Ada peristiwa perang pada zaman Rasulullah SAW yang terjadi di bulan Syaban. Perang ini dikenal dengan sebutan Perang Bani Musthaliq atau Perang Muraisi'.
Perang ini dikenal dengan peperangan Bani Musthaliq karena peperangan ini terjadi antara Rasulullah SAW dan umatnya dengan kabilah (suku) Musthaliq yang berasal dari suku khuza'ah yang berkediaman di dekat air Muraisi' di sekitar Qudaid. Perang ini juga dikenal dengan nama lain Perang Maharib dan Perang A'ajib.
Sejarah Bani Musthaliq dan Latar Belakang Peperangan
Kabilah Bani Musthaliq tinggal di dekat Kota Makkah. Selayaknya kaum musyrikin lainnya ketika Islam datang, bereaksi dengan memusuhi dan membenci kedatangan agama Islam. Mereka menjalin hubungan diplomasi dengan penduduk Quraisy dengan motif kepentingan perdagangan. Namun, meski demikian Rasulullah bersikeras untuk tetap menjaga toleransi dengan mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam buku Kelengkapan Tarikh Rasulullah oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, diceritakan bahwa pada bulan Syaban tahun kelima hijriyah terjadi perang Al-Muraisi' dan peristiwa isu bohong. Penyebabnya bermula ketika Nabi SAW mendengar kabar kalau Al-Harits bin Abu Dhihar pemimpin kaum Bani Al-Musthaliq berangkat bersama kaumnya dan para pengikutnya yang terdiri dari orang-orang Arab untuk tujuan memerangi Rasulullah.
Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi menceritakan dalam bukunya Ketika Rasulullah Harus Berperang, ketika Rasulullah merasakan pergerakan pasukan Bani Al-Musthaliq yang mencurigakan, maka beliau mengirim Buraidah bin Al-Hushaib Al-Aslami demi mempertegas motif mereka.
Buraidah datang dan memperlihatkan diri di hadapan mereka yang membatu. Lalu ia berhasil mendapatkan informasi mengenai kepastian motif mereka. Ia pun memberitahukan hal itu kepada Rasulullah.
Di daerah Fur'un yang berada di antara Madinah dan Mekah, pada hari Senin di bulan Syaban tahun kelima Hijriyah, Rasulullah keluar dari Madinah dengan membawa pasukan berkekuatan tujuh ratus pejuang dan tiga puluh pasukan kuda menuju Bani Al-Mushtaliq.
Ketika itu Bani Al-Musthaliq termasuk kelompok yang mendengar seruan dakwah Islam namun mereka bergabung dengan orang-orang kafir dalam perang Uhud, dan bahkan mereka memobilisasi pasukan perang untuk menyerang umat Islam.
Faktor utama yang menjadi pemicu peperangan Bani Musthaliq adalah kebencian yang menyulut amarah Bani Musthaliq terhadap Nabi Muhammad dan pengikutnya
Maka, Imam Al-Bukhari, Imam Muslim, meriwayatkan bahwasannya Rasulullah melancarkan serangan terhadap mereka ketika mereka sedang lalai tanpa peringatan terlebih dahulu sehingga mereka terpaksa meninggalkan binatang ternak mereka yang sedang digembalakan, dan banyak di antara prajuritnya yang terbunuh, dan anak cucu mereka ditawan.
Akhirnya peperangan dimenangkan oleh kaum muslimin. Bani Musthaliq dibuat porak poranda. Mereka menyerah dan takluk pada kekuatan yang dimiliki oleh kaum muslimin sehingga sebagian dari mereka terbunuh, sementara harta mereka jatuh ke tangan kaum muslimin.
Pada saat itu juga pasukan umat Islam berhasil menawan seorang perempuan bernama Juwairiyah binti Al-Harits. Juwairiyah kemudian dinikahi Rasulullah SAW.
Fitnah terhadap Aisyah
Kaha Anwar dalam bukunya Orang-orang yang Memusuhi Nabi Muhammad SAW, menceritakan tentang keberadaan provokator yang memecah belah kaum muslimin. Pasca peperangan dan setelah mendapat kemenangan telak, sekelompok orang yang ikut berperang dengan motif materil (hanya berharap mendapat bagian ghanimah) membuat ulah dengan menyebarkan isu bohong di antara kaum Muhajirin dan Anshar.
Kejadian ini diprakarsai oleh Abdullah bin Ubay. Ia dengan sifat busuknya membuat semua orang kebingungan dan terpecah belah karena menebar fitnah. Orang-orang munafik itu masih berani menebar berita bohong di saat kepulangan kaum muslimin.
Pada perang Bani Musthaliq, Aisyah istri Rasulullah SAW ikut serta dalam rombongan. Di tengah perjalanan, kelompok ini menuduh Aisyah, melakukan perbuatan yang hina dan tidak pantas.
Fitnah ini membuat Nabi Muhammad SAW sangat marah sehingga Allah menurunkan surat Al Munafiqun dan An Nur Ayat 11:
اِنَّ الَّذِيْنَ جَاۤءُوْ بِالْاِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنْكُمْۗ لَا تَحْسَبُوْهُ شَرًّا لَّكُمْۗ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۗ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ مَّا اكْتَسَبَ مِنَ الْاِثْمِۚ وَالَّذِيْ تَوَلّٰى كِبْرَهٗ مِنْهُمْ لَهٗ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah kelompok di antara kamu (juga). Janganlah kamu mengira bahwa peristiwa itu buruk bagimu, sebaliknya itu baik bagimu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Adapun orang yang mengambil peran besar di antara mereka, dia mendapat azab yang sangat berat.
Dapat disimpulkan bahwa bulan Syaban juga menjadi bukti sejarah terjadinya peperangan antara kaum muslimin dan kaum musyrikin. Ini juga menjadi awal sejarah perpecahan dalam tubuh kaum muslimin yang digagas oleh orang-orang munafik.
(dvs/dvs)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi