Wahsyi, Pembunuh Paman Rasulullah yang Tobat dan Masuk Islam

Wahsyi, Pembunuh Paman Rasulullah yang Tobat dan Masuk Islam

Diky Darmanto - detikHikmah
Sabtu, 04 Mei 2024 05:00 WIB
Three camels in the desert during sunset
Foto: Getty Images/jacquesvandinteren
Jakarta -

Pada perang Uhud Rasulullah SAW bersama para sahabatnya berjuang untuk memerangi kaum kafir Quraisy. Tetapi suatu ketika seorang budak bernama Wahsyi mengincar Hamzah (Paman Rasulullah SAW). Setelah menunggu dalam waktu yang tepat, dia berhasil membuat Hamzah syahid di tempat. Inilah kisah Wahsyi si pembunuh Hamzah yang masuk Islam.

Dari buku 99 Kisah Menakjubkan Sahabat Nabi karya Tethy Ezokanzo seorang budak bernama Wahsyi bin Harb RA milik Jubair bin Muth'im. Suatu ketika Jubair ini menjanjikan kemerdekaan kepada Wahsyi asalkan bisa membunuh Hamzah.

Kebencian orang-orang kafir Quraisy terjadi setelah berlangsungnya perang Badar. Hal ini karena banyaknya anggota keluarga mereka yang menjadi korban kekalahan. Termasuk korbannya adalah Thu'aimah bin Adi bin Al Khiyar sebagai paman Jubair bin Muth'im.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian Jubair memerintahkan Wahsyi untuk membunuh salah seorang diantara Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib RA, dan Hamzah bin Abdul Muthalib.

Wahsyi pun menyanggupi untuk membunuh Hamzah, dia berkata:

ADVERTISEMENT

"Aku tidak mampu mendekati Muhammad karena para sahabatnya selalu berada di sampingnya. Sedangkan Ali, ia selalu waspada dalam medan perang. Aku akan membunuh Hamzah karena ada kemungkinan aku akan menjatuhkannya saat dia lengah."

Jubair dengan senang akan ucapan Wahsyi dan segera membawanya ke medan perang uhud.

Ketika perang Uhud tiba, sembari bersembunyi di balik pepohonan dan bebatuan, dia terus mengintai Hamzah. Saat perang, Hamzah begitu sibuk seperti singa yang marah. Wahsyi terus menunggu momen yang tepat.

Waktu yang tepat pun datang, Wahsyi langsung melempar pisaunya hingga mengenai pinggang Hamzah sampai menembus bawah selangkangnya. Hamzah mencoba menyerang balik Wahsyi. Namun karena lukanya dia mengurungkan niatnya kembali, sampai ajal tiba menjemput Hamzah.

Kemudian Wahsyi mengambil pisau itu dan kembali kepada kaum Quraisy. Namun bukannya senang Wahsyi malah merasa tidak tenang, dia terus gelisah karena perbuatannya itu.

Wahsyi Memeluk Islam

Dari buku Mulut yang Terkunci: 50 Kisah Haru Para Sahabat Nabi karya Siti Nurlaela dijelaskan bahwa pasukan Islam berhasil menaklukan Makkah, Wahsyi pun mengungsi ke Thaif. Namun Thaif juga telah dikuasai umat Islam.

Sampai Wahsyi berpikir, "Aku mendengar kabar bahwa sebesar apapun dosa seseorang, jika ia bertobat maka dosanya akan diampuni."

Lantas Wahsyi menemui Rasulullah SAW dan mengucapkan syahadat. Rasulullah SAW menatap Wahsyi dan bertanya, "Apakah engkau Wahsyi yang telah membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib?"

Wahsyi mengangguk. Rasulullah SAW bertanya lagi, "Bagaiman engkau dapat membunuhnya?"

Wahsyi pun menjawab, "Selama Hamzah berperang aku terus mengintainya. Ketika ia lengah, kulemparkan tombakku ke tubuhnya." Wahsyi berkata dengan penyesalannya.

Rasulullah SAW seketika berpaling, beliau enggan melihat wajah Wahsyi lagi. Dan sejak saat itu Wahsyi tidak berani mendekati Nabi Muhammad SAW. Ia takut membuat Rasulullah SAW sedih. Hingga dalam hatinya Wahsyi bertekad menebus kesalahannya.

Wahsyi Membunuh Musailamah Al-Khazab

Saat terlibat dalam pertempuran melawan Musailamah al-Kadzab, penguasa Yamamah, Wahsyi turut serta dengan membawa pisau yang pernah ia gunakan untuk menghabisi Hamzah. Ketika kedua belah pihak telah saling berhadapan, Wahsyi melihat Musailamah al-Kadzab berdiri dengan pedangnya tersiap. Meskipun Wahsyi tidak mengenalnya, Wahsyi bersiap-siap untuk mengincarnya dengan pisaunya. Namun, dalam waktu yang sama, seorang Anshar juga bersiap-siap dari arah lain, tampaknya kami berdua memiliki niat yang sama untuk menyerangnya. Wahsyi mencari posisi yang tepat, kemudian melemparkan pisau hingga mengenainya. Orang Anshar tersebut juga maju menyerang dan berhasil menyabetnya dengan pedangnya.

"Tuhanmu lebih tahu siapa yang telah membunuhnya. Jika akulah yang menewaskannya, berarti aku telah membunuh sebaik-baik manusia dan seburuk-buruk manusia setelah Rasulullah."

Abdullah bin Fadhl bercerita kepada Ibnu Ishaq dari Sulaiman bin Yasar, dari Abdullah bin Umar bin Khaththab, yang ikut dalam Perang Yamamah, "Saat itu aku mendengar seseorang berteriak: 'Musailamah al-Kadzab telah dibunuh oleh budak hitam'!"




(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads