Keistimewaan Nabi Khidir: Punya Banyak Rupa-Menghijaukan Alam

Keistimewaan Nabi Khidir: Punya Banyak Rupa-Menghijaukan Alam

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Kamis, 23 Feb 2023 06:01 WIB
Symbol of the Shia Muslim religion with an Ayatollah who prays and preaches in front of his followers by stretching a finger upwards.
Ilustrasi keistimewaan Nabi Khidir AS. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Pict Rider)
Jakarta -

Nabi Khidir AS merupakan satu dari sekian banyak nabi yang diutus oleh Allah SWT. Di dalam Al-Qur'an, kisah Nabi Khidir AS diceritakan bersama Nabi Musa AS ketika mereka bertemu, tepatnya dalam surah Al Kahfi ayat 60-82.

Berikut bunyi firman Allah dalam salah satu surah Al Kahfi.

فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arab latin: fa wajadā 'abdam min 'ibādinā ātaināhu raḥmatam min 'indinā wa 'allamnāhu mil ladunnā 'ilmā

Artinya: "Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami." (QS Al Kahfi: 65)

ADVERTISEMENT

Mengutip dari buku Khidir Sang Nabi Super Misterius oleh Khalifi Elyas Bahar, Nabi Khidir AS memiliki banyak keistimewaan salah satunya mempunyai banyak rupa. Ia disebut bisa mengubah rupanya dengan wujud yang berbeda-beda.

Imam Al-Ghazali menjelaskan dalam kitab Ihya' Ulumuddin bahwa rupa Nabi Khidir AS bisa bermacam-macam, ini berlaku di tempat yang berbeda-beda. Dalam satu waktu, ia bisa berwujud seperti orang miskin atau orang kaya.

Apa yang dikatakan Imam Al-Ghazali diperkuat dengan pengalaman Syekh Yusuf An-Nabhani dan Hasyisi Al-Himshani yang pernah berkumpul berkali-kali bersama Nabi Khidir AS pada suatu momen dengan wujudnya yang selalu berubah-ubah, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Jami Al-Karamat.

Selain itu, Nabi Khidir AS juga menjadikan tempat yang ia singgahi berubah hijau. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa gelar 'Khidir' diberikan kepada Nabi Khidir AS lantaran setiap ia duduk di atas tanah yang kering, tanah itu berubah menjadi hijau karena rumput-rumput seketika tumbuh di atasnya.

Menukil dari Tafsir Ad-Dur Al-Mantsur oleh Jalaluddin As-Suyuthi, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas berikut bunyinya:

"Sesungguhnya Khidir disebut Khidir lantaran setiap sholat di atas hamparan kulit putih, maka hamparan itu tiba-tiba berubah menjadi hijau,"

Pada penjelasan lainnya, Syekh Mustaka Al-Uqbawi dalam Kitab Hasyiyah Aqidah Ad-Dardiri berpendapat bahwa Abal Abbas diberi gelar "Khidir" karena ketika duduk di atas tanah yang kering, maka tanah itu berubah menjadi hijau.

Selain itu, Nabi Khidir AS juga memiliki kebiasaan duduk di atas sajadah yang hijau. Imam Tsalabi menambahkan, ketika Nabi Khidir AS melangkahkan kakinya, maka di bawah telapak kakinya tumbuhlah rumput-rumput yang hijau.

Adapun, mengenai anggapan bahwa Nabi Khidir AS masih hidup masih menjadi kontroversi. Bukhari, Ibn Al-Mandah, Abu Bakar Al-Arabi, Abu Ya'la, Ibn Al-Farra, Ibrahim Al-Harbi, dan lain-lainnya berpendapat bahwa sang nabi tidak hidup dengan jasadnya, ia telah wafat.

Menurut mereka, yang masih tetap hidup hanyalah roh Nabi Khidir AS. Sementara itu, dalam Al-Qur'an surah Al Anbiya ayat 35 dijelaskan bahwa setiap manusia akan menemui ajalnya masing-masing sesuai yang dikehendaki oleh Allah SWT, tidak ada manusia yang abadi di dunia ini.

Imam Abul Faraj Abdur Rahman Ibnul Jauzi dalam Al-Bidayah Wa An-Nihayah berkata bahwa Nabi Khidir AS seorang manusia biasa.

"Khidir, jika dia itu seorang manusia, maka sungguh ia telah masuk dalam keumuman (ayat) ini tanpa ada keraguan. Jadi, tidak ada seorang pun yang berhak untuk mengkhususkannya dari keumuman itu, kecuali ada dalil yang shahih yang dapat mengokohkan," ucapnya seperti dikutip.

Mereka yang setuju bahwa Nabi Khidir AS telah wafat didasarkan dari dalil-dalil Al-Qur'an dan sunnah.

Selain itu, bantahan terkait masih hidupnya Nabi Khidir AS dikuatkan dalam surah Ali Imran ayat 81. Allah SWT berfirman:

وَاِذْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ النَّبِيّٖنَ لَمَآ اٰتَيْتُكُمْ مِّنْ كِتٰبٍ وَّحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهٖ وَلَتَنْصُرُنَّهٗ ۗ قَالَ ءَاَقْرَرْتُمْ وَاَخَذْتُمْ عَلٰى ذٰلِكُمْ اِصْرِيْ ۗ قَالُوْٓا اَقْرَرْنَا ۗ قَالَ فَاشْهَدُوْا وَاَنَا۠ مَعَكُمْ مِّنَ الشّٰهِدِيْنَ

Artinya: "(Ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, "Manakala Aku memberikan kitab dan hikmah kepadamu, lalu datang kepada kamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada pada kamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya." Allah berfirman, "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian dengan-Ku atas yang demikian itu?" Mereka menjawab, "Kami mengakui." Allah berfirman, "Kalau begitu, bersaksilah kamu (para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu."

Wallahu a'lam.




(aeb/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads