Perang Khandaq merupakan pertempuran yang terjadi pada 5 Hijriah bulan Syawal. Penyebab pecahnya perang ini ialah rasa dendam kaum Yahudi dari suku bani Nadhir yang terusir oleh pasukan Islam dari Madinah.
Dikisahkan dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah susunan H Abu Achmadi dan Sungarso, para Yahudi itu menghasut kafir Quraisy Makkah agar bersekutu dengan mereka untuk memerangi kaum muslimin di Madinah. Karenanya, perang itu diikuti oleh gabungan kekuatan bala tentara yang mencakup 10.000, padahal pasukan umat Islam hanya mencapai 3.000 tentara.
Penamaan Khandaq artinya parit, karena kaum muslimin menggali parit di sekeliling Kota Madinah sebagai mekanisme pertahanan agar mencegah kaum kafir agar tidak bisa menerobos Kota Madinah. Penyebab lain pecahnya Perang Khandaq ialah karena ketakutan kaum kafir Quraisy Makkah akan kekuatan kaum muslimin di Madinah yang semakin berkembang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salman Al Farisi RA merupakan aktor di balik ide brilian pembuatan parit dalam Perang Khandaq. Mengutip buku Sejarah Terlengkap Peradaban Islam karya Abul Syukur al-Azizi, ide tersebut didasari dari kebiasaan orang-orang di kampung halamannya, Persia.
Mereka membangun parit pertahanan dalam situasi takut diserang, terutama oleh pasukan berkuda. Kondisi tersebut persis yang dialami kaum muslimin pada masa itu.
Padahal, pembangunan parit tidak dikenal dalam strategi perang orang Arab. Sebab, mereka hanya mengenal teknik gerilya, seperti maju, mundur, gempur atau lari.
Walau begitu, Rasulullah SAW yang mendengar strategi tersebut sepakat dengan usulan Salman RA. Sang nabi juga membuat peta penggalian, memanjang dari ujung utara hingga ke selatan.
Setiap sepuluh orang pasukan persiapan kaum muslim diwajibkan menggali parit sepanjang 40 meter (lebar 4,62 meter dan dalam 3,234 meter). Setelah enam hari (dalam riwayat lain, 10 hari), panjang parit yang berhasil digali adalah mencapai 5.544 meter.
Nu'aim bin Mas'ud RA yang ditugaskan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai pemecah belah kaum kafir Quraisy, bani Ghathafan, dan kaum Yahudi yang bersekongkol. Sementara itu, Ali bin Abi Thalib RA juga memiliki pengalaman yang tak kalah menarik.
Hal ini lantaran ia harus berduel dengan Amr bin Abdi Wudd, yakni salah satu pimpinan pihak musuh yang terkenal jago pedang. Pada awalnya Rasulullah SAW tidak ingin untuk memberikan tanggung jawab kepada Ali RA untuk menghadapi Amr karena ia dianggap masih terlalu muda.
Rasulullah SAW ingin memilih sosok sahabat yang lebih tua dan dianggap sepadan. Namun, di luar perkiraan Rasulullah SAW ternyata Ali RA bersikeras.
Sebenarnya, nabi cukup khawatir terhadap keselamatan Ali RA. Hal ini bukan tanpa dilandasi alasan yang jelas, melainkan pada perang sebelumnya di Uhud, beliau telah kehilangan sang paman, yaitu Hamzah RA yang tewas secara mengenaskan.
Berkat pertolongan Allah SWT, Ali RA berhasil memenangkan pertarungan. Kemudian Amr bin Abdi Wudd tewas di tangan Ali yang masih tergolong muda pada saat itu.
Peristiwa inilah yang menjadi titik puncak yang mengakibatkan pasukan musuh mundur dari lokasi perang meskipun jumlah mereka berjumlah lebih dari 10.000 tentara. Selain itu, mundurnya kaum kafir dari lokasi peperangan karena kondisi Kota Madinah saat itu cuaca sangatlah dingin.
Kaum kafir musuh umat Islam yang masih tertahan di tenda-tenda karena tidak bisa memasuki Kota Madinah. Banyak di antara mereka yang mati kedinginan dan terserang penyakit malaria dalam peristiwa bulan Syawal tersebut.
Dalam surah Al Ahzab ayat 9, Rasulullah SAW bermunajat selama 3 hari dan turunlah ayat tersebut. Kaum muslimin pun berhasil memenangkan perang tersebut atas diterimanya munajat Rasulullah SAW.
Allah SWT mengirimkan kemenangan dengan sendirinya, yaitu dengan cara mengirimkan tentara malaikat dan angin kencang yang menggusur perkemahan pasukan gabungan Quraisy dan Yahudi sehingga mereka lari tergopoh-gopoh.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَآءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَّمْ تَرَوْهَا ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan." (QS Al Ahzab: 9)
(aeb/kri)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI