Kisah Abu Bakar saat Diminta Jadi Imam sebelum Rasulullah Wafat

Kisah Abu Bakar saat Diminta Jadi Imam sebelum Rasulullah Wafat

Devi Setya - detikHikmah
Sabtu, 18 Feb 2023 05:31 WIB
Infografis Abu Bakar As Siddiq
Ilustrasi Abu Bakar sahabat Rasulullah SAW Foto: ilustrator : Denny Putra/detikcom
Jakarta -

Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah sahabat Rasulullah SAW yang terkenal setia dan pemberani. Ia mendapat amanah untuk menjadi imam sholat sebelum Rasulullah SAW meninggal dunia.

Dalam perjalanan menyebarkan ajaran Islam, Abu Bakar selalu setia mendampingi Rasulullah SAW. Abu Bakar yang juga sebagai mertua Rasulullah SAW ini memiliki banyak kisah saat bersama.

Mengutip buku Lelaki Penghuni Surga oleh Ahmed Arkan, dikisahkan bahwa Rasulullah SAW menghabiskan sisa hidupnya di Madinah. Di kota ini, ajaran Islam mendapatkan tempat di hati penduduknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Madinah, Rasulullah SAW mempersatukan suku yang berselisih, membangun peradaban, dan menegakkan panji-panji keadilan. Di Madinah pula Rasulullah SAW wafat.

Abu Bakar Diminta Menjadi Imam Sholat

Suatu hari, Rasulullah SAW mengalami sakit keras. Beliau tidak bisa mengimami sholat. Beliau pun berpesan kepada Aisyah agar Abu Bakar dapat menggantikannya menjadi imam.

ADVERTISEMENT

"Suruhlah Abu Bakar mengimami sholat kaum Muslimin!"

"Ya Rasulullah, sesungguhnya Abu Bakar, ayahku, adalah orang yang berhati lembut. Bila dia mengimami sholat, orang-orang tidak akan bisa mendengar suaranya karena tangisnya," kata Aisyah.

Nabi pun mengulangi kembali perkataannya, "Suruhlah Abu Bakar mengimami sholat!"

Aisyah mengulangi perkataannya tadi.

Beliau pun berkata, "Sungguh kalian ini persis seperti perempuan yang menggoda Nabi Yusuf. Perintahkan Abu Bakar menjadi imam sholat."

Aisyah pun menyampaikan pesan Rasulullah SAW kepada ayahnya.

Kemudian keluarlah Abu Bakar untuk mengimami sholat, sementara Rasulullah SAW merasakan badannya agak lebih ringan. Akhirnya, beliau menuju masjid sambil dipapah dua orang lelaki dengan langkah pelan karena menahan sakit.

Melihat Rasulullah SAW datang ke masjid, Abu Bakar berkeinginan mundur dari posisi imam dan mempersilakan Nabi SAW menjadi imam. Akan tetapi, Rasulullah SAW mengisyaratkan agar Abu Bakar tetap di tempatnya.

Rasulullah SAW kemudian sholat dalam keadaan duduk. Setelah jamaah sholat bubar, Rasulullah SAW kembali ditemani Aisyah, istrinya tercinta.

Rasulullah SAW Meninggal Dunia

Kesehatan Rasulullah SAW sempat membaik, namun tak berlangsung lama. Hanya beberapa hari saja. Kemudian beliau kembali jatuh sakit, demam tinggi.

Kepala al-Amin direbahkan ke haribaan sang istri. Aisyah mengusap wajah Nabi SAW dengan air dingin untuk lebih meringankan panas demam yang menjangkiti tubuh Nabi SAW.

Tiba-tiba Aisyah merasakan berat sekali kepala Nabi SAW. Aisyah menyuruh seseorang untuk memanggil Abu Bakar sang ayah dan istri-istri Rasulullah SAW yang lain.

Hafshah binti Umar mendatangi Aisyah. Mereka mencoba bertanya kepada Nabi SAW, tapi Nabi SAW sudah tak mampu lagi menjawabnya. Namun, dalam kondisi napasnya yang terengah-engah, Nabi SAW masih mengucapkan pesan secara terbata-bata.

Sebuah pesan bagi umatnya, "Aku pesan kepada kalian agar betul-betul memelihara sholat, menunaikan zakat, dan memperlakukan budak-budak yang kalian miliki dengan sebaik mungkin."

Baru saja Rasulullah SAW mengutarakan pesan terakhirnya, kemudian beliau pun memejamkan kedua matanya untuk selama-lamanya. Terdengarlah jeritan tangis, bersamaan dengan ucapan, "Rasulullah kini telah wafat. Nabi Muhammad kini telah tiada."

Mendengar kabar bahwa Rasulullah SAW telah meninggal, dari kejauhan Umar bin Khattab datang berteriak-teriak di tengah orang-orang. Umar mengancam akan menebas batang leher siapa saja yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW telah wafat. Tapi kenyataannya, Nabi Muhammad SAW memang benar-benar telah wafat.

Abu Bakar datang, lalu memeluk jasad Nabi SAW dan menciumnya dengan linangan air mata sambil mengucapkan kata yang terpatah-patah, "Demi ayah dan ibuku, alangkah baiknya kehidupan dan kematianmu, wahai Rasul!"

Sementara itu, Utsman bin Affan hanya tertegun merasa tidak percaya. la tidak mampu berkata-kata lagi. Ali bin Abi Thalib juga demikian hanya termenung diam, tak kuasa untuk bangkit dari tempatnya berada.

Dalam Al-Qur'an surat Ali 'Imran ayat 144, Allah SWT berfirman:

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ ٱلرُّسُلُ ۚ أَفَإِي۟ن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ ٱنقَلَبْتُمْ عَلَىٰٓ أَعْقَٰبِكُمْ ۚ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ ٱللَّهَ شَيْـًٔا ۗ وَسَيَجْزِى ٱللَّهُ ٱلشَّٰكِرِينَ

Arab-Latin: Wa mā muḥammadun illā rasụl, qad khalat ming qablihir-rusul, a fa im māta au qutilangqalabtum 'alā a'qābikum, wa may yangqalib 'alā 'aqibaihi fa lay yaḍurrallāha syai`ā, wa sayajzillāhusy-syākirīn

Artinya: Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

Abu Bakar berkata, "Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat. Akan tetapi, barang siapa yang menyembah Allah, sesungguhnya Allah Mahahidup dan tidak akan pernah mati."




(dvs/kri)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads