Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu dari 10 sahabat Rasulullah SAW yang dijamin masuk surga. Ia terkenal sebagai orang kaya namun justru berharap menjadi miskin.
Abdurrahman bin Auf adalah seseorang dari Bani Zuhrah, keturunan dari pihak ibu paman-paman Rasulullah SAW.
Ia lahir pada tahun ke-10 dari tahun Gajah atau tepatnya pada 581 M.
Abdurrahman bin Auf lahir dari ibu bernama Shafiyah, sedangkan ayahnya bernama `Auf bin `Abdu `Auf bin `Abdul Harits bin Zahrah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sahabat Rasulullah SAW ini dikenal sebagai pedagang yang cerdas. Ia juga memiliki kekayaan yang berlimpah. Namun ada momen di mana Abdurrahman bin Auf justru berharap menjadi orang miskin.
Dikenal sebagai Pedagang Kaya
Dikutip dari buku Kisah 10 Pahlawan Surga oleh Abu Zaein, Abdurrahman bin Auf menjadi orang ke delapan yang memeluk Islam. Ia diislamkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq, dua hari setelah Abu Bakar masuk Islam.
Sebelum masuk Islam, ia dikenal dengan nama Abd Amr. Kemudian oleh Rasulullah SAW namanya diminta berganti menjadi Abdurrahman bin Auf.
Semasa hidupnya, Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai orang yang cerdas. Dalam kesehariannya, ia beraktivitas sebagai pedagang sukses. Dari hasil berdagang ini, Abdurrahman bin Auf dapat mengumpulkan pundi-pundi harta.
Namun dengan kekayaannya yang dimiliki, dia justru menangis karena khawatir akan masuk surga paling terakhir.
"Suatu ketika Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam berkata, Abdurrahman bin Auf akan masuk surga terakhir karena terlalu kaya, sehingga dihisabnya paling lama. Mendengar hal tersebut Abdurrahman bin Auf pun berpikir keras, bagaimana caranya agar ia kembali menjadi miskin supaya dapat memasuki surga lebih awal," tuturnya.
Agar jatuh miskin, Abdurrahman bin Auf pernah menyedekahkan separuh hartanya pada zaman Nabi. Setelah itu ia bersedekah lagi sebanyak 40.000 dinar yang kebanyakan harta bendanya diperoleh dari hasil perdagangan.
Sosok yang Dermawan
Suatu hari ada salah satu kaum Anshar bernama Sa'ad yang terkenal dengan kekayaannya di Madinah menawarkan harta pada Abdurrahman bin Auf. Akan tetapi, saat itu penawaran ditolak dan dia malah bertanya lokasi pasar yang ada di Madinah saat itu.
Setelah dicari tahu, ternyata harga sewa pasar di Madinah sangat mahal, banyak orang-orang yang ingin berdagang namun tidak ada modal besar untuk menyewa tempat. Dengan peluang dan inisiatifnya, Abdurrahman bin Auf membeli tanah itu dan menjadikannya sebagai kavling-kavling pasar.
Sesaat tanah tersebut dibeli, ia pun segera membagi tanah menjadi beberapa bagian dengan ukuran yang sama besarnya. Abdurrahman kemudian mempersilakan siapa pun untuk berdagang di atas tanah tersebut tanpa dikenakan biaya sewa.
Abdurrahman bin Auf pernah memberikan 200 uqiyah emas (1 uqiyah setara dengan kurang lebih 31 gram) untuk memenuhi kebutuhan logistik selama perang Tabuk. Saat ada seruan untuk berinfak dari Rasulullah SAW, ia tak pernah berpikir panjang dan ragu-ragu.
Begitupun saat perang Badar yang jumlahnya mencapai 100 orang, dia memberikan santunan 400 dinar kepada masing-masing veteran. Abdurrahman bin Auf juga menyumbangkan 40 ribu dinar, 500 ekor kuda, dan 1.500 unta untuk para pejuang.
Tidak hanya itu, dia juga pernah bersedekah dengan membeli kurma yang hampir busuk dari para sahabat di Madinah. Semua pedagang pun sontak gembira karena kurma mereka bisa dijual, begitupun Abdurrahman bin Auf yang senang dan berharap akan jatuh miskin.
Namun, tiba-tiba ada seseorang yang datang dan mengaku berasal dari utusan Yaman. Dia memberitakan bahwa di negerinya sedang terkena wabah penyakit menular, sehingga rajanya mengutus dirinya untuk mencari kurma busuk.
Menurutnya, kurma busuk adalah salah satu obat yang bisa menyembuhkan dari penyakit menular itu. Akhirnya utusan raja Yaman tersebut memborong semua kurma milik Abdurrahman bin Auf dengan harga 10 kali lipat dari harga kurma biasa.
Mendapat Julukan Tangan Emas
Selalu bersedekah dan memberikan hartanya, Abdurrahman bin 'Auf tidak juga jatuh miskin, justru kehidupannya terus meningkat. Keberhasilannya dalam bisnis membuatnya dijuluki sebagai tangan emas, karena apapun yang dikerjakan selalu sukses dan membuahkan hasil yang besar.
Di saat Abdurrahman bin Auf merelakan semua hartanya agar jatuh miskin, saat itu pula Allah memberikan limpahan harta berkali-kali lipat untuknya.
Abdurrahman bin Auf meninggal di usia 72 tahun dan masuk dalam deretan 10 sahabat nabi yang dijamin masuk surga. Dilansir dari tulisan Bahrudin dalam buku Cara Meng-Upgrade Diri Dengan Metode EnSQ Entrepreneur Spritual Question disebutkan nilai kekayaannya saat Abdurrahman wafat sekitar Rp 6 triliun.
Baginya, warisan terbaik yang ditinggalkan pada keluarganya saat meninggal bukanlah harta atau kekayaan, melainkan ajaran Islam dan teladan dari Rasulullah SAW.
(dvs/erd)
Komentar Terbanyak
Ribuan Orang Teken Petisi Copot Gus Yahya dari MWA UI
142 Negara PBB Setuju Palestina Merdeka tapi Gaza Terus Digempur Israel
KTT Darurat Arab-Islam di Doha Kecam Serangan Israel, Hasilkan 25 Poin Komunike