Salat dalam ajaran Islam menempati kedudukan yang sangat istimewa. Ia disebut sebagai tiang agama yang menjadi penopang utama bagi iman seorang muslim. Dalam buku Rahasia-Rahasia di Balik Thaharah: Seri Ringkasan Ihya' Ulumuddin karya Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, terdapat sebuah hadits bahwa,
"Salat itu adalah tiang agama, maka barang siapa yang meninggalkan salat, sungguh ia telah menghancurkan agama."
Riwayat lain menegaskan bahwa amal pertama yang akan diteliti pada hari kiamat adalah salat. Apabila ibadah salat seseorang telah sempurna, maka amal lainnya akan diterima. Namun bila salatnya cacat, seluruh amal perbuatannya akan ditolak. Rasulullah SAW pun bersabda:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perumpamaan salat lima waktu bagaikan satu timbangan yang apabila dipenuhi maka akan terpenuhi."
Syarat Sah Salat yang Harus Diperhatikan
Agar salat sah di sisi Allah SWT, para ulama fiqih menjelaskan adanya syarat-syarat tertentu yang wajib dipenuhi sebelum seseorang menunaikannya. Berdasarkan buku Seri Fiqih Kehidupan karya Ahmad Sarwat, berikut syarat sah salat.
1. Beragama Islam
Menjadi seorang muslim merupakan syarat pokok agar salat yang dilakukan sah. Orang kafir tidak sah salatnya, meskipun ia mengerjakan seluruh bacaan dan gerakan dengan benar. Pada hari kiamat, mereka tetap dianggap sebagai orang yang meninggalkan salat karena ibadahnya tidak diakui dalam syariat.
2. Mengetahui Waktu Salat Telah Masuk
Syarat berikutnya adalah memastikan bahwa waktu salat sudah masuk. Jika seseorang melaksanakan salat tanpa kepastian, maka salatnya tidak sah, meskipun secara kebetulan ternyata waktunya sudah masuk.
Allah SWT berfirman dalam surah An-Nisa ayat 103,
اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا
Arab latin: innaṣ-ṣalāta kānat 'alal-mu'minīna kitābam mauqūtā(n).
Artinya: Sesungguhnya salat itu merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukmin.
3. Suci dari Hadats Besar maupun Kecil
Syarat sah salat adalah suci dari hadats besar maupun kecil. Salat wajib dikerjakan dalam keadaan bersih dari keduanya. Hadats besar mencakup haid, nifas, dan janabah, yang cara menyucikannya adalah dengan mandi wajib. Namun, apabila tidak tersedia air, maka diperbolehkan bertayammum sebagai gantinya. Sedangkan hadats kecil adalah batalnya wudhu. Untuk menghilangkan hadats kecil ini, seseorang harus berwudhu kembali, atau bertayammum bila tidak menemukan air.
Dalil tentang hal ini terdapat dalam firman Allah SWT surah Al-Maidah ayat 6,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Arab latin: Yā ayyuhal-lażīna āmanū iżā qumtum ilaṣ-ṣalāti fagsilū wujūhakum wa aidiyakum ilal-marāfiqi wamsaḥū biru'ūsikum wa arjulakum ilal-ka'bain(i), wa in kuntum junuban faṭṭahharū, wa in kuntum marḍā au 'alā safarin au jā'a aḥadum minkum minal-gā'iṭi au lāmastumun-nisā'a falam tajidū mā'an fa tayammamū ṣa'īdan ṭayyiban famsaḥū biwujūhikum wa aidīkum minh(u), mā yurīdullāhu liyaj'ala 'alaikum min ḥarajiw wa lākiy yurīdu liyuṭahhirakum wa liyutimma na'matahū 'alaikum la'allakum tasykurūn(a).
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu dalam keadaan junub, mandilah. Jika kamu sakit, dalam perjalanan, kembali dari tempat buang air (kakus), atau menyentuh perempuan, lalu tidak memperoleh air, bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menjadikan bagimu sedikit pun kesulitan, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu agar kamu bersyukur.
Selain itu, hadits Nabi SAW juga menegaskan pentingnya thaharah sebelum salat. Dari Ibnu Umar RA:
"Allah tidak menerima salat tanpa thaharah." (HR. Jamaah kecuali Bukhari).
Begitu pula dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
"Allah tidak menerima salat seorang kamu bila berhadats sampai dia berwudhu." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi).
4. Suci dari Najis pada Tubuh, Pakaian, dan Tempat Salat
Selain bebas dari hadats, syarat sah salat juga mengharuskan seseorang terbebas dari najis. Najis tidak boleh ada pada tubuh, pakaian, maupun tempat salat.
Dalilnya antara lain sabda Nabi SAW:
"Bila kamu mendapat haidh, maka tinggalkanlah salat. Dan bila telah usai haid, maka cucilah darah dan salatlah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah SWT juga berfirman dalam surah Al-Muddatstsir ayat 4,
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْۖ
Arab latin: Wa ṡiyābaka faṭahhir.
Artinya Pakaianmu, bersihkanlah!
5. Menutup Aurat
Menutup aurat juga merupakan salah satu syarat sah salat yang wajib dipenuhi oleh setiap muslim. Bagi laki-laki, batas aurat adalah antara pusar hingga lutut. Sedangkan bagi wanita, seluruh tubuhnya merupakan aurat kecuali wajah dan telapak tangan.
Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT surah Al-A'raf ayat 31,
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ
Arab latin: Yā banī ādama khużū zīnatakum 'inda kulli masjidiw wa kulū wasyrabū wa lā tusrifū, innahū lā yuḥibbul-musrifīn(a).
Artinya: Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.
Hadits Rasulullah SAW pun menjelaskan hal ini. Beliau bersabda:
"Tidak sah salat seorang wanita yang sudah mendapat haidh kecuali dengan memakai khimar." (HR. Al-Khamsah kecuali An-Nasai).
6. Menghadap Kiblat
Syarat terakhir adalah menghadap kiblat. Arah kiblat ditentukan ke Masjidil Haram di Makkah, dan setiap muslim wajib menghadap ke arahnya ketika salat.
Firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 150:
وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۙ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ اِلَّا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْهُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِيْ وَلِاُتِمَّ نِعْمَتِيْ عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَۙ
Arab latin: Wa min ḥaiṡu kharajta fa walli wajhaka syaṭral-masjidil-ḥarām(i), wa ḥaiṡumā kuntum fawallū wujūhakum syaṭrah(ū), li'allā yakūna lin-nāsi 'alaikum ḥujjatun illal-lażīna ẓalamū minhum, falā takhsyauhum wakhsyaunī, wa li'utimma ni'matī 'alaikum wa la'allakum tahtadūn(a).
Artinya: Dari mana pun engkau (Nabi Muhammad) keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arahnya agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka, janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu dan agar kamu mendapat petunjuk.
Itulah beberapa syarat sah salat.Apabila seluruh syarat ini telah terpenuhi, maka salat dinilai sah menurut syariat dan memiliki peluang besar untuk diterima sebagai ibadah yang diridhai Allah SWT.
(inf/lus)
Komentar Terbanyak
Kemenhaj Rombak Sistem Antrean Haji, Tak Ada Lagi Masa Tunggu 48 Tahun
Antrean Haji Tiap Daerah Akan Dipukul Rata 26-27 Tahun
Jumlah Santri Sidoarjo Meninggal Akibat Musala Ponpes Ambruk