Ilmuwan Ungkap Fakta Hajar Aswad Bukan Berasal dari Bumi

Ilmuwan Ungkap Fakta Hajar Aswad Bukan Berasal dari Bumi

Indah Fitrah - detikHikmah
Selasa, 14 Okt 2025 16:15 WIB
hajar aswad
Hajar Aswad yang terdapat di sudut tenggara Ka'bah. Foto: reasahalharmain
Jakarta -

Hajar Aswad menempati tempat istimewa di antara bagian Ka'bah yang paling menarik perhatian jemaah haji dan umrah. Batu hitam di sudut tenggara Ka'bah ini dipercaya berasal dari surga.

Keyakinan ini bersumber dari sabda Rasulullah SAW sebagaimana dikutip dari buku Tapak Sejarah Seputar Makkah-Madinah oleh Muslim H. Nasution:

"Hajar Aswad adalah batu dari batu-batuan surga." (HR At-Tirmidzi)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam sejarah Islam, dikatakan bahwa batu tersebut dibawa oleh malaikat Jibril kepada Nabi Ibrahim AS untuk diletakkan di Ka'bah, dan pada masa Nabi Muhammad SAW, batu itu kembali ditempatkan setelah renovasi bangunan suci tersebut. Hingga kini, menyentuh atau mencium Hajar Aswad menjadi bagian dari ritual sunnah tawaf dalam ibadah haji dan umrah.

ADVERTISEMENT

Menariknya, keyakinan bahwa Hajar Aswad berasal dari surga turut mendorong para peneliti modern untuk menelusuri asal fisiknya.

Salah satunya adalah Elsebeth Thomsen dari University of Copenhagen, yang melalui karyanya berjudul "New Light on the Origin of the Holy Black Stone of the Ka'ba" meneliti asal-usul batu tersebut. Thomsen menemukan bahwa Hajar Aswad memiliki kemiripan dengan kaca impaksit, material yang terbentuk akibat tumbukan meteorit besar di permukaan bumi. Batu ini bahkan dikaitkan dengan kawah Wabar di wilayah Arab Saudi.

Bukti Hajar Aswad yang Mengarah pada Meteorit

Penelitian Elsebeth Thomsen mencantumkan sejumlah penjelasan ilmiah terkait karakteristik Hajar Aswad, di antaranya sebagai berikut.

Menurut penjelasan Dietz dan McHone (1974), Hajar Aswad terdiri dari delapan potongan kecil yang direkatkan dengan perak. Warna permukaannya hitam berkilau, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih seperti susu. Batu ini juga diketahui dapat mengapung di air, ciri yang tidak ditemukan pada batu biasa atau meteorit logam.

Sifat-sifat tersebut serupa dengan kaca impaksit dari kawah Wabar, yang ditemukan oleh penjelajah Inggris Harry St. John Philby pada 1932 di kawasan Rub' al Khali, sekitar 1100 km dari Makkah.

Berdasarkan penelitian El Goresy et al. (1968) yang dikutip oleh Elsebeth Thomsen, material di kawah Wabar terbentuk dari kaca hasil lelehan pasir silika ketika meteorit menghantam bumi. Kaca itu memiliki permukaan luar hitam mengkilap dan bagian dalam putih berpori, serta mengandung partikel logam nikel dan besi akibat panas tinggi dari tumbukan meteorit.

Dalam penelitian Thomsen, diteliti pula kaitan antara Hajar Aswad dengan sampel kaca dari kawah Wabar yang disimpan di Museum Geologi Kopenhagen. Setelah dianalisis, sampel dari kawah tersebut memiliki kemiripan mencolok dengan deskripsi Hajar Aswad. Usianya diperkirakan sekitar 6.400 tahun.

Menurut Thomsen, kemungkinan batu itu dibawa ke Makkah oleh para kafilah kuno dari Oman yang melewati jalur perdagangan di sekitar Wabar.

Sejarah Hajar Aswad dalam Riwayat Islam

Kaitan antara penelitian ilmiah dan catatan sejarah dalam Islam memberi pemahaman yang lebih luas tentang asal-usul Hajar Aswad.

Dalam buku Sejarah Ka'bah karya Prof. Dr. Ali Husni Al-Kharbuthli, dijelaskan bahwa Hajar Aswad adalah batu terakhir yang diletakkan Nabi Ibrahim AS untuk menyempurnakan bangunan Ka'bah. Batu tersebut diberikan oleh malaikat Jibril AS sebagai anugerah dari surga.

Dalam riwayat Imam Ath-Thabari juga menyebutkan saat Nabi Ismail AS hendak mencari batu untuk Ka'bah, ia mendapati Nabi Ibrahim AS telah meletakkan batu hitam itu. Ketika ia bertanya tentang asalnya, Nabi Ibrahim AS menjawab bahwa batu tersebut dibawa oleh Jibril dari langit.

Hal senada dijelaskan dalam buku Tapak Sejarah Seputar Makkah-Madinah karya Muslim Nasution. Dijelaskan, Hajar Aswad bukanlah batu yang berasal dari bumi, melainkan batu suci yang diturunkan dari surga. Disebutkan juga bahwa Hajar Aswad awalnya berwarna putih, lalu berubah menjadi hitam karena dosa manusia.

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

"Hajar Aswad turun dari surga berwarna lebih putih dari susu, lalu menjadi hitam akibat dosa-dosa Bani Adam." (HR Tirmidzi)

Penelitian yang mengaitkan Hajar Aswad dengan meteorit Wabar memberi penjelasan ilmiah tanpa mengurangi keyakinan umat Islam. Kesamaan ciri fisik keduanya menunjukkan kemungkinan bahwa batu ini memang berasal dari luar bumi.

Wallahu a'lam.




(inf/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads