Kisah Nabi Daud Diangkat Menjadi Raja yang Adil dan Bijaksana

Kisah Nabi Daud Diangkat Menjadi Raja yang Adil dan Bijaksana

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Rabu, 17 Mei 2023 05:45 WIB
Kisah nabi
Ilustrasi Nabi Daud AS (Foto: Ilustrasi: Mindra Purnomo)
Jakarta -

Nabi Daud diangkat menjadi raja menggantikan Raja Thalut. Usai wafatnya Raja Thalut, Bani Israil dipimpin oleh salah satu putranya.

Sayangnya, sang putra pengganti Raja Thalut bukan pemimpin yang baik. Dia justru sering bertindak tidak adil hingga berujung munculnya perpecahan, seperti dikisahkan dalam buku Kisah Teladan & Menakjubkan 25 Nabi yang disusun oleh Ariany Syurfah M Hum M Ag.

Pada perpecahan tersebut, muncul dua kubu yang dipimpin oleh Nabi Daud dan putra Raja Thalut. Peperangan antar keduanya dimenangkan oleh kubu Daud hingga akhirnya beliaulah yang diangkat menjadi raja untuk menempati kekuasaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah mengenai Nabi Daud AS diabadikan dalam sejumlah surat di Al-Qur'an, seperti surat Al Baqarah, Al Anbiya, An Naml, Saba' dan Shad.

Masa Kepemimpinan Nabi Daud sebagai Seorang Raja

Mengacu pada sumber yang sama, Nabi Daud memerintah rakyatnya berdasarkan hukum Allah dan membela orang-orang yang tertindas. Karenanya, rakyat menjalani kehidupan yang bahagia semasa kepemimpinannya.

ADVERTISEMENT

Kerajaan Nabi Daud sangatlah kuat dan sulit dikalahkan oleh musuh. Disebutkan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul tulisan Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, kerajaan beliau selalu memperoleh kemenangan atas semua musuhnya.

Nabi Daud AS menetap di Kota Bethlehe, Palestina dan memimpin Bani Israil. Dirinya merupakan seorang raja yang bijak dan adil.

Alih-alih terlena akan kekayaannya sebagai seorang raja, Nabi Daud justru selalu bersyukur kepada Allah atas semua yang ia miliki. Mengutip dari buku Kisah-kisah Terbaik Al-Qur'an karangan Kamal As-Sayyid, Nabi Daud AS juga dikaruniai suara yang indah. Siapa saja yang mendengar suara beliau akan merasa terkesima.

Bergabungnya Nabi Daud dalam Pasukan Raja Thalut

Sebelum Raja Thalut wafat, dirinya menyusun kekuatan militer untuk mengumpulkan pemuda dan orang-orang yang masih kuat untuk menjadi tentara. Nantinya, pasukan tersebut dilatih untuk menghadapi bangsa yang terkenal kuat, berani, dan telah lama menguasai Palestina.

Dijelaskan dalam buku Dahsyatnya Doa Para Nabi oleh Syamsuddin Noor, Nabi Daud dan dua orang kakaknya diminta sang ayah untuk bergabung ke barisan laskar Thalut. Ia meminta Nabi Daud berada di barisan belakang karena usianya sangat muda dan belum memiliki pengalaman perang.

Setelah menjalani pelatihan, tibalah waktu di mana pasukan Raja Thalut menghadapi musuh yang dipimpin oleh panglima bernama Jalut. Panglima Jalut terkenal berani, terlatih dan tidak pernah kalah dalam peperangan.

Kala itu, rombongan pasukan Jalut berjumlah 8.000 orang, sementara pasukan Raja Thalut hanya 300 tentara dan Nabi Daud termasuk ke dalam salah satunya. Meski merasa takut, mereka bertawakal dan beriman kepada Allah serta mengucap doa dalam surat Al Baqarah ayat 250.

ΩˆΩŽΩ„ΩŽΩ…Ω‘ΩŽΨ§ بَرَزُوا۟ Ω„ΩΨ¬ΩŽΨ§Ω„ΩΩˆΨͺَ ΩˆΩŽΨ¬ΩΩ†ΩΩˆΨ―ΩΩ‡ΩΫ¦ Ω‚ΩŽΨ§Ω„ΩΩˆΨ§ΫŸ Ψ±ΩŽΨ¨Ω‘ΩŽΩ†ΩŽΨ§Ω“ Ψ£ΩŽΩΩ’Ψ±ΩΨΊΩ’ ΨΉΩŽΩ„ΩŽΩŠΩ’Ω†ΩŽΨ§ Ψ΅ΩŽΨ¨Ω’Ψ±Ω‹Ψ§ ΩˆΩŽΨ«ΩŽΨ¨Ω‘ΩΨͺΩ’ Ψ£ΩŽΩ‚Ω’Ψ―ΩŽΨ§Ω…ΩŽΩ†ΩŽΨ§ ΩˆΩŽΩ±Ω†Ψ΅ΩΨ±Ω’Ω†ΩŽΨ§ ΨΉΩŽΩ„ΩŽΩ‰ Ω±Ω„Ω’Ω‚ΩŽΩˆΩ’Ω…Ω Ω±Ω„Ω’ΩƒΩŽΩ°ΩΩΨ±ΩΩŠΩ†ΩŽ

Arab latin: Wa lammā barazα»₯ lijālα»₯ta wa junα»₯dihΔ« qālα»₯ rabbanā afrig 'alainā αΉ£abraw wa αΉ‘abbit aqdāmanā wanαΉ£urnā 'alal-qaumil-kāfirΔ«n

Artinya: "Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir,"

Ketika pertempuran dimulai, panglima Jalut menantang pasukan Raja Thalut. Tidak seorang pun di antara mereka berani keluar, alhasil Jalut mengejek dan menghina mereka.

Melihat hal itu, Nabi Daud lupa pesan ayahnya untuk berada di barisan belakang. Ia lantas menawarkan diri kepada Raja Thalut untuk melawan Jalut.

Meski merasa ragu-ragu karena Nabi Daud bertubuh kecil, Thalut akhirnya mengizinkannya dan memberikan Nabi Daud perlengkapan perang. Kala itu, Nabi Daud enggan memakainya karena berat dan tidak terbiasa menggunakan perlengkapan tersebut.

"Bagaimana engkau dapat bertarung dengan hanya bersenjatakan tongkat, ketapel, dan batu-batu melawan Jalut yang bersenjatakan pedang, panah, dan pakaian perang yang lengkap?" tanya Raja Thalut yang heran.

Mendengar hal itu Nabi Daud menjawab, "Tuhan yang telah melindungiku. Taring singa dan kuku beruang juga akan melindungiku dari sabetan pedang dan panah Jalut yang durhaka itu,"

Ketika Nabi Daud menuju Jalut, dia berkata,

"Untuk apa tongkat yang engkau bawa itu? Untuk mengejar anjing atau untuk memukul anak-anak yang sebaya dengan engkau? Di mana pedang dan zirahmu? Rupanya engkau sudah bosan hidup dan ingin mati, padahal engkau masih muda. Engkau belum merasakan suka-dukanya kehidupan. Engkau masih harus banyak belajar dari pengalaman. Majulah engkau ke sini! Aku akan habiskan nyawamu dalam sekejap mata. Dagingmu akan kujadikan makanan yang lezat bagi binatang- binatang di darat dan burung-burung di udara,"

Nabi Daud AS menjawab, "Engkau boleh bangga dengan zirah dan topi bajamu. Engkau boleh merasa kuat dan ampuh dengan pedang dan panahmu. Akan tetapi, ingatlah! Ia tidak akan sanggup menyelamatkan nyawamu dari tanganku yang masih halus dan bersih ini. Aku datang ke sini dengan nama Allah SWT, Tuhan Bani Israil yang telah lama engkau hinakan, engkau jajah, dan engkau tundukkan. Sebentar lagi, engkau akan mengetahui, apakah pedang dan panah yang akan mengakhiri hayatku atau kehendak dan kekuasaan Allah SWT yang akan merenggut nyawamu dan mengirimkan engkau ke neraka Jahanam?"

Ketika Jalut hendak melangkah mendekati Nabi Daud, dilemparkanlah batu dengan ketapel tepat ke arah kening Jalut. Darah mengalir deras dari kepala Jalut hingga menutupi kedua matanya.

Atas izin Allah SWT, pada lemparan batu kedua dan ketiga oleh Nabi Daud, Jalut lalu terjatuh. Ia tersungkur di atas tanah dan mengembuskan nafasnya yang terakhir. Matinya Jalut membuat tentaranya mundur dan lari karena dikejar oleh Raja Thalut.

Atas keberhasilan Nabi Daud itulah, Raja Thalut menjadikan beliau sebagai menantu dan dinikahkan dengan putrinya, bernama Mikyal. Sesuai janji Thalut bahwa putrinya akan dinikahkan dengan orang yang bisa mengalahkan Jalut.

Demikian pembahasan mengenai Nabi Daud yang diangkat menjadi raja menggantikan Raja Thalut. Semoga bermanfaat.




(aeb/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads