Kisah Salahuddin Al Ayyubi sebelum Mendirikan Dinasti Ayyubiyah

Kisah Salahuddin Al Ayyubi sebelum Mendirikan Dinasti Ayyubiyah

Jihan Najla Qatrunnada - detikHikmah
Selasa, 26 Des 2023 05:00 WIB
Di Ramadan ini, tim Jazirah Islam menyelusuri gurun pasir desa Merzouga, di tenggara Maroko. Gurun pasir yang menjadi bagian dari sejarah penyebaran Islam oleh Rasulullah SAW.
Ilustrasi Kisah Salahuddin Al Ayyubi. (Foto: Pool)
Jakarta -

Kisah Salahuddin Al Ayyubi sebagai pendiri Dinasti Ayyubiyah sangat terkenal bahkan sampai dunia barat. Mereka menyebutnya sebagai pahlawan dalam Perang Salib yang gagah dan berani.

Disebutkan dalam buku Kilau Mutiara Sejarah Nabi yang disusun oleh Tempo Publishing, Amanda Mustika Megarani Salahuddin Al Ayyubi adalah salah satu orang yang berhasil merebut Yerusalem kembali ke tangan Islam setelah Umar bin Khattab RA.

Dia juga merupakan tokoh Islam yang sangat disegani dan dihormati. Orang-orang barat mengenalnya dengan sebutan Saladin, sang pahlawan gagah berani di Perang Salib.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam tulisan kali ini, detikHikmah akan menjelaskan tentang kisah Salahuddin Al Ayyubi yang merupakan pendiri dari Dinasti Ayyubiyah.

Kisah Salahuddin Al Ayyubi dan Berdirinya Dinasti Ayyubiyah

Buku Sejarah Perkembangan Islam di Mesir (Masa Khalifah Umar bin Khaththab Sampai Masa Dinasti Ayyubiyah) karya Husain Abdullah, dkk, menyebutkan bahwa Salahuddin Al Ayyubi dilahirkan di Takriet, Irak, pada tahun 589 H atau 1137 M.

ADVERTISEMENT

Pada kala itu, keadaan Perang Salib semakin tidak bisa terkendali dan sulit untuk dilawan. Akibatnya, Dinasti Fatimiyah di Mesir, yang menjadi lawannya saat itu, meminta bantuan dari Raja Syam Nurudin Zanki.

Kemudian, Salahuddin Al Ayyubi ditunjuk oleh Raja Syam untuk memimpin pasukan angkatan bersenjata yang terdiri dari suku Kurdi dan Turkuman. Ia bertugas sebagai pemimpin salah satu komando pasukan.

Dalam Perang Salib, Salahuddin Al Ayyubi menunjukkan kepiawaiannya dalam menumpas musuh dan memimpin pasukan. Berdasarkan rekam jejak yang sangat baik ini, ia pun ditunjuk sebagai menteri oleh Khalifah Bani Fatimiyah Al-Adhid.

Setelah menjadi menteri menggantikan Khalifah Al Adhid, Salahuddin Al Ayyubi mulai memperkuat pengaruhnya di Mesir. Namun dirinya tidak ingin melanjutkan Dinasti Fatimiyah. Oleh karena itu, ia melakukan beberapa cara.

Cara yang pertama adalah memproklamasikan Mesir menjadi bagian dari pemerintahan Abasiyah di Baghdad. Kemudian, ia menyatukan Mesir sebagai bagian dari pemerintahan Abasiyah dan menyatukan umat Islam Abasiyah yang Sunni dan Fatimiyah yang Syi'ah.

Kedua, Di Mesir, Salahuddin Al Ayyubi juga mengangkat orang kepercayaannya untuk menduduki jabatan yang penting. Setelah menjadi kuat, ia memanggil semua keluarganya untuk hidup bersamanya di Mesir.

Tak lama, Raja Syam Nuruddin mengetahui hal ini. Ia pun menyiapkan bala tentara untuk melawan Salahuddin Al Ayyubi di Mesir. Di sisi lain, Salahuddin Al Ayyubi sudah tahu dan juga sudah siap bertempur.

Namun perang ini tidak sempat terjadi sebab Raja Syam Nuruddin Zanki sudah meninggal dunia terlebih dahulu. Peristiwa ini terjadi pada tahun 569 H.

Pada kesempatan inilah, Salahuddin Al Ayyubi berhasil memproklamasikan diri sebagai Raja Mesir. Ia berhasil menyatukan Mesir, Syiria, Mesopotamia, dan Yaman untuk melawan tentara salib.

Demi menjaga dan mempertahankan diri melawan pengikut Fatimiyah di Mesir dan bisa membendung bahaya serangan dari pasukan Salib di Syiria dan Palestina, Salahuddin Al Ayyubi mendirikan benteng Kairo di atas Benteng Muqattam paling barat.

Tahun 1186 M- 1193 M, masa yang dilakukan Salahuddin Al Ayyubi adalah melakukan perang suci melawan tentara salib. Dirinya pun terbukti tidak pernah kalah dalam melawan mereka.

Akhirnya, Perang Suci ini dihentikan dengan terjadinya perjanjian tahun 1192 M di Ramleh dengan beberapa syarat perjanjian.

Kemudian, baru pada tahun 1174 M Salahuddin Al Ayyubi berhasil menguasai Mesir dan mendirikan Dinasti Ayyubiyah. Dinasti ini berkuasa selama 90 tahun dan dipimpin oleh 9 sultan. Sultan pertama adalah Salahuddin Al Ayyubi itu sendiri, dan berakhir pada masa kekuasaan Sultan Asyraf bin Yusuf pada tahun 1250 M.




(rah/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads