAW kembali ke rumah dengan tubuh gemetar, membawa wahyu pertama yang baru saja diterimanya. Saat meninggalkan gua, beliau mendengar suara yang memanggilnya, sebuah pengalaman yang begitu menggetarkan. Ketika menoleh ke segala arah, beliau melihat sosok Malaikat Jibril memenuhi langit dalam wujudnya yang luar biasa.

Setibanya di rumah, Nabi segera menemui istrinya Khadijah dan dengan suara lemah berkata, "Selimuti aku! Selimuti aku!". Khadijah pun segera menyelimuti beliau hingga tubuhnya yang gemetar perlahan mulai tenang.

Dalam keadaan itu, Nabi bertanya dengan cemas, "Apa yang terjadi padaku?". Beliau lalu menceritakan seluruh kejadian yang dialaminya di Gua Hira, kemudian menambahkan dengan penuh kekhawatiran, "Aku sangat khawatir terhadap diriku!".

Mendengar hal itu, Khadijah menenangkannya dengan penuh keyakinan, "Tidak mungkin! Demi Allah, Dia tidak akan membiarkanmu terhina! Engkau selalu menjaga silaturahmi, membantu yang membutuhkan, menjamu tamu, dan mendukung perjuangan kebenaran."

Untuk mencari penjelasan lebih lanjut, Khadijah membawa Nabi menemui sepupunya, Waraqah bin Naufal, seorang penganut Nasrani yang dikenal bijak.

Setelah mendengar kisah Nabi, Waraqah berkata, "Ini adalah wahyu yang sama seperti yang diturunkan kepada Nabi Musa. Andai saja aku masih muda ketika tiba saatnya nanti engkau diusir oleh kaummu!"

Nabi terkejut dan bertanya, "Benarkah mereka akan mengusirku?"

Waraqah mengangguk dan menjawab, "Benar. Setiap orang yang membawa risalah seperti yang engkau bawa pasti akan dimusuhi. Jika aku masih hidup saat itu, aku pasti akan mendukungmu dengan seluruh kekuatanku."

Wallahu a'lam.




(hnh/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads