Momen Cak Imin Ziarah ke Makam Syekh Mahmud di Barus Jelang Puncak HSN 2025

Momen Cak Imin Ziarah ke Makam Syekh Mahmud di Barus Jelang Puncak HSN 2025

Hanif Hawari - detikHikmah
Rabu, 22 Okt 2025 12:30 WIB
Muhaimin Iskandar atau Cak Imin saat ziarah ke  makam Syekh Mahmud di kompleks makam Papan Tinggi, Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Selasa (21/10/2025).
Muhaimin Iskandar atau Cak Imin saat ziarah ke makam Syekh Mahmud di kompleks makam Papan Tinggi, Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Selasa (21/10/2025). Foto: Dok. PKB
Jakarta -

Menjelang puncak Hari Santri (HSN) 2025, Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menyempatkan diri untuk ziarah ke makam Syekh Mahmud. Beliau adalah seorang ulama besar yang diyakini sebagai salah satu penyebar agama Islam pertama di Nusantara.

Ziarah ini dilakukan dalam rangka menyambut puncak HSN 2025 yang rencananya akan dipusatkan di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Wilayah ini dikenal sebagai titik nol peradaban Islam Nusantara.

"Hari Santri kali ini kita mulai dari titik nol, di mana dari situlah ajaran, doktrin, dan nilai menjadi sistem kehidupan sosial-keagamaan, menjadi sistem pendidikan, menjadi kekuatan pesantren dan masyarakat sekitarnya, menjadi komunitas santri," ujar Cak Imin dalam keterangan persnya di kompleks makam Papan Tinggi, Selasa (21/10/2025) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kunjungan tersebut, Cak Imin didampingi sejumlah petinggi DPP PKB dan juga Bupati Tapanuli Tengah, Masinton Pasaribu. Makam Papan Tinggi merupakan lokasi disemayamkannya Syekh Mahmud.

ADVERTISEMENT

Cak Imin menekankan perjalanan panjang santri dalam sejarah bangsa tidak terlepas dari peran sentral ulama dan pesantren yang telah melahirkan kekuatan spiritual dan sosial yang luar biasa. Kekuatan inilah yang kemudian memuncak saat para ulama, di bawah komando Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ary, menerbitkan Resolusi Jihad.

"Akhirnya setelah kemerdekaan, di bawah kepemimpinan para ulama, khususnya fatwa Mbah Hasyim Asy'ary, dilakukanlah Resolusi Jihad," kata pria yang juga menjabar sebagai Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat itu.

Cak Imin menyoroti Resolusi Jihad sebagai sumber keberanian umat Islam kala itu untuk mengusir penjajah. Meskipun dengan keterbatasan senjata.

"Sehingga umat Islam percaya diri, yakin, meski tanpa senjata yang memadai, bisa mengusir penjajah," imbuh Cak Imin.

"Keberanian untuk syahid mengusir penjajah itulah yang membuat energi luar biasa, dengan bambu runcing, dengan pertempuran apa adanya, dengan pengorbanan nyawa dan keberanian, yang membuat Indonesia bertahan dan akhirnya merdeka," lanjutnya.

Semangat heroik 22 Oktober 1945 itulah yang kemudian diabadikan menjadi Hari Santri Nasional. Hal itu menurut Cak Imin ada kaitannya dengan Hari Pahlawan.

"Semangat itulah yang akhirnya menjadi momentum ditetapkannya 22 Oktober sebagai Hari Santri, di mana embrio pertempuran 22 Oktober itu akhirnya menang di 5 November, yang kemudian kita kenal sebagai Hari Pahlawan Nasional," tukasnya.




(hnh/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads