Kisah Haru Pertemuan Rasulullah SAW dengan Anak Yatim saat Lebaran

Kisah Haru Pertemuan Rasulullah SAW dengan Anak Yatim saat Lebaran

Alvin Setiawan - detikHikmah
Kamis, 11 Apr 2024 05:00 WIB
Ilustrasi santunan kepada anak yatim.
Ilustrasi pertemuan Rasulullah SAW dengan anak yatim saat Lebaran. Foto: Jcomp/Freepik
Jakarta -

Seorang anak yatim di pinggiran Kota Madinah duduk jauh dari teman-teman sebayanya yang tengah merayakan Hari Raya Idul Fitri. Tak seperti teman-temannya yang mengenakan baju baru, ia hanya bisa menangis dan bersedih di hari raya itu.

Pemandangan ini menarik perhatian Rasulullah SAW. Beliau segera menghampiri anak itu, lalu bertanya, "Wahai Ananda, mengapa engkau tidak bermain seperti teman-temanmu itu?"

Anak itu pun menjawab dengan isakan tangis, "Wahai Tuan, saya sangat sedih. Teman-teman saya gembira memakai pakaian baru dan saya tak punya siapa-siapa untuk membelikan pakaian baru."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mendengar hal itu, Nabi SAW kembali bertanya terkait keberadaan orang tua dari sang anak.

Anak yang tidak mengenali orang yang di hadapannya adalah Rasulullah SAW itu mengatakan bahwa ayahnya telah syahid karena berperang. Lalu, ibunya menikah lagi dan seluruh harta sang ayah dibawa oleh ayah tirinya. Ayah tirinya pun mengusir anak itu dari rumah.

ADVERTISEMENT

Usai mendengar kisah haru dan pilu itu, Rasulullah SAW langsung memeluk dan membelai anak tersebut seraya berkata, "Wahai Ananda, maukah engkau saya menjadi ayahmu, Aisyah sebagai ibumu, dan Fatimah menjadi saudarimu?"

Anak itu pun seketika menghentikan tangisnya, ia pun mengangguk setuju setelah mendengar tawaran dari Rasulullah SAW. Lalu, Rasulullah SAW pun membawa anak itu ke rumah dan diberikan pakaian, makanan yang layak serta uang saku untuk si anak.

Kisah haru anak yatim dan pertemuannya dengan Rasulullah SAW ini diceritakan dalam buku Al-Qur'an Hadis karya Fida' Abdillah dan Yusak Burhanuddin dan buku Dahsyatnya Doa Anak Yatim karya M. Khalilurrahman Al Mahfani,

Dalam kitab Durratun Nashihin karya Syekh Utsman Hasan bin Ahmad as-Syakir al-Khuwairy yang diterjemahkan Moh. Syamsi Hasan diceritakan, setelah nampak gembira dengan pakaian baru pemberian Rasulullah SAW, anak kecil itu kembali menemui teman-teman sebayanya. Melihat anak itu, teman-temanya pun kebingungan sebab penampilan yang berbeda.

Anak kecil itu pun berkata, "Kemarin aku lapar, haus, dan yatim. Tetapi, sekarang aku bahagia karena Rasulullah SAW menjadi ayahku, Aisyah ibuku, Ali pamanku, dan Fatimah saudariku. Bagaimana aku tak bahagia?"

Setelah mendengar itu, teman-teman sebayanya merasa iri dan berandai jika mereka dapat diangkat sebagai anak Rasulullah SAW. "Andai saja bapak kami syahid saat peperangan, pasti sudah seperti engkau," ujar teman-temanya.

Namun, kebahagiaan anak yatim itu kembali pupus setelah ditinggal wafat oleh Rasulullah SAW. Abu Bakar RA lah yang kemudian mengasuh anak yatim itu.

Hikmah Kisah Pertemuan Rasulullah dengan Anak Yatim

Hikmah yang dapat diambil dari kisah antara Rasulullah SAW dan anak yatim di Hari Raya Idul Fitri ialah untuk selalu menyantuni, memelihara, dan mengasuh anak yatim. Sebab anak yatim merupakan tanggung jawab setiap muslim, sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Terlebih dalam sebuah hadits, beliau bersabda,

"Aku dan orang yang mengurus (menanggung) anak yatim (kedudukannya) di dalam surga seperti ini." Beliau mengisyaratkan dengan (kedua jarinya yaitu) telunjuk dan jari tengah serta agak merenggangkan keduanya." (HR Bukhari)

Diterangkan Syaikh Sa'ad Yusuf Mahmud Abu Aziz dalam kitab Mausu'ah Al-Huquq Al-Islamiyah, makna dari hadits itu ialah seseorang yang mengasuh anak yatim kelak akan tinggal bersebelahan dengan Nabi SAW di surga.

Pengibaratan tersebut dimaksudkan balasan mulia bagi orang yang mengurus anak yatim, yakni lebih cepat masuk surga dan disediakan kedudukan tertinggi di dalamnya.

Keutamaan lain turut disebutkan dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang menafkahi tiga anak yatim, sama keadaannya dengan orang yang beribadah sepanjang malam." (HR Ibnu Majah)

Wallahu a'lam.




(kri/kri)

Hide Ads